Dua tahun berlalu, gue sekarang udah nggak tinggal dirumah mertua ya. Kita, ya gue sama mas Akbar udah pindah kerumah kita sendiri dari hasil jual ginjal. Jangan percaya eh!
Meskipun udah dua tahun, kami belum dikaruniai anak. Sedang dua sahabat gue, Taya dan Lila udah punya anak. Bahkan Taya dan pak Revan langsung punya dua anak perempuan karna kembar. Lila sama bang Ian juga punya anak perempuan dan sekarang kabarnya Lila udah hamil lagi. Padahal ya, yang nikah duluan 'kan gue.
Tapi, untungnya gue punya imam yang sabarnya nggak ketulungan. Yang juga berusaha buat gue tetap sabar dan tetap dijalan yang benar.
Setelah punya rumah tangga masing-masing, kita emang udah jarang bahkan sangat jarang ngumpul bareng. Kita udah nggak kayak dulu yang rutin mengadakan kegiatan ghiba bareng. Gosipin tetangga sebelah wakakak.
Tapi, hari ini berhubung hari minggu dan para suami libur, kita bertiga udah berencana buat piknik bareng.
Nggak masalah sih, gue seneng kok walaupun ada rasa irinya liat mereka gendong anak. 'Kan anak sahabat anak gue juga. Buahaha.
Untuk masalah anak sih, gue sama mas Akbar juga udah sana-sini konsultasi sama dokter kandungan. Dan kata dokter gue dan mas Akbar sehat wal'afiat. Mungkin belum rezekinya kali ya?
"Juli! Ini burung Mas kok lemas ya?" Teriak mas Akbar dari luar.
Jangan pada ngeres dulu dong! Itu burung disangkar ya bukan burung dicelana, itu beda cerita. Wakakak.
Gue yang lagi asyik motong sayur langsung berhenti beraktivitas.
"Juli nggak tau deh Mas,"
Emang nggak tau, gue cuma kasih makan yang disuruh sama dia, nggak macam-macam kok.
"Liat nih, kayak nggak berdaya gitu," mas Akbar mempertontonkan burung peliharaannya yang lemas tadi.
"Oh iya ya, kok jadi lemas banget kayak orang abis naena dua ronde ya, Mas," timpal gue ngaco.
"Emang pernah liat?" Tanya mas Akbar ikut-ikutan.
"Lah tadi malam 'kan ada korbannya," gue cengengesan nunjuk ke dia.
Mas Akbar letakin sangakar burungnya diatas meja makan. Lanjut jalan dekatin gue.
Selangkah.
Dua langkah.
Gue mundur-mundur. "Mau apa sih Mas?" Tanya gue gemas.
"Kenapa? Grogi ya?" Katanya PD.
Posisi gue sama mas Akbar sekarang dijamin buat para jomblo minta dipinang.
"Grogi apaan sih, udah dua tahun juga," gue tepis tangan Mas Akbar yang nahan gue.
"Tuh apa tuh? Kok merah tuh muka?" Mas Akbar tersenyum jahil.
"Sana ah, bauk tauk! Mandi gih," gue nutup hidung gue yang pesek.
"Udah mandi kok," dia ngendus-endus keteknya.
Uweek!
Entah apa yang terjadi, perasaan gue mendadak mual. Aroma parfumnya Mas Akbar membuat gue pengen muntah. Padahal biasanya nggak deh.
Gue langsung berlarian kekamar mandi.
Gue jongkok, kepala gue pusing banget. Tapi anehnya yang gue muntahin cuma angin.
Mas Akbar megang bahu gue. "Kenapa sih?" Tanyanya khawatir.
"Nggak tau, aduh! Pusing banget," ungkap gue.
Mas Akbar menintin gue ke kamar, membaringkan gue dikasur.
"Kamu sakit?" Tanya Mas Akbar lagi.
Gue menggeleng, "mungkin masuk angin," kata gue memegangi kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOMBLO SAMPAI HALAL
HumorJomblo? Satu kata sarat hinaan ya guys. Kenapa nggak pacaran? Nggak laku? Nggak ada yang mau? Dihhh tsadest!!! Bukan nggak laku, cuma lagi nyari yang mau langsung menghalalkan. Eaaakkkk. Kalo ada CEO ntar yang lamar gue, kelar idup lu :v