Taehyung menghentikan mobilnya, mereka baru saja sampai didepan rumah ayah Jeni.
“Hm... Kalau begitu aku akan pulang sekarang,” ucap Jeni.
Taehyung mengangguk sembari tersenyum.
“Annyeong~” Jeni hendak membuka pintu mobil Taehyung, namun lelaki tampan itu memegang lengan Jeni. Gadis itu menoleh kearah Taehyung. Lelaki itu menarik lengan Jeni dan memeluknya dengan erat.
“Kenapa kau seperti ini?” tanya Jeni.
“Sebentar... Sebentar saja, rasanya aku masih ingin berlama-lama bersamamu,” ujar Taehyung.
Jeni tersenyum. “Baiklah, akan ku beri waktu sebentar saja.”
“Hm...” gumam Taehyung. Lelaki itu memejamkan matanya ketika memeluk Jeni, rasanya terasa nyaman ketika memeluk orang yang dicintainya. “Apa sebaiknya kita segera menikah?” tanya Taehyung.
Jeni melepaskan pelukannya. Gadis itu menatap Taehyung lalu menggelengkan kepalanya.
“Kenapa?!” tanya Taehyung.
“Usia kita masih terlalu muda, Kim Tae Hyung.”
“Memang kenapa jika usia kita masih muda? Itu tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak menikah.”
“Tidak. Aku belum siap. Aku masih nyaman dengan hubungan kita yang seperti sekarang ini.”
“Jika kita menikah kita bisa menunda untuk memiliki anak.”
“Tidak, Kim Tae Hyung. Bukan itu. Aku hanya belum siap menikah.”
“Kau meragukanku?”
Jeni menggeleng sembari tersenyum. “Aku tidak meragukanmu sedikitpun.”
“Lalu?”
“Taehyung-ah kumohon..... sebaiknya sekarang kau pulang, hm? Kita bicarakan hal ini lain kali,” ujar Jeni kemudian mengecup singkat pipi Taehyung. “Annyeong~”
Taehyung menatap Jeni dengan kecewa seperti anak kecil yang kecewa karena tidak berhasil mendapatkan permen keinginannya.
“Aigo~ jangan menatapku seperti itu,” tutur Jeni seraya tersenyum geli. Gadis itu kemudian mengecup singkat bibir Taehyung lalu benar-benar keluar dari mobil kekasihnya.
“Besok aku akan menemuimu lagi,” ujar Taehyung.
Jeni mengangguk sembari tersenyum kemudian melambaikan tangannya pada Taehyung yang hendak melajukan mobilnya.
***
Seokjin bersandar pada sisi kiri mobilnya, ia tadi mencoba mengunjungi apartemen Joohyun, namun sepertinya Joohyun belum pulang, pria tampan itu sesekali melirik jam yang melingkar di lengan kirinya. Sudah pukul 02.00 dini hari. Seokjin mulai merasa gelisah, pasalnya ponsel Joohyun juga sulit dihubungi.
Hingga tiba-tiba Joohyun terlihat muncul dari persimpangan.
“Ya!” seru Seokjin segera berjalan mendekati Joohyun, lalu meraih tubuh mungil Joohyun kedalam dekapannya.
Joohyun yang merasa heran dengan sikap sahabatnya itu segera bertanya. “Kenapa?”
“Kau dari mana saja? Aku menunggumu disini sejak satu jam yang lalu. Kupikir terjadi sesuatu yang buruk padamu,” ujar pria tampan itu dengan nada cemas, masih memeluk Joohyun.
Untuk sejenak Joohyun merasakan kenyamanan berada didalam dekapan pria bertubuh jangkung itu. Tak dapat Joohyun pungkiri Seokjin selalu saja menjadi orang yang paling khawatir pada Joohyun. Pria tampan itu selalu saja menjaga dan memperhatikannya. Wanita cantik itu berpikir apa sudah saatnya ia mencoba membuka hatinya untuk memberi kesempatan pada Seokjin?