Mobil audi berwarna putih yang ditumpangi Mark dan Jisung kesekolah memasuki gerbang tempat parkir Seoul senior high school. Begitu mobil terparkir rapi dengan beberapa mobil lainnya, Jisung yang hendak turun dari dalam mobil kembali ditarik duduk oleh Mark sebelum tangan itu menyentuh gagang pintu mobil.
" Kau langsung masuk kekelas saja setelah ini, tidak usah ikut menonton demo klub, kau dapat dispensasi untuk beberapa kegiatan sekolah oleh seongsaenim," jelas Mark pada Jisung.
" Mana bisa begitu. Bagaimana aku bisa menilai klub klub disini jika aku tidak melihatnya," protes Jisung tak terima. Mark menghela nafas sabar menghadapi sikap Jisung.
" Ya sudah, kau duduk saja dibangku pinggir lapangan. Tapi ingat, jika ada klub yang mengajakmu untuk mencoba, kau harus menolaknya, arraseo," putus Mark kali ini tanpa penolakan
" Hmmm....,ne " setelah itu Mark dan Jisung keluar dari mobil secara bersamaan. Sebelumnya, Mark menyuruh Kim Ajussi untuk pulang saja - karna biasanya Kim Ajussi selalu menunggu disekolah sampai Jisung pulang saat Jisung Junior Hingh School -. Sempat ada penolakan dari Kim Ajussi karna merasa masih khawatir kepada tuan muda bungsu keluarga Lee itu yang kemana mana selalu diantar olehnya. Kim Ajussi sudah menganggap Jisung seperti anaknya sendiri. Namun Mark meyakinkan bahwa ia akan menjaga dongsaengnya lebih dari apapun, dan akhirnya Kim Ajussi mengiyakannya.
Setelah itu Mark merangkul pundak Jisung memasuki gerbang gedung sekolah menuju lapangan indor yang berada dilantai paling atas bangunan sekolah. Namun, baru saja keduanya sampai di tangga lantai dua, Jisung tiba tiba menghentikan langkahnya,membuat Mark juga ikut menghentikan langkahnya " Waeyo?" tanya Mark menghadap Jisung.
" Aku lelah," jawab Jisung dengan kepala ditundukan. Setelah ini Jisung pasti akan menyusahkan Mark lagi.
Mark langsung memindahkan tas yang digendongnya dibelakang punggung kearah depan, kemudian Mark berjongkok didepan Jisung dan menepuk punggungnya sendiri.
" Ayo naik, biar hyung gendong sampai lapangan," ucap Mark.
Hening selama beberapa detik. Saat Mark menoleh kebelakang, Jisung hanya diam memandang punggung Mark sungkan. Mark kembali berdiri dihadapan Jisung, dielusnya kepala bagian belakang rambut Jisung lembut.
" Tidak usah merasa sungkan dan merepotkan,Hyung mu ini hyungmu, ne. Ayo cepat naik, kita sudah terlambat beberapa menit," ucap Mark kembali berjongkok dihadapan Jisung.
Jisung mengedarkan pandangannya kesekeliling, tangga tempat mereka berada memang sepi. Apa mereka sudah seterlambat itu?, pikir Jisung. Dengan perlahan Jisung naik kepunggung Mark dan menaruh dagunya dipundak Mark.
" Apa aku berat?" tanya Jisung.
Mark terkekeh pelan. " Ne, tentu saja. Tapi hyung ingin saat hyung menggendongmu lagi, kau harus lebih berat dari ini," jawab Mark terus melangkahkan kakinya di anak tangga.
" Bilang saja aku kurus dan enteng, kenapa harus bertele tele sekali," protes Jisung. Mark kembali terkekeh.
Sebelum sampai lapangan indor, Jisung meminta diturunkan karena malu jika dilihat para sunbaenya nanti. Setelah memastikan Jisung benar benar duduk dibangku kosong pinggir lapangan, Mark baru mau ketempat ruang ganti untuk bersiap siap menemui klub basketnya.
Karena merasa bosan menunggu acara yang baru akan dimulai beberapa menit lagi, Jisung lebih memilih memainkan game yang berada diponselnya sendiri. Saat tengah fokus dengan gamenya, tiba tiba ada seseorang yang duduk disebelahnya dan menyapanya.
" Anyeonghaseyo," sapa orang itu ramah.
Jisung mengercit bingung " nuguseyo?" tanya Jisung waspada. Kata eommanya, dia harus waspada dengan orang baru, siapapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
uljima, dongsaeng
FanfikceJisung hanya ingin hidup bahagia dengan eomma, appa, dan hyungnya. Hanya itu. Tapi kenapa orang lain menginginkan jalan terbaik untuknya namun membuatnya terluka. Bahkan ia sendiri yang membuat ia jauh dari keluarganya walaupun ia sendiri tak mau...