14. Bukan Kebetulan, kan?

4 3 6
                                    

"Kelas akan berakhir 5 menit lagi, bereskan buku-buku kalian," ujar ibu guru di depan kelas sambil merapikan tumpukan bukunya.

DING DUNG DONG...

Setelah bel berbunyi guru tersebut mengucapkan salam dan pergi dari kelas.

Arez bersandar di dinding didepan kelas Alyc, tepatnya sih.. kelas Alyc dan Kay.

Saat Alyc keluar dari kelasnya dia sempat terkejut, sebelum akhirnya mengubah ekspresinya menjadi tersenyum sumringah.

"Ngapain berdiri di situ nungguin gue ya...?" Tanya Alyc. Arez mengerutkan dahinya.

"Ge er siapa yang nungguin lo?!" Ujar Arez ketus.

"Isss gue tau lo nungguin gue kan? Iyalah kita kan tetanggaan." Ujar Alyc sambil mendorong bahu Arez.

Arez yang merasa kupingnya panas mendengar ucapan Alyc menutup telinganya.

Sebelum menjawab pembicaraan Alyc, Arez menghela napasnya untuk mengatur emosi.

"Dengar ya-" ucapannya terpotong.

Entah sejak kapan Kay telah berdiri di depan mereka berdua. Pikirannya beralih ke Kay yang kini di hadapan Alyc dan Arez.
Arez menatap Kay curiga mengingat kembali kejadian  di kantin dan gerak-gerik kay yang aneh sewaktu di kantin. Kay yang dilihat Arez aneh langsung membuka mulutnya.

"Ada apa?" Tanya Kay.

"Sss....."Arez sedikit meringis sebelum berbicara terus terang."Mickay, ini... bukan kebetulan, kan? Lo lewat depan kelas gue padahal jarak dari kelas lo ke kantin lebih dekat dibandingkan dengan kelas gue. Dan kejadian tadi, lo udah tau semuanya kan?"

Kay berfikir sejenak,"gue bakalan jelasin, tapi traktir dulu." Diakhir kalimat, kay tersenyum penuh arti.

"Tunggu dulu, jadi... lo nggak nungguin gue." Alyc mulai membuka suara yang tadinya terlihat bingung.

Huftt dia sudah kepedean apakah yang dia ucapkan tadi berlebihan ya?

"Nggak." Jawab Arez singkat lalu ia pergi bersama Kay.

Ha... udalah dia tidak begitu perduli. Yang berlalu biarlah berlalu. Alyc mengikuti mereka dari belakang dan Arez yang merasa aneh pun melihat kebelakang.

"Ngapain?" Tanya Arez

Alyc mengacungkan jari telunjuknya ke atas. "Traktir gue juga ya...."

0O0

Arez mengabulkan permintaan mereka. Mereka pergi ke minimarket terdekat, Arez membeli makanan ringan, biskuit, yoghurt dan es krim cup kecil. Mereka bertiga duduk dan mengobrol di tepian mini market yang menghadap keluar dibatasi dinding kaca.

Kay mengajukan keluhan,"kalau begini gak adil namanya. Gue traktir makan di kantin pakai kartu kantin gue, tapi ini apaan? Pelit banget sih." Tangannya menunjuk semua makanan yang berjejer di atas meja, dan mengambil salah satunya.

Alyc sibuk memakan es krim yang di beli oleh Arez.

Arez melipat kedua tangannya di dada dan mencibir, "yang penting kan gue traktir. Sudahlah, jawab aja pertanyaannya gue tadi. Ada apa dengan hari ini?"

Kay bingung bagaimana harus menjawabnya, " kalau gue jawab, mungkin kalian bakalan bilang gue gila. Sebenarnya, gue gak percaya... tapi serius gue liat kejadian tadi di dalam mimpi."

"Ha?lo juga kayak gitu?" ujar Arez yang terlihat bingung.

"Juga? Maksud lo?" Kay lebih terlihat bingung.

"Yaa.. gue juga mimpi yang kayak gitu."

"Nggak mungkin." Kay menanggapi nya.

"Kecelakaan malam itu gue lihat  di dalam mimpi, maka dari itu gue di situ untuk menghentikannya." Arez membuktikan bahwa apa yang ia alami itu nyata.

"Wah... apakah.. hal ini udah biasa yaaa?"

"Kalau itu, gue juga gak tau. Tapi... dia juga ngalamin hal yang sama." Arez menunjuk Alyc.

"Hmm?" Alyc yang merasa di tunjuk melihat Arez dan kay bergantian.

Kay begitu terkejut lagi. Dia menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Sebenarnya Alyc dengar semua pembicara mereka tapi dia lebih memilih untuk diam.

Dan mereka terdiam sejenak. Arez melipat kedua tangannya di dada seperti biasa, Kay terduduk lemas karna terkejut oleh sebuah fakta yang tak masuk akal, sedangkan Alyc mengambil biskuit yang tak di sentuh sedikit pun dari tadi.

"Apa ini semacam penyakit menular?" Tanya Kay entah pada siapa.

Arez menjawab, "gue gak tau, gue juga gak tau kenapa ini bisa terjadi."

"Selain kita bertiga, apakah ada yang mimpi kayak gini?" Pertanyaan itu ditunjukan kay untuk Alyc.

"Nggak, gue udah lama mimpi kayak gini tapi selain kalian nggak ada lagi." Jawab Alyc.

Naluri detektif kay pun berjalan, "kalau gitu, kita bertiga pasti punya kesamaan!" Kemudian dia menjentikan jari. "Tahun kelahiran kita kan sama."

Itu konyol.

"Emang cuman kita bertiga yang lahir di tahun yang sama?" Ujar Arez.

"Kalau golongan darah kalian apa?" Giliran Alyc yang bertanya.

Arez dan Kay menjawab serempak. Golongan darah mereka pun berbeda Kay O dan Arez A. Bulan lahir merekapun juga berbeda. Ketiganya terdiam sejenak. Mereka berfikir ulang sambil menjilat tutup yoghurt bersamaan.

"Sebentar, STOP!" perintah Alyc.
"Ini dia. Pasti ini!" Katanya. "Kita sama-sama menjilat tutup! Uh, merinding."

Arez yang pertamakali sadar dengan hal tak masuk akal dari perkataan Alyc, "semua orang, selain konglomerat pasti melakukan ini." Dan pendapatnya di setujui oleh Kay.

"Gitu ya?" Kata Alyc

Hening lagi sejenak.

Lalu kay berkata, "tunggu, kalau ini memang benar berarti kita adalah pahlawan kayak di film-film. Kita menyelamatkan nyawa seseorang melalui mimpi."

"Coba pikirkan sebaliknya. Kalau kita gagal pasti akan sangat mengerikan." Alyc menyambungi.

"Yaaa... itu tergantung usaha kita masing-masing." Arez ikut berbicara.

Tak terasa waktu telah berlangsung lama sejak mereka mendiskusikan semua ini. Matahari hampir terbenam langit berubah menjadi merah.   mereka terdiam menatap keluar melalui jendela kaca.


0O0

  TBC...

A Dream Forecast (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang