Chapter 14

33.9K 3.7K 43
                                    

Hari ini putri Chun mengunjungi paviliun sang ibunda, kebetulan sang permaisuri Sin tengah minum teh bersama selir Won.

Baru ingin masuk ke dalam paviliun, Chun-lui menghentikan pergerakannya tepat di depan pintu.

"Eum jadi bagaimana keputusanmu permaisuri?" tanya selir Won.

"Ada siapa di dalam?" tanya Chun-lui dengan nada suara pelan kepada dayang penjaga pintu.

"Selir Won, tuan putri." Tunduk dayang itu.

'Untuk apa dia kemari?' batin Chun-lui bertanya-tanya.

Saat dayang akan membukakan pintu untuk Chun-lui, Chun-lui mengangkat tangannya untuk menghentikan dayang itu membuka pintu.

"Cukup, jangan bilang ke permaisuri kalau aku mengunjungi paviliunnya,  mengerti!" kata Chun-lui yang di beri tundukan patuh.

"Baiklah aku akan mengatakan hal ini kepada putri ku," jawab permaisuri.

Chun-lui belum benar-benar pergi, ia masih setia di depan pintu menguping pembicaraan sang ibunda dengan rubah licik itu.

"Ya, putri Chun memang harus di didik ulang dengan mengirimnya ke asrama, saya takut putri Chun akan semakin liar dan tidak sopan kepada semua orang." Kata selir Won yang hanya di tanggapi permaisuri dengan wajah yang tidak bisa di artikan.

Chun-lui mengeratkan tangannya, 'Kali ini apa yang kau rencanakan rubah licik! Kau berani bermain-main denganku? Apa kau tidak salah memilih musuh... Heh... Kau pikir aku bodoh! Aku bisa tahu semua rencanamu bi*ch, bagaimana pun kau ingin mencelakai keluargaku! Aku tak segan-segan akan membunuhmu. Untuk saat ini aku akan mengikuti permainan licikmu supaya kedokmu dapat terbongkar!" batin Chun-lui dengan menyeringai bak malaikat maut. Chun-lui tidak bisa terlalu gegabah, biarlah untuk saat ini iya memulihkan dirinya dahulu dan mengikuti arus permainannya selir Won.

Sebenarnya hari demi hari, Chun-lui berusaha mencari jati diri putri Chun yang asli. Dia mengingat beberapa potongan ingatan yang mulai ia susun seperti puzzle. Salah satu ingatannya adalah selir Won. Entah mengapa di dalam potongan ingatan itu selir Won berbicara kepada seseorang yang tidak di ketahui siapa, yang pasti Chun-lui mendengar suara selir Won yang angkat bicara, 'Bunuh semua anak permaisuri, setelah itu bunuh juga kaisar, agar kelak anak ku yang mengganti kedudukannya.' Seperti itulah katanya.

Chun-lui menyembunyikan semua potongan ingatan yang berhasil ia ingat. Setiap tabib Jung menanyakan apa ada ingatan yang Chun-lui ingat, ia selalu menggelengkan kepala dan berkata ketus.

Chun-lui pun pergi meninggalkan paviliun ibunya, niat ingin memberi norigae yang kemarin ia beli di pasar untuk ibundanya, ia urungkan.

Di perjalanan Chun-lui berfikir keras, di balik semua kematian putri Chun yang asli. Apa masih ada hubungannya dengan selir Won?

Chun-lui melangkahkan kakinya menuju paviliun sang adik Chou-lui. Tapi lagi-lagi matanya melihat Seon-lui dan Sun-lui tengah menindas Gong-chan, dayang pribadi Chun-lui.

"Apa kalian tidak bosan mencari masalah denganku!" tukas Chun-lui dari arah belakang dengan wajah datarnya.

Sontak Seon-lui dan Sun-lui melihat kebelakang kaget.

Chun-lui menghampiri mereka, melihat Gong-chan yang sudah terduduk di lantai.

Hal itu membuat Sun-lui langsung memainkan perannya. "Aigo, kakak Chun, tadi aku dan kakak Seon sedang berjalan-jalan, tapi aku mendengar dayangmu ini menjelek-jelekanmu kakak Chun, kepada dayang lainnya. Ya kami menjadi merasa sangat marah dan terhina karena kakak tertua kami dijelekan begitu." Kata Sun-lui.

Seon-lui menatap Chun-lui dengan tatapan tidak suka, tetapi Sun-lui menarik tangannya memberi kode agar Seon-lui membantu Sun-lui berbicara.

"Ah iya, itu benar yang di katakan adik Sun, tapi terserah padamu untuk percaya atau tidak dengan kami yang adik kandungmu ini." Kata Seon-lui dengan nada suara yang di lembutkan.

'Cih! Menjijikan, adik? Adik seperti kalian ingin sekali aku bunuh lalu mencincang kalian!' batin Chun-lui.

Chun-lui menatap Gong-chan, begitu juga Gong-chan menatap Chun-lui dengan tatapan memohon sambil menangis. "Itu tidak benar, putri. Me-mereka yang memburukan putri, j-jadi aku merasa marah karena mereka tidak menghargai ataupun menghormatimu sebagai kakak tertua," lirih Gong-chan yang merunduk lemah dan menangis.

"Heh! Enak saja! Dasar kau rubah licik! Kau yang bersalah menuduh ke kami! Kau tidak takut terkena hukuman mati! Karena telah menuduh dan menjelek-jelekan nama baik putri kerajaan!" sengit Seon-lui. 

"CUKUP!" tukas Chun-lui dengan suara tegas yang menggema, membuat Seon-lui dan Sun-lui kaget.

"Tidak perlu bermain peran, aku sudah tahu niat kalian! Kalian pikir aku ini bodoh?" tanya Chun-lui yang meletakan tangannya di belakang pinggang. "Bahkan aku lebih percaya dengan Gong-chan dayang pribadiku, dibanding kalian adik kandung yang berhati busuk!" sengit Chun-lui.

Gong-chan menatap tuan putrinya dengan kaget, ia benar-benar tidak menyangka, tuan putrinya sangat mempercayai dirinya di banding kedua adik kandungnya Seon-lui dan Sun-lui. Perasaan Gong-chan sangat bercampur aduk, ia benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi, rasanya lidahnya itu sudah sangat kelu dan dirinya pun seakan-akan melayang di udara, ia tidak tahu lagi bagaimana menggambarkan perasaannya saat ini.  'Putri!'

"K-kakak apa maksud kakak? Kami benar-benar berkata jujur, dayang licik itu telah menipu kakak." Jelas Sun-lui yang mencoba membela diri.

"Sialan! Dayang ini memang pantas di hukum mati! Kakak jangan percaya dia, dia itu menuduh kami kakak!" seru Seon-lui tak mau kalah.

Chun-lui menatap mereka berdua dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

"Di mata kalian!" tunjuk Chun-lui, "Aku bisa melihat banyak sandiwara kebohongan di sana!" kata Chun-lui enteng. "Dan gerak-gerik kalian maupun bahasa bicara kalian! Dapat aku nilai mana yang benar dan mana yang bohong! Heh jangan menipuku adik-adik licikku! Tipuan sehebat apapun kalian, tidak akan bisa meluluhkan aku! Ah atau apa harus aku mengirim kalian ke perguruan Wang agar kalian bisa berubah?" tanya Chun-lui yang membuat Seon-lui dan Sun-lui kaget.

Perguruan Wang adalah tempat pendidikan yang mendidik para anak bangsawan yang penuh dengan kedisiplinan. Perguruan Wang terletak di desa Baoshan, yang cukup jauh dari istana.

"Kau tak bisa melakukan itu!" jawab antusias Seon-lui.

"Tidak ada yang tidak bisa aku lakukan putri Seon, kau ingatkan status ku lebih tinggi darimu!" kata Chun-lui dengan nada suara meledek. "Huh, kalian memang benar-benar wanita yang tidak bisa berubah ya! Baiklah jika kalian tidak berubah juga, tunggu saja permainanku, untuk membuat kalian jera!" ancam Chun-lui.

"Gong-chan kau tidak akan duduk dilantai itu saja, berdirilah ayo kita kembali!" titah Chun-lui yang di patuhi Gong-chan.

Seon-lui mengeratkan tangannya, "Kakak sebaiknya kita jangan macam-macam dengan kakak Chun," kata Sun-lui.

"Bodoh! Kau menyerah begitu gampang!? Heh kita lihat saja nanti! Aku akan menyingkirkan wanita bodoh dan idiot itu!" kata Seon-lui tersenyum bak iblis.

Sun-lui hanya menghela napasnya berat dan pasrah. Mungkin ia memang sudah keterlaluan terhadap putri Chun-lui, lagi pula benar apa adanya kalau putri Chun adalah kakak tertuanya yang harus di hormati. 'Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus mengikuti kakak Seon atau berhenti?' batin Sun-lui.

Heir To The ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang