Chapter 22

31.3K 3.3K 57
                                    

Happy Reading...

Keadaan Istana saat ini sangat sunyi, tidak ada gangguan yang biasa di lakukan putri Chun.

Kaisar Yi sendiri menyibukan dirinya sendiri tanpa tau waktu. Sedangkan, permaisuri Sin ibunda Chun-lui menjadi sakit-sakitan.

Saat ini kaisar Yi tengah duduk di ruang kerja memeriksa laporan-laporan kerjanya. Tiba-tiba kasim datang menghampiri kaisar Yi, menyampaikan pesannya, bahwa pangeran Mi-hoo sudah datang. Kaisar Yi mempersilakan pangeran Mi-hoo masuk. Kasim pun berlalu, tak lama pangeran Mi-hoo datang memberi salam hormatnya.

"Hormat saya yang mulia ayahanda."

"Baiklah pangeran... Langsung saja, aku memanggilmu kemari karena aku akan memberimu sebuah tugas pangeran Mi-hoo!" ucap sang kaisar.

"Tugas? Tugas apa itu yang mulia?" tanya pangeran Mi-hoo.

"Kau harus cari kakakmu dan hanya perlu mengawasi dia di wilayah desa milik kerajaan Changdok."

"T-tapi bukankah kita sudah lama tidak berhubungan dengan istana Changdok, ayahanda?"

"Lakukan saja perintahku, lakukan penyamaranmu jangan sampai ada yang tau kau adalah pangeran dari istana Gongbokgung."

"Baiklah yang mulia ayahanda."

Pangeran Mi-hoo pun menerima tugasnya, dan berpamit berlalu pergi untuk menjalankan tugasnya.

***

Saat ini Chun-lui belum keluar kamar, ia hanya duduk diam meratapi diri sendiri di depan cermin rias. Chun-lui memikirkan mimpi yang ia alami tadi pagi, benar-benar tak habis pikir ternyata putri Chun-lui yang asli telah tiada. Jadi, yang mebawanya kemari adalah takdir. Takdir menyuruh dirinya untuk membantu menyelesaikan masalahnya putri Chun. Tapi kenapa harus dirinya yang terpilih? Apa begitu banyaknya dosa yang ia perbuat sehingga takdir memasukan rohnya ke dalam tubuh putri Chun-lui?

Chun-lui sibuk di dalam pikirannya tanpa tahu ada seseirang yang sedang memperhatikan kegundahannya.
"Yang mulia putri." Ucap orang itu.

Sontak Chun-lui membalikan tubuhnya, "Gong-chan!" seru Chun-lui dengan kaget.

"Iya tuan putri ini hamba!" air mata Gong-chan berlinang, ia benar-benar tidak habis pikir putrinya mengalami hal yang begitu berat.

"Hey, kenapa kau bisa sampai kemari? Dan kenapa kau menunjukan air matamu itu di depanku, kau meledek ku dengan keadaanku yang tak seperti dulu lagi, begitu? Ck lebih baik pergilah dari sini kembali ke istana, aku bukan seorang putri lagi." Tegas Chun-lui yang sebenarnya hatinya sedikit meringis.

"Kenapa putri berfikiran seperti itu, air mata yang hamba tumpahkan ini sebagai tanda kebahagian hamba bisa melihat sosok putri lagi, dan putri perlu ingat, mana mungkin hamba berani meledek putri, hamba ini akan tetap menjadi dayang pribadi tuan putri, meskipun tuan putri tidak seperti dulu lagi... Hamba kemari mengikuti jejak putri, hamba kabur dari istana, hamba tidak ingin kehilangan putri, dan tolong izinkan hamba melayani putri seperti biasanya, hamba mohon putri!" ucap Gong-chan memohon dan bersimpuh sujud di kaki sang putri.

Chun-lui terpundur ke belakang, "Kau gila! Berdirilah aku tidak suka kau bersikap begitu!" tegur Chun-lui.

Dengan ragu-ragu Gong-chan pun berdiri dan menunduk menyembunyikan air matanya yang akan tumpah kembali.

"Cerita kan padaku, bagaimana caranya kau menemukanku!" titah Chun-lui.

Gong-chan mendongak, "B-baiklah putri."

Heir To The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang