" Bagaimana?"
Baru saja Mark membuka pintu ruang kesehatan, ia langsung bertanya pada Chenle yang tengah duduk di salah satu kursi yang agak jauh dari tempat tidur yang tengah Jisung tiduri.
Chenle sedikit terlonjak kaget karena kedatangan Mark yang sangat tiba tiba itu dan langsung bertanya padanya dengan suara yang tidak bisa dibilang kecil, membuat pemuda keturunan China itu menghela nafas pelan. Ia pun menghampiri kakak sahabatnya itu.
" Tidak apa apa. Aku mengabari hyung hanya ingin hyung membawa pulang bocah ini. Dia terlihat belum siap sepertinya."
Chenle berdiri dihadapan Mark dan menepuk pundak Mark pelan.
" Bawa Jisung pulang ke rumah hyung. Gunakan satu hari ini untuk keluarga hyung, mereka pasti senang."
Sebenarnya Mark sangat ingin menjitak kepala Chenle yang dengan tidak sopannya menepuk pundaknya seolah olah mereka ini seumuran. Sepertinya Chenle mulai tertular virus semena mena Jisung. Tapi berhubung perkataan Chenle ada benarnya juga, ia hanya mengangguk pelan sambil menepuk lengan Chenle sambil tersenyum masam.
Chenle terkikik pelan karena berhasil mengerjai hyung sahabatnya ini tanpa terkena omelan seperti biasanya. Hanya sebentar, karena setelah itu ia memilih keluar dari ruang kesehatan dan membiarkan dua kakak beradik itu memiliki waktu untuk berdua.
Setelah kepergian Chenle, Mark mendekati tempat tidur Jisung. Ditatapnya wajah adiknya itu lama, dan ternyata tidak ada yang berubah sejak terakhir kali Jisung masih mengingatnya. Yang berubah memang hanya status keluarganya di mata Jisung. Sekarang ia menjadi orang lain, dan yang pastinya tidak akan menjadi orang yang akan pertama kali Jisung cari saat tengah terluka, bahagia, takut, senang, sakit, sedih, dan butuh sandaran lagi.
" Jisungie.... " Mark membangunkan Jisung begitu pelan dengan cara menepuk pundak anak itu, membuat Jisung yang tengah tertidur terusik perlahan.
" Euh, Mark hyung?" Jisung merubah posisi berbaringnya menjadi duduk dengan dibantu Mark.
" Chenle dimana?" Tanya Jisung bingung.
" sebentar lagi bel masuk akan berbunyi, jadi Chenle harus segera masuk ke dalam kelas," jawab Mark. Jisung mengangguk mengerti.
" Ingin pulang?" Tawar Mark.
Jisung dengan cepat menggeleng pelan.
" Eomma pasti khawatir kalau aku pulang lebih cepat," tolak Jisung yang sudah mengira bagaimana reaksi Eommanya nanti. Dan bagaimana jika nanti ia dilarang sekolah setelah ini? Jisung tidak mau jadi pengangguran di usia semuda ini.
" Kalau begitu kita pulang ke rumah hyung saja. Eomma bilang ingin bertemu dengan mu, Eomma rindu suasana saat kau masih ada di rumah."
Wajah Jisung langsung berbinar senang saat mendengar usulan Mark.
" Aku juga merindukan Hana Eomma. Tapi hyung bagaimana?" Jisung menatap Mark polos, membuat Mark terkekeh pelan dan mengacak rambut Jisung pelan.
" Bolos sehari tidak akan membuat kita bodoh, kan?"
Jisung menatap Mark dengan tak percaya.
" Ais, mana ada yang seperti itu!" Jisung berdecak tak setuju dengan perkataan Mark. Walau terdengar tak setuju, tak ayal remaja berumur 15 tahun itu terlihat beranjak dari tempat tidurnya dan mulai mengenakan sepatu.
" Mau kemana?" Tanya Mark bingung. Ia takut Jisung memaksakan diri kembali ke kelas karena tak setuju dengan usulannya.
" Aku kan sedang merindukan Hana Eomma, jadi menurut ku ide hyung tak terlalu buruk juga. Kajja, aku sudah tidak sabar sampai ke rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
uljima, dongsaeng
FanfictionJisung hanya ingin hidup bahagia dengan eomma, appa, dan hyungnya. Hanya itu. Tapi kenapa orang lain menginginkan jalan terbaik untuknya namun membuatnya terluka. Bahkan ia sendiri yang membuat ia jauh dari keluarganya walaupun ia sendiri tak mau...