Alycia berlari mengejar seseorang behoodie, karena ada yang harus ia tanyakan kepadanya. Alyc merasa seperti pernah melihat mata orang itu, seolah-olah, Alyc merasa pernah bertatapan dengannya.
Tapi, entahlah siapa dia....
Yang terpenting saat ini Alyc harus menangkapnya, dan menanyakan beberapa pertanyaan.
Alyc mengejar orang itu menyusuri lorong-lorong yang panjang, melewati koridor gedung yang sangat luas, dan hal itu lah yang membuat Alyc cukup lelah saat ini.
Hinga sampai dihadapan Alyc sebuah pintu baja yang dilalui oleh orang itu sebelumnya. Alyc berfikir ini akan berakhir namun, realita tak sesuai ekspektasi. Alyc dihadapkan dengan banyak tangga, tenyata ini adalah pintu menuju tangga darurat, sialan!!. Itulah yang dapat ia ucapkan.
Alyc tidak perduli lagi, bahkan tulang-tulang pada kaki Alyc rasanya ingin lepas. Namun, ia terus berlari mengejar si hoodie. Sampai di pintu selanjutnya. Pintu belakang menuju jalan keluar dari gedung.
Diluar, alun-alun cukup ramai oleh pengunjung, sehingga menyulitkan Alyc untuk berlari mengejar si hoodie. Sedangkan disisi lain, si hoodie dengan pintar nya ia berdesak-desakan diantara orang banyak. Alhasil, Alyc kehilangan jejaknya.
"Ah...sial!!." Umpat Alyc.
Tes..
Hujan turun perlahan-lahan, dan kemudian berubah menjadi deras. Mengguyur tubuh Alyc dan beberapa orang disana. Orang-orang segera berlarian mencari tempat teduh. Beda hal-nya, dengan Alyc dan si hoodie
Berkat doa nya Alyc melihat si hoodie. "Ketemu.." Alyc berbicara tanpa suara, dan si hoodie melihat ke belakangnya di mana Alyc berdiri. Si hoodie dapat membaca gerakan bibi Alyc, apa yang Alyc bicarakan.
Seseorang yang berlalu-lalang menghentikan lamunan si hoodie, dengan tak sengaja menyenggol bahunya. Si hoodie berlari sebelum Alyc menangkapnya dan mengetahui siapa dirinya.
Begitu juga dengan, Alyc. Saat Alyc hendak berlari mengejar si hoodie , langkahnya terhenti.
CCIITTTT. BUMMM!!
Suara decitan ban mobil, dan dentuman secara bersamaan bersahutan di jalan yang licin. Beberapa orang berlari untuk membantu atau hanya sekedar melihat kecelakan itu.
Alyc segera menerobos keruman, yang menutupi jalan raya. Sesuatu yang ada dihadapan Alyc membuatnya menutup mulutnya dengan tangan.
Seorang gadis lebih-kurang seusianya berlumuran darah dengan bau amis, yang mengalir dari kepala dan hidungnya. Masker yang digunakan si hoodie telah terlepas. Dialah orang berhoodie itu, yang lebih mengejutkannya lagi, gadis itu yang berpapasan dengan Alyc di tangga sekolah.
Alyc melihat seseorang mengecek denyut nadi gadis itu. Sang pengecekan hanya dapat menggelengkan kepala, dan hasilnya adalah gadis itu telah meninggal di tempat.
"Kasian banget ya, anak itu. Meninggal dengan tragis.." _ ucap seseorang di sebelah Alyc dengan temannya.
Suara deras hujan memaksakan Alyc untuk menutup telinganya dari bisikan beberapa orang disana.
Takdir kematian seseorang telah ditentukan, saat dimana mereka pertama kali melihat cahaya dunia ini.
Saat waktu itu datang menjemput mu, kematian tidak dapat dihindari. Meskipun, diantara kalian melihat nya di mimpi, dan mengubah ceritanya, maka cerita lain akan muncul dengan sendirinya.
Mungkin salah satu diantar kalian dapat mengubah jalan ceritanya. Tapi percayalah, kalian tidak dapat mengubah waktunya, biar sedetikpun.
0O0
Ambulans datang membawa jasad Vallen. Sirine ambulan, memaksakan orang-orang menepi membiarkan ambulan itu melaju dengan kencang.
Alyc masih berdiri disana, dimana kejadian itu terjadi. Kay, yang tak tahu apa yang sebelumnya terjadi berdiri di sebelah Alyc, menyusul Alyc yang berlari meninggalkan nya dari aula.
Kay menyentuh bahu Alyc. "Lo kenapa?," tanyanya pada Alyc.
"G-gue.." gue gak tau ada apa dengan diri gue sendiri saat ini.-Gumamnya di dalam hati "Ngak pa-pa kok" Alyc tersenyum kearah kay.
"Lo mau gue antar pulang nggak? Udah malam juga nih," tawar kay.
"Nggak ngerepotin emangnya?" Tanya Alyc ragu.
"Gak kok, yuk." Ajak kay.
Di mobil, Alyc duduk di kursi penumpang sendiri. Sedangkan kay, dia yang mengemudi mobil dengan Alex di sebelahnya.
Sesekali, Alex melihat Alyc yang duduk di belakang sendirian sambil menatap keluar melalui kaca mobil.
Di pikiran Alyc, saat ini hanyalah kejadian aneh yang menimpanya memutar otaknya untuk berfikir.
"Siapa tu cewek?," Bisik Alex kepada kay.
"Temen gue," jawabnya singkat. Dan Alex hanya mengangguk dengan ber 'oh'.
Kay melihat Alyc sekilas melalui kaca spion mobil, sebelum ia berkata.
"Lo masih inget gue gak?" Tanya kay membuyarkan lamunan Alyc.
"Hmmm..oh! Lo kenal gue?" Tanya Alyc kembali.
"Kita pernah ketemukan?" Tanya kay lagi.
"Eh?"
"Lo lupa? Sebenarnya sih, gue agak ragu. Tapi, gue rasa kita pernah hampir mengalami kecelakaan serius." Ujar kay menjelaskan. Sedangkan Alex, dia sibuk dengan games online nya.
"Oh.. iya, pantesan. Kayak pernah liat lo dimana, gitu." Ucap Alyc
"Kayaknya lo juga kurang memperhatikan sekitar. Bahkan lo juga gak tau kalau kita sekelas." Ucap kay.
"Ok ok. Gue jelasin, soal nya gue kurang perduli dengan lingkungan sekitar. Ya, walaupun berteman pun gue juga gak terlalu dekat dengan orang."
"Kenapa gitu?" Kay menaikan sebelah alisnya.
"Entahlah." Alyc merasa malas sekali untuk menjawab pertanyaan itu.
"Di depan sana, rumah gue," ucap Alyc.
"Ok." Kay langsung memberhentikan mobilnya didepan rumah Alyc. Sedangkan Alex, dia sudah berada di alam mimpinya, tidur dengan nyenyak.
"Makasih ya." Ucap Alyc. Alyc langsung masuk kedalam rumahnya untuk beristirahat. Mengingat hari ini adalah hari yang melelahkan kan itu pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dream Forecast (Slow Update)
Fantasía"Ibu, orang itu mati seperti di dalam mimpi alyc!" Matanya berkaca-kaca, wajahnya memerah ketakutan. "Iya, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa" ibunya mencoba menenangkan alyc. "Masa depan tidak bisa di ubah. Aku harus bagaimana? Bagaimana?" Alyc t...