"saya minta maaf, tapi tim dokter menemukan adanya kerusakan pada jantung anak tuan. Terlebih, kami juga mendeteksi adanya virus yang menyerang area paru parunya." jelas uisa Park lirih.
Air mata Hana menetes. Dia hanya bisa menundukan kepalanya. Taeyong sang suami menggenggam tangannya yang bergetar sambil memberi tepukan menenangkan. Mencoba memberi tau bahwa Hana tidak sendiri menghadapi kenyataan ini.
"untuk saat ini, kita tidak bisa mengoperasinya karna usia anak tuan yang masih terlalu kecil. Sementara waktu, anak tuan harus dirawat inap dirumah sakit ini untuk mengetahui kondisi jantung dan paru parunya apakah cukup kuat untuk beraktifitas atau tidak."Penjelasan Park uisa membuat air mata Hana bertambah deras.
"hiks..... Hiks.... Park uisa, Jisungie bahkan tidak tau seperti apa kondisinya sekarang. Lalu penjelasan seperti apa yang kami berikan saat dia ingin berlari, melompat, dan bermain seperti biasanya hiks....hiks.."Tangis Hana tak terbendung lagi saat membayangkan begitu Malang nasib anak bungsunya. Jisung anak yang ceria, aktif, walaupun kadang sering mengusili hyungnya, tapi Jisung adalah anak yang baik. Mengapa tuhan memberikan penyakit mengerikan seperti itu pada bocah sepolos Jisung.
"maafkan aku Hana-ya."Taeyong meminta maaf kepada Hana karena telah gagal menjadi kepala keluarga yang melindungi keluarga kecilnya. Didekapnya tubuh mungil itu, menyandarkan jiwa yang saat ini lemah kedada bidangnya, sekali lagi mencoba menguatkan.
****
"anniyo, Eomma! Lepaskan, lepaskan!" rengekan bocah berusia 6 tahun itu terdengar miris, membuat siapa saja yang mendengarnya tak akan tega melihat tubuh bocah kecil itu meronta ronta diatas ranjang rumah sakit.
" Jisungie, anak Eomma. Jisungie anak baik kan? Jadi Jisungie harus menurut dengan perkataan Uisa, ne." Hana mengelus kepala Jisung lembut, mencoba menenangkan anaknya yang mengamuk karena dirinya harus diikat diatas ranjang dengan uisa yang terus terusan menempelkan kabel kabel yang menakutkan bagi Jisung, membuat tubuh itu kesakitan dibuatnya.
" Kami minta maaf karena harus mengikat anak nyonya, karena Jisung yang tidak bisa diam dan terus meronta, kami terpaksa memakai cara ini. Kami takut Jisung tiba tiba melepas alat alat ini karena merasa tidak nyaman, itu bisa mengganggu keadaan jantung dan paru parunya untuk saat ini." Hana hanya memberi sebuah senyuman memahami. Sedangkan Taeyong yang berada disudut ruangan dengan sisulung Mark didekapnya membungkuk sopan saat uisa selesai memasangkan alat alat ketubuh Jisung.
" Eomma, sakit." Adu Jisung lirih saat tubuhnya sudah merasa lemas karena terus memberontak sejak tadi. Hana kembali mengelus surat coklat itu lembut, kali ini tangan yang satunya juga digunakan untuk mengelus area dada Jisung lembut. Saat pandangannya bertemu dengan mata sipit anak bungsunya, mata Hana kembali berkaca kaca.
" Mana yang sakit? Biar Eomma bilang pada sakitnya untuk tidak membuat Jisungie kesakitan, ne. Eomma juga akan bilang kalau Jisungie ingin tidur, jadi jangan terus terusan mengganggu tubuh Jisungie." Runtuh sudah pertahanan Hana. Bagaimana bisa Hana melihat Jisungnya kesakitan sementara dia tidak bisa berbuat apa apa untuk melepaskan segala kesakitan Jisung.
" Sakit, Semuanya sakit," Adu Jisung kembali.
" Jisungie tidak perlu takut, Mark hyung akan selalu ada disamping Jisungie apapun yang terjadi. Uljima, ne?" Mark yang sedari tadi hanya melihat diujung ranjang tempat Jisung diikat seperti orang jahat itu kini beranjak mendekat. Tangannya ikut mengelus punggung tangan Jisung yang terbebas dari selang infus. Karna merasa nyaman, Jisung akhirnya jatuh tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
uljima, dongsaeng
FanfictionJisung hanya ingin hidup bahagia dengan eomma, appa, dan hyungnya. Hanya itu. Tapi kenapa orang lain menginginkan jalan terbaik untuknya namun membuatnya terluka. Bahkan ia sendiri yang membuat ia jauh dari keluarganya walaupun ia sendiri tak mau...