"Halus kan sedikit lagi ya, biar enak didenger," ucap mbak Dhea sebelum mengakhiri pelatihan hari ini.
Dua minggu sudah berlalu dan kerjaan gue cuma ngerekam suara tawa gue sendiri. Bahkan diawal-awal gue disuruh ketawa 99 macam, gila 'kan ya?.
Gue duduk dikursi depan teras studio ini, stres. Tiba-tiba kursi yang gue duduki berderit dan itu artinya ada yang duduk disana. Mata gue tanpa intruksi langsung menoleh kesamping. Seorang pria duduk tanpa menghiraukan gue, meneguk air mineral yang ia bawa.
Gue alihkan kembali pandangan gue kedepan. Menatap asa yang kian menjauh.
"Mau minum?" Tanya orang itu membuat gue kembali menoleh kearahnya.
Ia menyodorkan sebotol air mineral yang masih utuh ke gue. Gue gelengkan kepala, gue nggak haus kok.
Ia menarik kembali minuman itu dan membuka tutupnya.
"Minum!" ucapnya sedikit memaksa.
Gue ambil minuman itu, gue pandangi sejenak. Ada keraguan dibenak gue.
"Halal itu. Nggak saya racuni kok," ucapnya senyam-senyum. Ganteng.
Gue teguk isinya sampai meninggalkan ¾ air didalam botol. Setelah gue melepaskan botol dari mulut, ia menyodorkan tutup botolnya.
"Makasih," ucap gue singkat. Cukup tau diri, dikasih ya bilang makasih.
"3.000 aja."
Ucapan orang itu membuat gue sontak menoleh ke dia dengan mata membulat.
"Becanda-becanda," ucapnya diiringi ketawa ringan.
Untung ganteng, jadi termaafkan.
"Stres banget kayaknya?" tanya orang yang belum gue ketahui namanya ini.
"Iya," balas gue singkat sembari memijat-mijat pelipis pening.
"Siapa nama kamu?" tanyanya sembari memainkan ponsel.
"Juli" balas gue singkat.
Sebenarnya gue lagi gamau ngomong, tapi ya karna dia ganteng iya deh.
"Pasti kamu lahir-"
"Iya, gue lahir bulan Juli, sok macam peramal pulak kau" potong gue cepat.
Ia tertawa ringan menatap gue yang masih memandang kedepan. Namun dari sudut mata gue masih leluasa untuk melihat kesamping tanpa menggeser pupil mata atau memutar kepala.
Secara tiba-tiba ia berdiri, menyakukan kedua tangannya di saku celananya. Mata gue lagi-lagi tanpa intruksi menoleh menelitih pergerakannya.
"Mau ikut nggak?" ajaknya basa-basi.
"Gue?" gue tunjuk diri sendiri dengan telunjuk.
"Lu kira gue ngomong sama siapa selain elu, JULI" ucapnya menekankan kata Juli.
Gue celingak - celinguk hanya untuk memastikan kalo cuma ada gue yang namanya Juli.
"Bener gue donk ya?" tanya gue lagi cengengesan.
Ia menghela nafas berat. Memutar bola mata malas menanggapi ucapan gue.
"Ayo!" ajaknya lagi.
Gue hendak berdiri. Namun benak gue mengatakan lain hingga gue duduk lagi. Gue diajak pergi, tapi gue nggak tau nama dia siapa?. Kalo gue dibegal gimana?, kalo dicabuli gimana?. Walapun gue tau ini abang juga kerja disini, cuma guenya aja yang nggak tau namanya.
"Gue nggak bakal begal elu, apalagi cabulin elu. Tepos begitu."
Komentarnya pedes. Gue curiga dia netizen.

KAMU SEDANG MEMBACA
JOMBLO SAMPAI HALAL
HumorJomblo? Satu kata sarat hinaan ya guys. Kenapa nggak pacaran? Nggak laku? Nggak ada yang mau? Dihhh tsadest!!! Bukan nggak laku, cuma lagi nyari yang mau langsung menghalalkan. Eaaakkkk. Kalo ada CEO ntar yang lamar gue, kelar idup lu :v