3. Dijaga jodoh orang

2K 156 9
                                    

Seperti rutinitas biasanya yang telaten gue lakukan. Pagi ini setelah selesai urusan rumah, gue disuruh emak ke toko buat beli bumbu dapur yang kehabisan.

Gue starter motor matic yang udah setia nemenin gue kemana aja dari mulai sekolah sampe sekarang yang masih jadi pengangguran.

Gue melaju menbelah jalan perkampungan yang masih asri ini, ketoko uwak Aji yang nggak terjalu jauh dari rumah gue. Tapi kalo kesana jalan kaki bisa juga buat naikin jantung betis.

"Eh Juli, tambah cantik aja lu" celetuk uwak Aji ketika gue berhasil menapak ditokonya.

Gue nyengir singkat saat tatap mata gue tanpa sengaja menerobos manik mata teduhnya bang Irfan, anaknya uwak Aji. Sekarang dia kalem banget coi.

Tak usah dikau tanya, karna kan daku jelaskan. Bang Irfan itu kakak kelas gue waktu SD, dulunya dia nih jail banget, kita pernah maling jambunya pak RT bareng. Dia kocak orangnya. Tapi sayangnya dia melanjutkan pendidikan pondok pesantren. Masih baru-baru dulu waktu dia pulang masih tetap tegur sapa, tapi sekarang beda banget,cuek.

"Nikah sama anak uwak, mau Jul?" sambar uwak Aji ketika gue mengecek uang kembalian.

Eh buset! Gila aja ini orangtua. Gue kaget dengernya, untungnya gue nggak mengidap penyakit jantung. Kalo iya bisa tewas gue disini.

Mata gue terintruksi menoleh ke bang Irfan yang lagi nyusun barang, diam-diam pipinya mengembang tersenyum. Entah geli bayangin nikah sama gue, atau diam-diam punya rasa ke gue. Ngarep lu Juli!

"Ah uwak ada-ada aja" sahut gue asal, malu banget, mau cepet- cepet pulang.

Gue lajukan motor gue meninggalkan tokonya uwak Aji. Tapi tiba-tiba sekitar seperempat berjalan,ada yang melambai-lambaikan tangan jablay. Dan itu si Taya.

"Kenapa Tay?" sergah gue setelah singgah didepan rumahnya.

"Ntar siang kerumah gue ya" ucap Taya memegang stang motor gue.

"Ada acara?" sahut gue bingung.

"Ga ada sih. Tapi." Taya menjeda kalimatnya, menimbang-nimbang kata selanjutanya. Dan gue masih setia nungguin.

"Jadi gini Jul, hari ini keluarga gue mau pergi kondangan pernikahan anaknya temen ibu gue, nah gue males pergi juga, kebeneran Andra mau dateng kerumah. Ga enak dong ya gue berdua doang sama Andra, jadi gue ajak lu sama Lila" tuturnya hingga tandas.

Gue mengangguk-anggukan kepala paham.

"Tenang, udah gue pesen mie ayam sama Andra" tambahnya sebelum gue mengeluarkan suara.

"Aman, gue dateng kok" sambar gue cepet. Kalo ada embel-embel makanan gratis, langsung iya dah.

. . .

"Jam berapa ibu lu berangkat Tay?" sergah Lila saat kami memasuki rumah Taya.

"Sekitaran jam 9, langsung mampir dirumah nenek gue" balas Taya mengiring kami duduk disofa ruang tamu.

"Si Andra kapan datang?" sela gue setelah sukses duduk disofa.

"Bilang aja, makanannya kapan datang Tay?" sambar Lila cepet sebelum pernyataan gue digubris oleh Taya.

"Basa-basi dulu nyet!" seloroh gue menjitak kepala Lila kesal. Malu gue nyet!.

"Bentar lagi katanya, aman pasti dateng kok" ucap Taya dari dapur seraya membawa air putih buat makan mie ayam nanti. Cihuuuii.

Brumm!!

Suara deru motor mengintruksikan kami untuk melihat. Seorang laki-laki dengan hoddie hitam mengetuk pintu yang dapat kami ketahui melalui jendela rumah Taya.

JOMBLO SAMPAI HALALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang