°11°

26.2K 1K 16
                                    

     Aiza tengah menuang jus mangga ke dalam gelas ketika Arta masuk ke dalam rumah seraya menyerukan salam. Aiza tak acuh, ia hanya menjawab salam sang suami dalam hati. Lantas duduk di atas kursi bar mini yang ada di dapur.

Seharusnya dia bisa bersikap biasa saja. Tapi, Aiza tidak menampik jika dia sedikit merasa tidak suka saat Arta mengobrol dengan wanita lain yang tidak diketahuinya siapa.

Cemburukah? Entahlah, Aiza masih tidak mau menyimpulkan apa yang ia rasakan sebagai rasa cemburu. Dia hanya kesal. Itu saja.

Di kamar, Arta tidak menemukan sang istri. Pikirnya Aiza belum pulang, tapi ingat tadi mobil Aiza sudah terparkir di halaman. Wanita itu sudah pulang, namun mungkin ada di ruangan lain.

Teringat kejadian siang tadi, Arta bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Membersihkan diri terlebih dahulu. Ia perlu air dingin saat ini. Masalah itu, selesai mandi akan segera ia perjelas.

°

   Mak Tam masuk ke dapur, membuka kulkas dan mengambil sayur, daging, dan bahan lainnya untuk memasak makan malam.

"Jangan masak banyak, Mak. Kami makan di luar malam ini." Perkataan Arta bukan hanya menarik perhatian Mak Tam, tapi juga Aiza yang masih betah duduk sambil menikmati jus mangga dengan keripik kentang hasil buatannya tadi. Jemari wanita itu yang tadinya berselancar di layar benda pipih bernama ponsel turut terhenti.

"Siapa yang mau makan di luar?"

Mak Tam mengangguk, mengambil seperlunya dan mulai mengolah makanan.

"Kita," jawab Arta santai. Pria itu duduk di kursi samping kanan Aiza. Tangannya ikut mengambil keripik dan memasukkannya ke dalam mulut.

"Emang gue udah bilang mau?" tanya Aiza sinis. Ia kembali fokus ke layar ponsel.

Mak Tam serius dengan pekerjaannya. Mencoba tak acuh dengan suasana yang terasa menegangkan. Sepertinya, kedua majikannya sedang terlibat perselisihan, atau apapun itu, dia tidak mau ikut campur.

"Mau tidak mau, tetap harus mau."

Aiza menatap Arta sambil memicingkan mata. Tidak suka dengan kalimat yang baru saja pria di sampingnya itu katakan. "Apaan, sih?! Lo--"

"Dan mulai sekarang, nggak ada 'lo-gue'! Setelah kupikir-pikir, sedikit aneh kalau suami istri gaya bicaranya seperti berteman," sela Arta yang semakin membuat Aiza tidak habis pikir.

Sebelum ini, pria itu biasa-biasa saja. Bahkan, dia sendiri pun menggunakan gaya bahasa serupa. Lantas, kenapa sekarang malah tiba-tiba membuat peraturan seperti itu?

"Kog, jadi ngatur-ngatur, sih?"

Mengedikkan bahu, Arta bangkit dari duduknya. "Kita berangkat habis sholat isya, jangan lupa!" katanya sembari berlalu.

Di tempatnya, Aiza sudah mencak-mencak karena kesal. Bukannya mendengar permintaan maaf, dia malah mendengar peraturan baru dan--eh? Permintaan maaf? Kenapa juga dia berharap Arta akan meminta maaf? Aiza sepertinya terlalu lelah hari ini, oleh karenanya, otaknya sedikit tidak bekerja dengan baik.

°°°

   Arta memang selalu serius dengan apa yang dikatakannya. Terbukti sekarang mereka berdua tengah duduk saling berhadapan di sebuah restoran tidak jauh dari rumah. Menu dinner sudah tersaji di atas meja, menanti untuk disantap si pembeli.

"Makan!" titah Arta.

Meski masih kesal, Aiza menurut. Ia makan dengan lahap. Perutnya memang kosong sejak siang tadi. Jus dan keripik yang sore tadi dia makan adalah satu-satunya makanan yang masuk ke dalam perutnya. Tadi pagi pun Aiza hanya sarapan dengan roti selai kacang dan teh hangat. Bagimana mungkin ia bisa tidak lapar?

Arta menahan senyum melihat Aiza yang begitu lahap makan. Beberapa kali ia mencuri pandang ke arah Aiza yang tentunya tidak diketahui oleh wanita itu.

"Namanya Salsa, sahabat aku waktu SMA." Setelah meneguk air putih yang juga dipesannya, Arta buka suara. Langsung ke inti dari masalah.

Aiza yang tengah mengelap mulut, tangannya terhenti. Hanya sesaat, lalu kembali mengelap sampai bersih. Ia langsung tahu, arah pembicaraan Arta.

"Aku cuman nggak mau kalau kamu sampai salah paham," lanjut Arta seraya menatap Aiza.

"Biasa aja, sih. Toh, kalau kamu selingkuh diam-diam pun bakal ketahuan suatu saat." Aiza bermaksud bercanda. Dia tentu saja tidak serius mengatakan hal itu. Pria yang menikahinya ini termasuk pria baik-baik. Bukan tipe pria mata keranjang yang suka tebar pesona.

Tapi tidak dengan Arta. Tubuhnya menegang seketika. Ingatannya langsung tertarik ke kejadian heberapa waktu lalu. Kejadian ketika dia terpaksa terbang ke Banjarmasin, mengurus anak rumah sakit yang ada di sana.

Malam sebelum dia pulang ke Jakarta, di luar kendalinya, tanpa sengaja, Arta telah melakukan sebuah kesalahan yang sangat amat fatal. Kesalahan yang mungkin akan mengubah cara pandang keluarga Aiza terhadapnya. Kesalahan yang mungkin akan membuat kepercayaan wanita di depannya ini memudar.

Harapan Arta hanya … semoga Aiza tidak mengetahui kejadian itu. Bukan hanya Aiza, kalau perlu semua orang selain yang hadir malam itu menjadi saksi, tidak mengetahuinya. Hidup Arta sudah tenang dan mulai menemukan bahagia sekarang, ia tidak mau semua ini dihancurkan begitu saja.

"Bang!"

Arta tersentak. Ia menatap Aiza yang menatapnya kesal.

"Orang lagi ngomong, juga! Dianya malah ngelamun!" gerutu wanita itu.

"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Arta menatap Aiza lamat-lamat.

Apa reaksi pertama wanita ini ketika tahu rahasia besar yang Arta coba sembunyikan? Marahkah? Senangkah? Biasa saja? Atau, apa?

"Ih! Abang!"

Lagi, Arta tersentak. Dia melamun lagi.

"Udah, ah! Aiz mau balik aja!" Menahan kesal, Aiza bangkit dari duduknya. Melenggang begitu saja.

Arta gelagapan. Dia memanggil pelayan untuk meminta bill. Membayar, kemudian bergegas menyusul Aiza yang beruntungnya memilih menunggu di dalam mobil, tidak pulang naik taksi seperti dugaannya tadi.

Arta harus bisa lebih mengendalikan diri. Dia menyadari, belakangan dirinya bukan seperti dirinya. Wajar saja, ini kali pertama Arta melakukan kesalahan terbesar. Ia menyembunyikan sebuah bangkai yang tidak tahu sampai kapan akhirnya bau bangkai itu tercium juga.

°°°°°

Holaaaa!!!😄

Gimana part ini??

Hayolooo, revisinya belum kelar yaaa. Jadi harap maklum kalau ada yang merasa ceritanya nggak nyambung.

Voment selalu dinantikan😊

See youu😘






Takdir Cinta dari Allah (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang