21. Ijab Qobul

1.9K 171 48
                                    

3 bulan kemudian ....

Setelah memantapkan hati dengan beberapa kali sholat istikhoro untuk meminta petunjuk-Nya. Akhirnya hati gue diketuk dan dibukakan untuk satu orang yang sudah gue rundingkan dengan sang pemilik hati manusia, Allah.

Alhamdulillah selama itu bergulat dengan hati, gue akhirnya mendapatkan hasil yang InsyaAllah membawa berkah dalam kehidupan gue.

Seusai jawaban yang keluar dari bibir gue, saat itu juga semua direncanakan. Seakan semuanya serba cepat, sebab apapun yang niatkan karna Allah haruslah disegerakan.

Malam ini dirumah gue sangat ramai, semua sanak saudara kumpul. Dan tak lupa dua sahabat gue, Lila dan Taya turut hadir buat nemenin gue. Malam terakhir status kita bertiga sama, sama-sama jomblo. Tapi, besok gue akan naik pangkat menjadi istri sah seorang laki-laki.

"Jul, lu ntar walaupun tinggal dirumah suami lu, lu tetap harus sering-sering balik buat nengokin kita," tutur Lila saat kami bertiga sudah berbaring dikamar gue yang tentunya sudah dihias dengan berbagai hiasan.

"Aman, gue pasti sering-sering balik lah, emak gue kan disini," sahut gue mematahkan asumsi yang ga bener dibenak Lila.

"Janji ya Jul, walaupun lu nggak jomblo lagi, tapi lu jangan sombong-sombong. Jangan sengak-sengak," timpal Taya menyetujui ucapan Lila.

"Eh kok pada nasehatin gue sih?" Tanya gue bangkit dari baring.

Mereka ikut gue duduk.

"Bukan gitu Jul ... tapi ya ntar lu gitu," sanggah Lila.

"Ga dong, lu berdua tuh sahabat gue," ucap gue merangkul keduanya. Gue pandangi keduanya bergantian.

"Satu lagi Jul," ucap Lila melepaskan rangkulan gue.

"Apa?" Tanya gue menatap ke Lila sepenuhnya.

"Lu jangan bilang ke kita kapan nyusul," ucap Lila cepat.

"Nah iya Jul," sela Taya jufa ikut-ikutan melepaskan rangkulan gue.

Gue ngakak liat dua gadis ting-ting ini cemberut. "Gue ga setega itu kali ah," ucap gue menepuk bahu keduanya.

"Janji ya," sahut Taya masih ragu.

"Iya janji, udah ah ayo tidur, besok gue mau kawin lho," ucap gue merebahkan badan diiringi dengan tawa membuat keduanya malah tidur membelakangi gue.

. . .

"Saya terima nikah dan kawinnya Eka Julina Putri dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap seseorang yang bakal jadi imam gue selanjutnya menggantikan posisi abah.

Gimana rasanya ketika nama lu disebut dalam sebuah akad pernikahan?. Semua mendadak dingin, belum lagi dengan tatapan orang yang tertuju pada gue yang kini bernotabene sebagai pengantin wanita.

Setelah prosesi ijab Qabul usai. Ia, seseorang yang menyebutkan nama gue didalam akad tadi menjemput gue untuk ke pelaminan. Tersenyum bahagia mengulurkan tangan yang siap gue sambut.

"Disambut Jul," bisik Lila menyikut lengan gue.

"Hah?" Gumam gue pelan nyaris tak terdengar.

Dengan rasa bahagia, takut, malu dan variant rasa lainnya gue sambut tangannya yang ga kalah dingin dari tangan gue.

Gue diarahkan ketempat berlangsungnya ijab qobul guna menandatangani buku nikah. Pfftt.

Gue pengen ngakak, setelah sadar gue sekarang punya buku nikah. Setelah menandatangi buku nikah, gue dan sang suami saling mengenakan cincin dijari manis masing-masing.

JOMBLO SAMPAI HALALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang