Kita tidak pernah tahu, kemana arah takdir selanjutnya setelah kita menentukan pilihan. Tapi, bagaimana jika pilihan yang kita ambil berubah menjadi penyesalan yang menghantui? Jika saja, pilihan itu bisa diubah, maka bisakah peristiwa mengerikan dan menakutkan kita hindari.........
★★★
Dito duduk di kursi penumpang di sebuah mobil taxi. Sekarang tujuannya adalah ketempat dimana velin melakukan audisi sebuah kontes bermain biola.
Dito mengenakan sebuah mantel abu-abu selutut yang di kancing rapi. Menurutnya, lebih hangat menggunakan mantel dibanding-kan jaket, terlebih lagi mantel membuatnya terlihat rapi dan formal. Itu kebiasaan dirinya dan Arez saat berada di china, disana kebanyakan orang memakai mantel dibandingkan jaket.
Mobil taxi berhenti tepat didepan sebuah gedung yang bertuliskan 'GLORIA'. Gedung Gloria adalah gedung multifungsi. Gedung itu memiliki banyak aula dan studio didalamnya. Dan biasanya orang-orang mengunakan nya sebagai tempat resital musik, pensi, acara pernikahan, bahkan konser dan tempat audisi.
Dito sadar dia tak sempat memberi tahu kan kakaknya. Dia tidak tega membangunkan nya. Karena, dia melihat Arez yang tertidur pulas dengan wajah yang lelah. Mungkin nantinya Arez akan bertanya dengan sendirinya.
Dan tepat saat itu handphone nya berdering. Tertulis di layar handphone nama sang kakak. Dia tahu pasti Arez ingin menanyakannya dimana sekarang.
"Hallo-" ucapan dito terpotong. Seseorang menabraknya yang sedang berjalan dan orang itu tak sengaja menginjak handphone dito hingga layar hp nya hancur.
"H-hey. Woy!!" Dito memanggil orang itu. Namun, orang itu tak menghiraukan nya bahkan ia tak membalikan tubuhnya sedikit pun. Seolah-olah tak terjadi sesuatu.
Dito tidak tahu orang itu siapa, bahkan dia tak sempat melihat wajahnya. Karna, tertutup oleh black hoodie.
"Ah... sial!" Dito mengambil handphone yang telah hancur itu. "Duh gimana nih. Ck.. masa iya gue beli handphone lagi. Masalahnya semua nomor dan beberapa file di sini. Sialan tu orang gak mau tanggung jawab." Ucapnya sambil mengambil kartu memori dan kartu perdana, ia baru ingat semuanya ada disana.
Dia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul 19:23 sebentar lagi acara akan dimulai ia bergegas masuk ke dalam gedung. Untuk masalah handphone itu urusan nanti.
"Hal-hallo. Woy dit-" Arez begitu panik kenapa tiba-tiba panggilan-nya terputus begitu saja.
"Gimana? Gak diangkat?" Tanya Alyc.
Mereka berdua begitu panik memikirkan mimpi itu. Mereka berdua sedang berdiri disebuah halte. Menunggu kendaraan yang akan lewat. Tetapi, jalanan begitu sepi dan sunyi.
Memikirkan mimpi yang berkaitan dengan Dito ditambah lagi telpon yang tiba-tiba terputus tidak bisa membuatnya tenang. Arez berlari tidak perduli adanya kendaraan atau tidak. Dia akan memburu Dito dan menariknya untuk pulang secepat mungkin.
Alyc hanya bisa menyusunnya.
Dito telah duduk dengan nyaman di kursi berwarna merah yang berjejer panjang. Dihadapanya terdapat sebuah aula yang besar dan seorang pengisi acara yang sedang berbicara mengenai pembukaan acara tersebut.
Ditempat lagi, Arez berlari sambil terus mencoba menelpon Dito. Namun panggilannya tidak aktif. Apa yang sebenarnya terjadi?
"Lo tau di mimpi itu, kapan akan terjadi?" Tanya Alyc.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dream Forecast (Slow Update)
Fantasy"Ibu, orang itu mati seperti di dalam mimpi alyc!" Matanya berkaca-kaca, wajahnya memerah ketakutan. "Iya, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa" ibunya mencoba menenangkan alyc. "Masa depan tidak bisa di ubah. Aku harus bagaimana? Bagaimana?" Alyc t...