Chapter 32

25.5K 2.5K 86
                                    

Happy reading...

Di istana Gyeongbokgung.-

Kaisar Yi duduk di meja kerjanya bersama menteri Ahn. Sudah tiga puluh menit lamanya sang kaisar diam membisu tanpa bergerak dari duduknya.

"Bagaimana perkembangan kasus ini? Apa kau sudah memata-matai, selir Jang?" tanya kaisar.

"Ya yang mulia hamba sudah melakukannya, tapi sampai saat ini tidak ada pergerakan yang mencurigakan dari selir Jang, yang mulia." Jawab menteri Ahn.

"Hem..." Kaisar Yi mengelus dagunya memikirkan sesuatu.

"Apa kau sudah menemui tabib Gong?"

"Sudah yang mulia, dia bersedia untuk membantu penyembuhan yang mulia permaisuri."

"Baiklah, dan bagaimana dengan pangeran Chou-lui?"

"Seiring dengan waktu berjalan semenjak kepergian putri Chun. Pangeran Chou-lui sangat giat bela diri dan mengasah kemampuannya menguasai semua alat perang. Bahkan dirinya sekarang sudah menjadi sosok yang dingin, pendiam, dan dewasa." Jawab menteri Ahn dengan suara yang bahagia.

"Huh... Aku merasa akan ada suatu kejadian yang besar, akan terjadi... Apakah wilayah perbatasan aman?"

"Ya yang mulia, pangeran Song-gu memperketat penjagaan semenjak adanya rombongan penyusup yang masuk... Tapi, keesokan harinya kami menemukan mayat jendral Louwei dari istana Changdeok, di depan perbatasan, yang mulia." Kata menteri Ahn.

"Apa! Jendral Louwei tewas! Di perbatasan wilayah kita!" teriak kaisar Yi berdiri dari singgasananya. Menteri Ahn pun menunduk hormat.

"Ini sangat berbahaya! Jenderal Louwei adalah adik dari kaisar Wu. Mayat jenderal Louwei di temukan di wilayah kita, ini akan menjadi sebuah kesalah pahaman kembali, dan perseteruan akan semakin memanas, cepat atau lambatnya mereka akan bisa menyerang kita secara tiba-tiba!" kaisar Yi terdiam sesaat menahan amarah yang bergejolak dengan mengeratkan tangan pada selembar kertas diatas meja kerjanya. "Sepertinya ada yang sengaja mengkambing hitamkan istana Gyeongbokgung, aku rasa di istana kita banyak mata-mata dan musuh di balik selimut... Kurang ajar!" kaisar Yi menggebrak meja. "Aku tidak akan mengampuni kalian siapa pun itu! Menteri Ahn! Segera kau sampaikan pesanku kepada pangeran Song-gu untuk menambah prajurit dan memperketat penjagaan di perbatasan maupun wilayah sekitar istana!"

"Setelah kau sampaikan pesanku... Segeralah kau panggil tim hitam mata-mata untuk menyelidiki kasus ini, cari siapa orang yang selama ini menjadi pengkhianat kita di dalam istana," lanjut sang kaisar.

"Baiklah yang mulia pesan dan perintahmu segera hamba laksanakan, hamba mohon undur diri." Ucap sang meneteri sembari menunduk hormat.

Setelah itu pun menteri Ahn pergi meninggalkan kaisar yang di ambang ke khawatiran.

Masalah demi masalah datang secara beruntun sekaligus. Kaisar Yi memejamkan mata sembari memijat pelipisnya, berusaha untuk menenangkan pikiran dan hati.

***

Pangeran Chou-lui berjalan menuju ke paviliun sang ibundanya. Saat memasuki kamar sang ibunda, ia melihat keadaan ibundanya benar-benar sangat miris. Bagaimana tidak, di kasur terbaring permaisuri Sin yang sangat pucat dan kurus. Tidak ada lagi senyuman hangat yang sangat sehat dan cerah berseri-seri di wajah sang permaisuri. Kini hanya senyuman guratan kepiluan sang ibunda yang menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Terkadang pangeran Chou-lui benar-benar tidak sanggup bersitatap dengan ibundanya dan berpura-pura bahagia, air matanya selalu turun seperti anak sungai yang mengalir dengan derasnya.

Heir To The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang