Setelah insiden mengintrogasi gue kemarin, gue nggak bisa menghubungi bang Ian hanya sekedar bertanya maksud dia marah ke gue. Kenapa mendadak dia berubah?.
Gue bergulir mengendarai motor ke studio. Setibanya disana, gue memarkirkan motor ditempat biasa. Gue lirik diujung parkiran, ada bang Ian yang seperti biasa pula, main game online. Kebiasaannya setiap pagi nongkrong diparkiran dengan alasan : sinyal disini lebih bersahabat dibandingkan didalam studio.
Tapi anehnya dia nggak markirin motornya ditempat biasa, disamping motor gue. padahal tempat ini haram diparkiri motor lain selain motornya. Tapi hari ini kenapa?, bang Ian memberikan ruang 1 motor lagi disebelah motor gue.
Merasa terasingi, gue langsung menghampirinya. Gue mau tau sejelas-jelasnya ada apa dengan dia.
Bang Ian menghentikan aktivitasnya saat mengetahui keberadaan gue. Menoleh kaget kearah gue, seakan ketemu Maria Ozawa yang kini dikabarkan datang ke Bali.
"Eh elu Jul, nggak langsung masuk?" Katanya mempertanyakan keberadaan gue.
"Belum, biasanya juga gue nggak pernah langsung masuk," sahut gue jujur.
Yaa, biasanya kita ngegosip dulu, haha hihi dulu, sampe anak-anak yang lain teriak suruh masuk baru masuk.
"Eh iya," ucapnya menggaruk-garuk kepala nggak enak diiringi ketawa basi.
"Lu kenapa nggak parkir disitu?" Tanya gue menyudutkan. "Lu menghindari gue?" Tambah gue.
"Menghindari? Hahaha tadi itu-"
"Apa?" Potong gue cepat.
Kemarin dia marah-marah, hari ini sok lupa seakan baik-baik saja. Apa dia punya 2 kepribadian?
"Gue minta maaf masalah kemarin Jul, gue nggak bermaksud buat marahin lu," ungkapnya.
"Lu marah kenapa?" Tanya gue lagi.
Suasana hangat yang selama ini gue bangun dengannya, tiba-tiba mendingin seketika.
"Gue cuma khawatir Jul," kilahnya.
Khawatir?
"Juli!" Teriak seorang perempuan berlari mendekati gue.
"Luh berduah tuh yah bukannyah langsungh masukhh malahhh ngegosiphh duluhh," ucap perempuan yang bernama mbak Bunga ini terbata-bata dengan nafas senin kamis.
"Lu kenapa Bung? Abis marathon?" Tanya bang Ian ngeledek.
Mbak Bunga cuma melambaikan tangan nggak kuat. Baru lari dari dalam ke parkiran aja udah segitu mengap nafasnya. "Diet mbak diet," tambah gue meledek.
"Cepet masuk lu berdua, banyak omong lagi, gue injek satu-satu lu!" Ancamnya ketika nafasnya sudah normal.
"Ampoonn!" Gue dan bang Ian berlarian masuk. Melindungi diri dari amukan gajah bunting satu itu.
. . .
Gue duduk memegangi sebuah undangan dari mbak Dhea yang diperantara melalui bang Akbar yang lagi siaran. For you information, ternyata bang Akbar dan mbak Dhea itu SAUDARA KANDUNG. Gue ngerasa sangat kudet, ditambah lagi malu semalu-malunya waktu gue keceplos nanya kenapa undangannya dari bang Akbar? Dia tetanggaan?, dan semua ngetawain gue. Terima pembalasanku nanti ki sanak!
Satu tangan gue bertumpuh menahan kepala gue diatas meja. Tiba-tiba ada yang sengaja dan berhati setan menyenggol tangan gue, hingga pertahanannya bubar, hampir muka gue berantakan karna terjerembab dimeja.
"Becanda lu kelewatan bang!" Cetus gue setelah gue tau siapa pelakunya, bang Ian.
"Sorry ... lu galau lagi?" Tanyanya sok akrab. Gue masih bingung dengan tingkahnya. Kemarin sok serius, hari ini kumat.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOMBLO SAMPAI HALAL
HumorJomblo? Satu kata sarat hinaan ya guys. Kenapa nggak pacaran? Nggak laku? Nggak ada yang mau? Dihhh tsadest!!! Bukan nggak laku, cuma lagi nyari yang mau langsung menghalalkan. Eaaakkkk. Kalo ada CEO ntar yang lamar gue, kelar idup lu :v