6. Terkutuk atau Terkejut.

11 5 0
                                    

Melodi yang indah, menggema diseluruh aula yang mewah dan besar ini. Gesekan bow yang halus pada dawai biola, membuat alunan terasa lembut. Seolah-olah, disetiap nada yang dibuat olehnya, terselip perasaan yang tengah ia rasakan, nada-nadanya sungguh menyayat hati. Para penonton terteguh oleh mainannya.

Seorang gadis yang cantik, dengan rambut panjang berwarna coklat terang yang digerai nya, Serta terdapat jalinan kecil pada salah satu sisi rambutnya. Gadis itu mengunakan gaun panjang berwarna kuning yang menutupi seluruh kaki, dan terdapat beberapa bunga-bunga yang membuat kesan serasi pada melodi yang ia mainkan.

Seorang laki-laki tampan berlari tergesa-gesa dan  berdiri tegak di dekat pintu aula setelah ia sampai ditempat tujuannya, laki-laki tersebut menatap gadis itu sedang  memainkan biola. Ia memegangi sebuah buket yang basah dibelakang punggungnya sambil tersenyum getir, mengingat keadaannya yang basah oleh hujan. Laki-laki itu menghembus-kan napas nya dengan perasaan lega, ternyata ia belum terlambat untuk melihat penampilan gadis itu, walaupun ia tak melihatnya dari awal tapi, setidaknya ia dapat melihat penampilan gadis itu.

Tepukan tangan terdengar dari para penonton, seusai ia menyelesaikan permainannya. Dan beberapa juri terlihat sedang sibuk memberikan penilaian tertulis.

Gadis tersebut sedikit membukukan tubuhnya dan tersenyum lembut pada setiap penonton. Gadis tersebut bernama Galina evelina. Ia berjalan kebelakang panggung.

Kini posisi velin digantikan oleh peserta lain seorang gadis yang juga terlihat cantik. Sebelumnya, gadis itu menatap velin dengan tajam dan penuh kebencian. Ia adalah Arista de'vallen.

Vallen memakai gaun merah selutut yang mengembang dan rambut hitam yang ia gerai yang terkesan elegan. Entah apa yang membuatnya membenci velin. Ia berharap dapat mengalahkan velin kali ini. Bahkan ia berharap dapat mematahkan tangan velin sekarang juga.

Setelah vallen memberikan penghormatan dengan membungkuk kan tubuhnya. Perlahan-lahan ia mulai menggesekan bow itu pada dawai biola dan menghasilkan melodi yang ia mainkan.

Velin berjalan menyusuri lorong-lorong pada sebuah gedung studio. Tanpa sengaja, velin menabrak seseorang, ia menatap orang yang ia tabrak. Seketika itu juga velin tersenyum dan berkata,"Dito, kenapa baju kamu basah?" Tanya nya lembut, ia tak mengerti apa yang telah terjadi pada Dito.

"Ah! Ini tadi aku kehujanan." Jawab Dito.

Tentu itu karna Arez yang meninggalkannya, dan saat itu juga Dito membuang payung yang ia pegang dan mengejar mobil Arez. Namun hasilnya nihil, karna saat itu Arez tak memperdulikan nya. Dito yang tak ingin ketinggalan penampilan velin, tak lagi perduli dengan baju dan buket yang basah tersebut. Ia akan tetap melihatnya, bagaimana pun keadaannya. Mengingat itu, Dito menjadi kesal.

"Mm.. penampilan kamu sangat bagus." Dito mencari bahan pembicaraan yang akan terlihat menarik.

"Benarkah? Terimakasih. Tadi kamu melihatnya." Ujar velin yang dibalas oleh anggukan kepala Dito. "Aku gak lihat kamu, jadi aku fikir kamu gak jadi datang." Sambungnya.

"Gak mungkin aku membatalkan janji begitu saja. Tapi, maaf aku terlambat karna ada sedikit masalah." Jelas Dito. Buket basah itu tak lagi ia letakkan di belakang punggungnya melainkan, ia memegang buket itu dengan satu tangannya di samping kanan tubuhnya. karna ia berniat membuangnya, dan tak mungkin jika ia memberikan buket basah itu.

Velin yang melihat buket itu bertanya pada dito, "Apa itu untuk aku?"

"I-ini... ah tidak! Maksudku buket-nya basah, gak mungkin..."

"Gak pa-pa. Sini untuk aku aja. Itu gak terlalu buruk menurut aku." Ia mengambil buket itu dari tangan dito. Velin tersenyum lembut.

"Dito? Sebaiknya kamu pulang aja, kamu pasti nanti akan masuk angin, lagian ini udah malam. Apalagi kamu masih memakai baju basah itu."

A Dream Forecast (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang