"kenapa kau tidak berangkat ke kantor?" tanya Hana pada Taeyong yang tengah menontonnya memasak dari kursi pantry yg menjadi pembatas antara dapur dan ruang makan.
Taeyong masih bergeming memandangi Hana yg tengah memasak "hanya ingin beristirahat dari tumpukan kertas kertas rumit itu" Jawab Taeyong yg mulai memakan sepotong apel dari keranjang buah diatas meja pantry.
Hana terkekeh pelan "mulai bosan, ne?" ledek Hana sambil memindahkan masakan terakhirnya untuk menu hari ini dari atas wajan kesebuah piring besar.
"ani. Aku tidak akan pernah bosan sampai kapanpun jika itu semua aku lakukan untukmu, Mark, dan Jisung" ucap Taeyong sungguh sungguh.
Mendengar itu, Hana tersenyum lebar dan berjalan kearah Taeyong lalu berdiri dihadapan suaminya itu yang hanya terpisahkan oleh meja pantry.
"gomawo, untuk semua yang kau lakukan untuku dan Mark. Aku tidak tau bagaimana Mark tanpa sosok appa sepertimu diusia Mark yang baru menginjak umur 1 tahun saat itu. Aku sangat berterima kasih padamu Taeyong" ucap Hana yang membuat senyum simpul Taeyong merekah. Ia menggenggam tangan Hana yang berada di atas meja dan mengelusnya lembut. Hana balas tersenyum.
"dan terima kasih karna sudah melahirkan dan menjadi ibu yang baik untuk Mark dan Jisung" balas Taeyong.
"tapi maafkan aku karna tidak bisa membalas semua kebaikanmu dan tidak bisa melahirkan Jisung secara sempurna. Aku eomma yang gagal, kan?"
"sssttt..... Itu bukan mau mu, itu kehendak tuhan. Jangan selalu menyalahkan dirimu sendiri atas apa yang terjadi dengan keluarga kita. Lagipula, aku tidak bilang kau harus membalas semua itu kan? Cukup menjadi eomma yang baik untuk Mark dan Jisung, juga menjadi Hana yang seperti ini selamanya. Kau bahkan membayarnya dua kali lipat dari aku" keduanya saling bertatap mata cukup lama. Yang satu untuk mencari kesungguhan dan yang satunya mencoba meyakinkan. Seolah mereka berdua tengah berbicara dalam diam lewat tatapan mata mereka.
"apa yang sedang eomma dan appa lakukan?" terperanjat. Taeyong dan Hana langsung menoleh kearah sumber suara. Terlihat Jisung yang sudah duduk manis dikursi pantry yang berada disebelah Taeyong dengan siku yang menopang dagu dan memasang pose pura pura curiga.
"a....a....Jisungie. Kenapa kau ada di sini? Bagaimana dengan sekolahmu?" Hana yang salah tingkah karena tertangkap basah sedang bertatapan mata dengan Taeyong dihadapan Jisung, bertanya gugup.
"ini kan sudah jam dua. Apa aku tetap tidak boleh pulang walau dijam pulang sekolah sekalipun?" tanya Jisung mulai merajuk. Mark yang mendengarnya dari ruang tamu hanya tersenyum. Dari nada suara Jisung, Mark tau, Jisung hanya ingin menggoda orang tuanya. Tapi sepertinya mereka masuk kedalam perangkap Jisung.
Taeyong dan Hana melirik kearah jam dinding yang berada didapur. Benar, bahkan sudah hampir setengah tiga "ani, ani bukan begitu. Hanya saja eomma dan appa....." Hana menghentikan ucapannya karena kehabisan kata kata untuk menjelaskannya pada Jisung.
"hanya saja aku sangat mengganggu kan? Ah, sepertinya iya. Eomma dan appa bahkan tidak mendengar salamku dan Mark hyung tadi. Huh! Menyebalkan!" Jisung berdiri dari kursi pantry dan pura-pura melengos jengkel.
"kalu begitu, aku tidak akan keluar kamar saja agar tidak mengganggu eomma dan appa" ucap Jisung sebelum meninggalkan Taeyong dan Hana yang gelagapan tidak tau harus berbuat apa.
"Jisungie, Jisungie!" panggil Taeyong mencoba mencegah Jisung pergi. Namun Jisung seperti menulikan pendengarannya sampai punggungnya hilang dibelokan lorong dapur.
"Taeyong, apa Jisungie benar benar marah? Ah ottoke" tanya Hana kebingungan. Taeyong hanya bisa tertunduk pasrah di kursi pantry. Kalau Jisung sudah merajuk, akan sangat susah mengembalikan mood Jisung seperti semula lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
uljima, dongsaeng
FanfictionJisung hanya ingin hidup bahagia dengan eomma, appa, dan hyungnya. Hanya itu. Tapi kenapa orang lain menginginkan jalan terbaik untuknya namun membuatnya terluka. Bahkan ia sendiri yang membuat ia jauh dari keluarganya walaupun ia sendiri tak mau...