Taehyung baru saja keluar dari elevator dan ia berjalan menyusuri koridor menuju apartemen-nya, tiba-tiba langkahnya terhenti melihat Bae Joo Hyun berdiri dengan seorang wanita paruh baya. Wanita paruh baya itu tersenyum hangat kearah Taehyung.
“Ibu...” gumam Taehyung.
“Eommonie... Taehyung sudah datang, kalau begitu, aku pamit. Jika sempat mampirlah ke apartemenku,” tutur Joohyun.
“Ya... Terima kasih banyak dokter Bae, lain kali aku akan menyempatkan untuk mampir.”
Joohyun membungkukkan tubuhnya.
“Taehyung-ah, aku pulang,” ucap Joohyun.
Taehyung mengangguk.
Joohyun pun berbalik dan berjalan menuju apartemen-nya.
Taehyung mempersilahkan ibunya masuk.
“Tempat tinggalmu cukup nyaman...” ucap Nyonya Kim, ibu Taehyung.
Taehyung membuatkan teh hangat untuk ibunya. Meski perasaannya bergejolak ketika melihat ibunya yang selama ini menelantarkannya, Taehyung tetap berusaha menghormati ibunya meski ia ingin melampiaskan kemarahannya.
Lelaki tampan itu meletakkan teh hangat untuk ibunya diatas meja, kemudian duduk disamping ibunya.
Nyonya Kom menatap Taehyung dengan tatapan hangat namun penuh rasa bersalah.
“Jangan menatapku seperti itu bu,” ucap Taehyung.
“Sudah lama..... Bagaimana kabarmu, nak?” ucap Nyonya Kim dengan suara bergetar berusaha menahan tangisnya.
“Seperti yang ibu lihat, keadaanku sangat baik.”
Tiba-tiba nyonya Kim memeluk putera semata wayangnya.
“Maafkan ibu... Selama ini ibu telah menelantarkanmu, tega membiarkanmu hidup sendirian. Selama ini pasti kau kesepian. Pasti sangat sulit...” ujar Nyonya Kom, tangisnya pecah.
Lelaki tampan itu meneteskan air matanya, meski ia merasa marah pada ibunya tapi ia tak dapat memungkiri ia merasa hangat dan nyaman berada dipelukan ibunya, sudah lama Taehyung tak pernah merasa senyaman ini. Inilah yang sejak lama ia rindukan, pelukkan hangat ibunya.
“Pulanglah, nak... Ibu tidak akan pergi meninggalkanmu lagi, ibu akan menebus semua kesalahan ibu padamu, ibu akan memperhatikan dan merawatmu dengan sangat baik mulai sekarang...” tutur Nyonya Kim masih dengan isakannya. “Aigo~ puteraku sudah tumbuh dewasa dan semakin tampan...” wanita paruh baya itu mengusap-usap kepala putera yang selama ini ia rindukan.
“Apa ibu tidak masalah dengan gangguan psikis yang kuderita. Jika sewaktu-waktu monster itu muncul kembali menguasai tubuhku, apa tidak apa-apa?” tanya Taehyung.
Nyonya Kim menggeleng. “Kau bukan monster... Kau puteraku. Kita hadapi bersama, ibu akan melakukan segala cara untuk menyembuhkanmu. Pulanglah, nak... Ibu mohon... Kau mau kembali kerumah?”
Taehyung mengangguk sembari tersenyum. Ia sudah memaafkan ibunya. Perasaan Taehyung benar-benar lega sekarang.
“Tapi... Mungkin tidak bisa saat ini juga aku pulang dengan ibu. Aku harus berpamitan pada pemilik apartemen ini, dan ada beberapa urusan yang belum kuselesaikan...”
“Ibu akan menunggumu...”
Taehyung mengangguk sembari tersenyum, kemudian memeluk ibunya. “Aku sangat merindukan ibu...”
“Ibu lebih merindukanmu. Maka cepatlah pulang, gantikan ibu mengelola perusahaan. Ibu sudah lelah... Giliranmu yang mengelolanya, hm?”
Lelaki tampan itu mengangguk mengiyakan.