Chapter 08

49.7K 4.8K 13
                                    

Hari ini Chun-lui bersama pangeran Chou-lui bermain di taman belakang istana. Namun baru sampai di depan taman, Chun-lui melihat seseorang duduk di jembatan kolam ikan hias sambil memegang sebuah pancingan dari bambu.

'Heh, apa orang itu sudah gila?' batin Chun-lui dengan menarik sudut bibirnya sebelah kanan.

"Eo, itu kakak Mi-hoo, kakak yang mencium seorang wanita kemarin!" seru Chou-lui.

Chun-lui membulatkan matanya melihat sang adik tertawa. 'Aigo! Otakmu sudah ternodai olehnya,' batin Chun-lui.

"Adik Chou-lui kau bermain dulu dengan dayang Gong-chan, ne! Aku ke tempat adik Mi-hoo dulu." Kata Chun-lui.

Chou-lui mengangguk, "Em, baik kak."

"Anak yang baik!" kata Chun-lui sambil mengacak rambut sang adik.

Chun-lui pun mendekati Mi-hoo yang tampak termenung menatap pancingan, sehingga tidak sadar Chun-lui datang dan duduk di sebelahnya.

"Apa kau gila memancing di kolam ikan hias!?" celetuk Chun-lui tiba-tiba yang membuat Mi-hoo melihat ke sebelah kirinya dan kaget membulatkan matanya dengan sempurna.

"Kau seperti melihat hantu saja! Mata mu mau lepas dari tempatnya!?" sindir Chun-lui.

Pangeran Mi-hoo pun kembali memasang ekspresi datarnya dan pura-pura tidak tahu.

"Dasar bodoh! Kau memancing ikan hias? Yang benar saja kau!" tukas Chun-lui mengangkat sudut kanan bibirnya.

'Ternyata benar, dia sudah tidak gagap lagi.' Batin Mi-hoo

"Memangnya kenapa aku memancing ikan hias? Ada masalah?" tanya Mi-hoo balik.

Chun-lui pun mengambil pancingan yang di pegang Mi-hoo lalu mengangkatnya.

Chun-lui di buat terperangah saat melihat tidak ada kail pancingan, melainkan batu yang di ikat.

"Kau itu memang bodoh! Ikan hias tidak bisa di pancing! Di tambah kau memancing memakai batu di ikat begini! Ah sepertinya otak u sudah rusak dan harus di perbaiki." Kata Chun-lui menunjukan batu tadi ke wajah Mi-hoo.

Mi-hoo menggaruk kepalanya, "Ah, aku benar-benar bosan di istana jadi aku... E?" Mi-hoo bingung mau menjelaskan bagaimana.

Tok

Satu pukulan mendarat di kepala Mi-hoo.

"Yak! Apa yang kau lakukan! Berani sekali kau!" tukas Mi-hoo sambil mengelus kepalanya.

"Aku ini kakak tertuamu, jadi aku punya hak melakukan apapun terhadapmu!" tukas balik Chun-lui tak mau kalah.

"Hey! Jangan seenaknya kau melakukan sesuatu yang menyakiti orang lain dengan seenak jidatmu, jangan sombong karena pangkatmu lebih tinggi dari ku!" tukas Mi-hoo dengan nada yang di tinggikan.

Chun-lui menepuk-nepuk kuat punggung Mi-hoo. "Tetapi aku ini KAKAK MU! Jadi kau sebagai adik lelaki, harus siap menerima apapun dari KAKAK WANITA MU ini!" tukas kembali Chun-lui dengan menekankan kata kakak mu dan kakak wanita mu.

"Ais, memang wanita sama saja tidak pernah mau mengalah, dasar cerewet!" gerutu Mi-hoo.

Tok

Lagi-lagi satu pukulan mendarat di kepala Min-hoo. Min-hoo baru ingin mengatakan sesuatu, tetapi Chun-lui mengatupkan mulut Min-hoo dengan tangannya.

"Ssst diam, aku tak segan-segan menceburkanmu ke kolam!" ancam Chun-lui yang mendapat pelototan Mi-hoo.

Tiba-tiba Chou-lui datang menghampiri Chun-lui dan Mi-hoo.

"Ah, kakak Mi-hoo kemarin aku tak sengaja melihat kau berciuman! Tapi aku tidak melihat siapa wanita itu!" jelas Chou-lui.

Mi-hoo membulatkan matanya lebih lebar masih dengan mulut yang terbekap oleh tangan Chun-lui.

"Heh, matamu akan keluar, cih.. dasar kau ini... Melakukan hal tak senonoh di tempat umum! Kau mengotori pikiran polos adik Chou!" sengit Chun-lui menatap Mi-hoo yang berada di bekapannya.

"Kakak Chun, kakak Mi-hoo! Kalian sedang apa?" tanya Chou-lui.

"Seperti yang kau lihat adik ku!" ucap Chun-lui menatap sang adik di sebelah kanannya.

Tiba-tiba Mi-hoo menggigit tangan Chun-lui yang membekap mulut dan hidungnya, membuat Mi-hoo kehabisan napas dan terengah-engah.

"Aaaakkkk!" teriak Chun-lui sambil menghempaskan tangannya dari mulut Mi-hoo.

"Kau gila! Atau kau anjing!" tukas Chun-lui penuh emosi.

Dengan napas tersengal-sengal pangeran Mi-hoo menjawab, "A-ahpa kauh mahu membunuhku! Haku tidak bisa bernapas karena tanganmu hituh...!" Tukas Mi-hoo.

"Kau kan punya tangan untuk melepas bekapan tanganku, kenapa tidak kau gunakan! Memang kau anjing rakus, bibir wanita saja kau gigit, apa lagi tanganku!" sengit Chun-lui sambil melihat tangannya yang berbekas gigitan pangeran Mi-hoo.

"Hey itu salahmu...!" Belum selesai pangeran Mi-hoo protes, Chun-lui memotong protesannya.

"Bagaimana aku tau, kau seharusnya bilang! Bukan menggigit ku seperti anjing!" sengit Chun-lui kembali. "Hah mulut mu pasti banyak kuman berbahayanya," gerutu Chun-lui sambil mengelap tangan di bajunya.

"Enak saja! Tanganmu itu lebih berbahaya dari kuman!" sengit Mi-hoo. "Kau itu yang gila, bagaimana aku bisa bilang, sedangkan kau membekap mulutku!"

"Ta..." Chun-lui ingin angkat bicara lagi, tetapi terhenti karena Chou-lui memotongnya.

"Ah kakak Chun kucing dan kakak Mi-hoo anjing!" seru Chou-lui sambil terkekeh geli.

"Tidak!" bantah Chun-lui dan Mi-hoo kompak.

"Aaah bahkan kalian sangat kompak!" tawa Chou-lui pecah.

Sampai akhirnya Mi-hoo kesal dan beranjak pergi, tetapi ia salah arah jalan, sehingga dia memutar kembali melewati Chun-lui. Pangeran Mi-hoo pun mengumpat kesal, "Dasar wanita cerewet, jelek, dan menyebalkan"

"Yak!!! Aku mendengarnya bodoh!" tunjuk Chun-lui ke arah pangeran Mi-hoo yang berjalan terus kedepan, tanpa menghiraukan perkataan Chun-lui.

Chun-lui pun memajukan bibirnya kedepan sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Pangeran Chou-lui hanya bertepuk-tepuk tangan sambil tertawa.

"Hehe... Oh ya kakak," sambil memegang tangan kanan Chun-lui dengan manja. "Nanti ayo kita bermain dengan adik Min-hwa dan Min-guk. Tapi jangan sampai selir Yoon tahu ya kak!" seru Chou-lui semangat.

"Memangnya kenapa kalau selir Yoon tahu?" tanya Chun-lui.

"Dia pasti akan membuat kakak menangis karena mengatakan kakak dan aku orang yang sangat bodoh, selir Yoon sangat jahat, bahkan melebihi anjing yang menggigit kak... Hiiii..." jelas Chou-lui menunduk sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan.

Chun-lui menatap sang adik penuh rasa kasihan. Lalu ia pun memegang pundak sang adik, "Itu tidak akan terjadi lagi, aku janji." Ucap Chun-lui yang membuat senyum Chou-lui terbit.

"Ah... Benerkah kak? Apa kau berani melawan selir Yoon?" tanya sang adik yang begitu polos.

Chun-lui pun tersenyum tulus dan mengangguk. "Mulai sekarang! Tidak ada yang bisa menyakiti adik tampan ku ini, kakak berjanji akan selalu melindungi mu!" Ucap Chun-lui sambil memegang pipi pangeran Chou-lui. Pangeran Chou-lui pun tersipu malu, menunduk.

"Aigo... Lucunya adik ku..." Gemas Chun-lui.

Heir To The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang