SUASANA kafe yang tadinya lengang berubah riuh ketika personel Asslam masuk secara beriringan. Robi yang juga berada di sana bersama Jaka ikut mengalihkan perhatiannya langsung ke arah Za yang kini dikerumuni pengunjung kafe. Ada yang meminta berfoto. Ada juga yang datang untuk berjabat tangan atau sekadar memuji kecantikannya secara gamblang. Yang dipuji hanya bisa tersenyum sipu sambil menandatangani brosur yang disodorkan salah seorang penggemar. Pemandangan itu membuat Robi ingin segera angkat kaki dari sana. Tetapi kopinya masih setengah lagi. Sayang kalau ditinggalkan begitu saja.
"Cantik banget, ya." Perhatian Robi kembali kepada Jaka ketika mendengar temannya itu berdecak kagum.Robi memutar bola matanya sambil membuang muka. Sikapnya itu membuat Jaka jadi bersemangat untuk menggoda. Kini pria berwajah agak chubby itu memusatkan perhatiannya pada Robi dengan ekspresi mendamba. Untungnya Robi tidak melihat---ia sedang menyesap kopi. Kalau ya, mungkin cangkir kopi dan tatakannya itu akan melayang ke wajahnya.
"Gak lebih cantik dari Naina, sih, ya," sarkas Jaka sambil bertopang dagu. Tidak terintimidasi oleh tatapan membunuh dari seberang meja.
Yang digoda akhirnya membuang muka. Sementara di ujung sana keributan mulai mereda. Para penggemar mulai beranjak satu per satu setelah mendapat gambar. Robi sampai geleng-geleng kepala melihatnya.
"Masih suka kepikiran dia lo?" tanya Jaka sejurus kemudian. Menatap Robi yang tengah meneguk kopinya dengan tampang serius.
"Gak juga," jawab Robi. Ia meletakkan cangkir kopi di meja lalu menyandarkan punggung.
"Gak coba cari pengganti?" tembak Jaka langsung dan menggerakkan kepalanya ke arah Asslam. "Za misalnya."Robi menatapnya sengit. Tetapi Jaka hanya mencebik. Pria itu mengangkat alisnya sembari melipat tangan. Menatap Robi dengan ekspresi dua kali lebih serius. "Lo gak ngerasa kalo terkadang Za kelihatan mirip sama dia?"
Foto Za waktu itu langsung menghujam otak Robi. Ekspresi wajah Za, binar ceria di mata Za, senyum Za yang begitu lepas ... Robi mengangguk menjawab pertanyaan Jaka. Setengah melamun, setengah berpikir. Ia tidak melihat tatapan Jaka yang berubah.
"Jadi, lo suka Za atau lo gak suka Za?" Jaka bertanya lagi."Gue gak suka Za," sahut Robi langsung dan menambahkan dengan nada jengkel, "Gak usah aneh-aneh lo."
Jaka menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Satu tangannya dibiarkan tetap di meja memutar-mutar tatakan gelas kopi. Dengan posisi itu ia kembali memastikan, "Jadi beneran lo gak suka Za?"Robi sengaja tidak menjawab. Ia baru akan menyesap kopinya ketika Jaka tiba-tiba berkata dengan ringan. "Kalau lo berani nyium Za di depan umum sekarang ini, mobil gue buat lo."
Robi nyaris tersedak. "Gila lo?" Gelas kopinya diturunkan sambil ia menjilat bibir.
Baru beberapa waktu lalu foto viral dirinya dan Za hilang dari peredaran. Kini orang-orang tengah ramai membicarakan skandal seorang aktris yang terlibat prostitusi. Ditambah rencana pemerintah yang hendak memindahkan ibukota. Gosip itu terlupakan begitu saja."Lo gak suka Za, kan?" Jaka membalas tatapan Robi tanpa ekspresi. "Kalau gitu gue tantang lo nyium dia sekarang. Berani?"
Robi tertawa sarkas. "Jaminannya apa lo bakal kasih mobil lo ke gue?"
Jaka melempar kunci mobilnya. "Bisa langsung lo bawa pulang."
Sesaat Robi menatap temannya dengan bingung. Keningnya berkerut dan matanya nyaris menyipit. Kenapa Jaka tiba-tiba memberinya tantangan konyol seperti ini? Mau membuat anak gadis orang malu atau membuat dirinya ikut-ikutan terkenal? Tapi tak ayal ia tergiur dengan mobil mewah milik temannya ini.
"Kenapa? Lo takut jatuh cinta sama Za setelah nyium dia?" tanya Jaka sarkas dan melihat kilasan kaget di mata Robi sebelum pria itu tergelak maksa.
"Jadi, apa lagi yang lo tunggu?" desak Jaka semakin memprovokasi.
Robi menatap Jaka cukup lama, lalu ke arah Za, lalu kembali ke Jaka. Begitu terus selama beberapa detik sampai akhirnya ia terpancing. Dengan cepat ia menandaskan sisa kopinya sebelum menatap Jaka lagi."Oke, gue terima."
Jaka tersenyum puas ketika Robi melangkah menuju Asslam. Ia pikir akan sulit memancing Robi, karena ia tahu betul temannya ini tidak pernah menaruh perhatian pada sesuatu yang dianggapnya tidak penting. Tapi apa yang terjadi sekarang?
Oh tidak! Setelah ini sosial media pasti ramai dan netizen akan mulai berkicau. Semoga saja temannya itu tidak diamuk oleh fanboy Za, doa Jaka dalam hati.
***
Robi tidak tahu apa yang dipikirkan oleh otaknya yang sederhana itu sampai-sampai ia bersedia menerima tantangan Jaka yang tidak penting sama sekali. Ia begitu saja setuju saat temannya itu melemparkan kunci mobil kepadanya. Dan sekarang ia berjalan menuju personel Asslam dengan penuh percaya diri.
Selintas menantu idaman mamanya itu tampak terkejut ketika ia menarik lengannya. Mata mereka sempat bersirobok beberapa detik sebelum Robi menangkup wajahnya dan menciumnya di sudut bibir.
Robi bisa melihat sepasang mata sang vokalis Asslam itu melebar, bersamaan dengan jeritan histeris orang-orang di sekitarnya. Kemudian ia merasakan dadanya didorong kuat dan tamparan keras langsung mendarat di pipi kirinya. Ugh, panas!
Wanita dua puluh tahun itu kini menatapnya dengan mata melotot dan wajah merah menahan malu. Sialan Jaka! Robi serasa ingin memenggal kepala pria itu sekarang juga. Tetapi saat ia menoleh ke belakang, tidak ada siapa pun di meja itu. Jaka sudah pergi. Meninggalkan kunci mobil yang dijanjikannya.•
•Find me on @yoonisri_
KAMU SEDANG MEMBACA
IDOLA GAMBUS - Bingkai Rindu Alkahfi
FanfictionSudah Terbit [ Revisi: Judul sebelumnya Days with Sabyan ] SAAT semua orang falling in love kepada Syaza Fadhilah, vokalis Band Religi terkenal yang super cantik dan memiliki suara merdu, Robi Alkahfi, fotografer dua puluh empat tahun yang bekerja u...