Part 4

2.8K 228 29
                                    

"aku pulang!"

Jam menunjukan pukul 4 sore saat Mark memasuki pintu utama rumahnya. Mark begitu lelah dengan kegiatannya hari ini. Setelah rapat sebentar dengan klub basketnya, ia sebagai kapten tim basket beserta teman teman klubnya menyeleksi beberapa haksaeng baru yang ingin bergabung di klub basket. Bahkan ia tidak bisa menemani Jisung mendaftar di klub musik dan pulang bersama dongsaengnya itu tadi. Ah, ngomong-ngomong kenapa rumah sepi sekali? Dimana eomma, appa, dan Jisung?.

'cleck!'

Mark membuka pintu kamar Jisung pelan. Saat kepalanya menengok kearah dalam kamar, ia melihat sebuah gundukan selimut diatas ranjang. Bahkan gorden dikamar itu tertutup rapat, menjadikan cahaya di kamar Jisung menjadi remang.

Mark mendekati tempat tidur King size bergambar tazmania milik Jisung. Terlihat dongsaengnya itu tertidur pulas dengan posisi terlentang, terlihat damai dalam tidurnya. Mark mengelus pipi dan mengecup kening Jisung lembut. Menikmati moment ini yang sangat sulit sekali ia lakukan jika Jisung terjaga.

"jangan sakit" ucap Mark lirih. Kemudian ia berbalik meninggalkan kamar Jisung setelah sebelumnya membenarkan letak selimut Jisung yang berantakan. Ia bergegas menuju kamarnya untuk istirahat sembari menunggu Jisung bangun.

Setelah mandi dan ganti baju, Mark segera beranjak naik ketempat tidur dan mulai menggeluti buku sains miliknya dengan posisi tengkurap. Karna memang tubuhnya tengah didera kelelahan setelah bermain basket, Mark akhirnya jatuh tertidur dengan buku buku pelajaran yang yang berserakan diatas tempat tidurnya.

***************

Disebuah restoran mewah kota Seoul, suasana tegang tengah terjadi disalah satu meja disudut ruangan. Sepasang suami istri dan laki laki tua berumur sekitar 60 tahunan, duduk saling berhadapan tanpa ada yang mencoba untuk memecah keheningan yang terjadi. Sesekali, Taeyong dan Hana -sepasang suami istri tadi- melirik kearah seseorang dihadapan mereka yang belum juga mau membuka suara.

"apa kalian tau kenapa Aboeji meminta bertemu dengan kalian sekarang?" setelah menunggu beberapa menit yang mencengkam, akhirnya tuan Lee -laki laki tua itu- angkat bicara, memperhatikan sepasang suami istri dihadapannya dengan tatapan tenang namum tajam.

"aniya, Aboeji. Kalau boleh tau, kenapa Aboeji tiba tiba ingin bertemu dengan kami?" Taeyong sebagai anak dari tuan Lee bertanya sopan. Setau Taeyong, Aboejinya adalah orang yang sangat sibuk. Walaupun perusahaan sudah Taeyong yang menangani, namun tetap saja, Aboejinya bukan orang yang bisa tiba tiba mengajak bertemu karena rindu dengan Taeyong yang notabenya adalah anak tunggal. Itu bukan Aboejinya, Taeyong sangat tau itu.

"ini tentang Jisung"

'deg!'

Kali ini Hana yang sedari tadi bungkam dan menundukan kepalanya, sontak memandang wajah mertuanya yang sudah dihiasi keriput tanda penuan dengan lekat. Jika Hana tau tuan Lee mengajak mereka bertemu hanya akan membahas soal Jisung, Hana memilih dirumah saja menemani Jisung istirahat daripada mendengar kalimat kalimat yang diucapkan tuan Lee nanti. Hana tau, pembahasan masalah Jisung tak pernah berjalan mulus bagi Taeyong maupin tuan Lee. Keduanya sama sama ingin yang terbaik utuk Jisung namun dengan cara yang berbeda dan saling bertentangan.

"Aboeji, sudah berapa kali kita membahas tentang ini? Aku tidak tau kenapa Aboeji selalu bertindak diluar batas tentang kehidupan keluargaku" kali ini Taeyong yang biasanya selalu tenang pun mulai tersulut emosi.

"Aboeji bukan bermaksud untuk mencampuri urusan keluargamu, Taeyong-ah. Tapi Jisung juga cucu Aboeji, cucu Aboeji satu satunya. Aboeji juga berhak menentukan yang terbaik untuk cucu Aboeji sendiri" ucap tuan Lee santai, tanpa tau bahwa kata 'cucu satu satunya' yang hanya ditujukan untuk Jisung tadi membuat hati kecil Hana sedikit tercubit. Lalu bagaimana dengan Mark? Bukankah ia juga cucu tuan Lee juga walaupun hanya sekedar cucu tiri?

uljima, dongsaengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang