Hospital

9.6K 1.5K 455
                                    

"Mark..."

"Y—ya?"

"Kok lo tega sih?

"Hah?"


PAPA!


"Uh... maksud lo?" Lucas yang tadinya menatap Mark dengan dingin kini kembali mengalihkan pandangannya ke tembok di depannya tanpa sekalipun mau berniat untuk menjawab pertanyaan Mark tersebut.

"Cas, Jungwoo gimana?" Tidak ada jawaban.

"Cas?"

Diam.

"Lucas, kenapa kamu diem aja, nak?" Karena begitu penasaran dengan kondisi Jungwoo, kini bunda yang berinisiatif untuk bertanya. Tetapi, Lucas masih tetap diam tanpa tertarik untuk menjawab.

Bunda dan ayah kini tengah melempar pandangan pada satu sama lain. Setelah sekitar dua puluh menit terdiam tanpa ada yang berani untuk membuka suara, Lucas pun akhirnya lebih dulu mengeluarkan suara.

"Mark."

"Ya? Kenapa?"

"Lo tau kenapa Jungwoo bisa kayak gini?" Napas Lucas naik turun menandakan bahwa dirinya tengah menahan emosi. Tangannya juga ia kepalkan.

"Uh... g-gua ga ta-u...C-cas." Melihat tingkah Lucas yang begitu menyeramkan, Mark merinding sampai ia tidak bisa berbicara dengan baik. Ia takut, karena sahabatnya yang satu ini bisa menjadi sangat menyeramkan di saat seperti ini.

"GARA-GARA LO YANG TERLALU CEROBOH BEGO! OTAK LO ITU DIMANA SIH, HAH?!"

"Tenang, Cas. Jungwoo cuma sakit DBD aja kan?" Ayah yang baru datang kemudian menghampiri Lucas dengan cepat untuk menenangkannya.

"CUMA?! CUMA?!! JUNGWOO UDAH SEKARAT DI DALEM DAN AYAH BILANG 'CUMA'?! JUNGWOO ADA DI DALEM KARENA DIA PERNAH TERJANGKIT DBD DAN SEKARANG UDAH NAIK KE LEVEL YANG LEBIH PARAH YAH! DIA BISA AJA MATI!"

"ASTAGHFIRULLAH LUCAS! ISTIGHFAR KAMU!" Bunda pun mengambil inisiatif untuk memegang lengan Lucas karena takut jikalau Lucas akan melakukan sesuatu yang berbahaya.

"Kalian semua ga tau betapa berharapnya gua ngeliat Jungwoo yang nyambut gua dengan muka girangnya, bukan dengan Jungwoo yang sekarang." Tangis Lucas pecah. Lucas menutup wajahnya dan menangis sesegukan. Tangisan yang pertama kali dilihat Mark setelah bertahun-tahun lamanya. Sebut saja Lucas lebay, lemah, lembek, alay, cengeng, manja, atau apalah itu. Tapi memang itu yang dirasakannya.

Perasaan yang bercampur aduk. Antara kecewa karena temannya itu melalaikan tanggung jawabnya, sedih karena ekspektasi yang tidak terealisasikan, dan panik karena Jungwoo yang kritis.

"Jungwoo emang pernah kena DBD?" Tanya ayah.

"Sshh... Cas, udah. Anak bunda udah dewasa kok malah nangis? Malu dong sama Jungwoo, hm?" Lucas tidak menjawab. Ia sibuk dengan air matanya yang mengalir deras.

"Lucas, apa Jungwoo DBD-nya parah? Ayah ga ngerti sama ucapan kamu tadi."

"Dengue shock syndrome lebih tepatnya. Selamat siang, Saya dr. Yuta yang akan menangani Jungwoo selama masa perawatan. Permisi tuan Lucas, saya akan mengontrol Jungwoo." Dokter tiba-tiba datang dan pertanyaan ayah akhirnya terjawab.

Mark yang masih terdiam kini dengan cepat mengetikkan sesuatu di layar ponselnya. Well, Mark membuka google untuk mencari informasi tentang apa itu Dengue Shock Syndrome yang sudah membuat Lucas kalap seperti tadi.

Mark membaca beberapa artikel satu persatu dan itu hanya membuatnya semakin gugup dan gemetar. Wajahnya memucat, tangannya dingin. Tidak lama kemudian, dokter keluar dan memberikan informasi tentang keadaan Jungwoo.

Papa! | Caswoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang