Bahagia membayangkan komponen lain bahagia. Untuk apa? Tak ada untungnya juga bagi manusia yang kini tersenyum jengkel sembari tertawa-tawa gila.
Untuk pertama kalinya disini, kantin kampus, Nila membuat iming-iming seakan dirinya adalah candaan semenjak kemarin Adnan menyia-nyiakan kejutannya. Bukan menangis. Hanya saja ia sangat bahagia, tertawa lepas.
"Nila.. Udahlah, Nil.." Alda menepuk bahunya pelan.
Nila terkekeh, "hhh.. Apasih kalian? Daritadi kok suruh Nila 'udah'? Ada apa?"
Dan ya. Nila tengah membuat-buat topeng palsu yang terlihat bahagia.
Nila melamun dan tertawa kecil disaat bersamaan diselingi dengan meminum milkshake dengan asal-asalan yang dipesannya tadi.
Alda dan Virgin saling pandang. Dalam pikiran mereka, sungguh jelek sekali wajah Nila seperti itu.
Berhubung mereka masuk siang, ketiga gadis itu pun sengaja bersantai sembari duduk di kantin sana berharap 'depresi' Nila berakhir. Memang gadis berkuncir kuda itu menyakiti dirinya sendiri, mulai dari menggigiti kuku, mengelupas kulit bibir sampai merah, mencakar-cakar pipinya, menggigit jari-jari, serta mencelup-celupkan rambutnya ke dalam minuman yang diminumnya.
"NILA!" sentak Virgin, Nila menggubris.
"iya? Apa..?"
"gara-gara Adnan lo jadi bego tau ga?!" timpal Virgin yang membuat lidah Nila terasa kelu.
Pertama kalinya, dan dengan sahabatnya sendiri, ia ditimpal dengan satu kata yang sungguh menyakitkan. Matanya perih seakan ingin menangis, namun bibirnya tak sanggup terbuka.
"dia ngga ngarep sama lo tuh. Lo jangan gila cuma karena dia deh."
Alda memelotot pada Virgin tanpa sepengetahuan Nila, jelas terkejut. Semua yang keluar dari bibir gadis dengan rambut digerai itu berbau sarkas. Sejak kapan Virgin jadi sarkas?
"lo juga, Da! Lo ngebelain Nila berarti lo juga ngebelain Adnan, kan? Gue tau. Muak gue sama orang yang gila demi cowok brengsek!" sentak Virgin langsung pergi.
Nila masih menampakkan senyum tanpa luluh memandang Virgin.
"iya, makasih ya.." Nila masih menyungging senyum namun tatapannya masih ke arah meja.
Virgin menghentikan langkahnya dan berbalik, "ha? Apa? Makasih? Bener-bener bodoh!" Virgin kembali berbalik meninggalkan mereka.
Begitu Virgin tinggalkan dua gadis itu, Althair malah datang menghampiri Alda dan Nila sembari bersiul tanda bertanya 'ada apa?'.
"ck, lo liat ajalah sendiri, Al!" Alda sedikit kesal. Daripada dapat tempeleng dari Alda, lebih baik wajahnya langsung menoleh pada Nila, Althair pun bersiul sambil mengangkat alisnya tanda bertanya.
Nila hanya balas senyuman, entah apa artinya.
Hingga Alda dan Althair saling melempar tatap, antara tak nyaman dan sedikit takut dalam benak mereka.
Alda dan Althair membiarkan Nila tercelus pada imajinasinya sendiri. Berbeda dengan Virgin yang hanya ingin Nila jadi dirinya sendiri tanpa memikirkan seseorang yang tidak ada dipikiran orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT - destiny
Teen FictionAntara cinta dan kebutuhan. Mana yang harus dipenuhi? Murni cinta, atau membutuhkan "cinta"? Mengenal cinta, mengapa begitu sulit? Di satu sisi, Nila sangat mencintai seseorang yang sudah lama menjadi sahabatnya, dan Nila memerlukan cinta itu. Di...