Part 15

1.2K 144 14
                                    

Di atap sekolah Seoul Senior High School, Renjun menatap takut takut seseorang disebelahnya yang hanya diam sejak pertama kali keluar dari kamar mandi tadi. Renjun juga bingung kenapa ia bisa berakhir di atap sekolah dan berdiri di pagar pembatas sambil melihat siswa kelas sepuluh yang tengah melakukan pemanasan untuk pelajaran olahraga yang sebentar lagi akan dimulai bersama si 'penyelamatnya' ini.

"mmm.. Terimakasih sudah menolong ku dari Jeno. Mungkin jika tidak ada kau, aku akan berdiri di atap sekolah ini seharian sampai baju ku kering. Jeno pasti akan menyiramku dengan air tadi." Karna merasa orang disebelahnya ini tidak akan membuka suara dalam waktu yang dekat, Renjun akhirnya memberanikan diri bersuara untuk memecahkan keheningan terlebih dahulu.

" Jangan berterimakasih padaku. Sudah lama aku ingin membalas perlakuan semena mena Jeno pada orang orang yang gampang tertindas seperti mu. Seharusnya aku yang minta karna menjadikanmu alat untuk membalas perbuatan Jeno," ucap orang itu sambil menoleh ke arah Renjun dan tersenyum tipis.

" Gwenchana. Aku sudah terbiasa menerima itu," ucap Renjun tak keberatan.

" Seharusnya kau jangan terbisa akan itu. Kau harus berani Melawannya sekali kali."

Renjun terkekeh pelan mendengar orang di sebelah nya ini yang malah menggebu gebu seolah ingin menghabisi Jeno saat ini juga.

" Aku hanya anak peraih beasiswa. Jika aku membuat masalah di sekolah ini satu kali saja, beasiswa ku terancam dicabut oleh pihak sekolah," ucap Renjun sambil menundukan kepalanya.

Orang itu memperhatikan raut wajah Renjun yang berubah sendu. Ia jadi merasa salah berbicara. Seharusnya ia tidak berbicara seperti itu saat ia sendiri tau jika para siswa peraih beasiswa tidak akan pernah hidup bebas di sekolah ini tanpa tekanan.

" Ah, kita belum berkenalan. Siapa namamu?" Tanya orang itu mencoba mengalihkan percakapan yang mulai sensitif.

" Renjun. Kau?"

" Aku... "

" Jaemin hyung!!"

Dari arah tangga yang menuju atap sekolah, terdengar suara cempreng khas Chenle memanggil nama Jaemin dengan keras. Saat Renjun dan orang itu -yang ternyata adalah Jaemin- membalikkan badannya, mereka dapat melihat Chenle tengah berlari mendekat dengan terburu buru ke arah Jaemin dengan seragam olahraga yang melekat di tubuhnya.

" Hhh... Hyung...hh....kemana... Hhh saja..., aku uhuk! Uhuk!"

Jaemin mendekat kearah Chenle dan menepuk punggung Chenle agak keras. Berniat untuk membantu Chenle mengurangi batuknya.

" Pelan pelan kalau bicara. Tidak ada yang sedang mengejar mu, kan?" Ceramah Jaemin masih menepuk punggung Chenle.

Chenle yang merasa Jaemin tidak benar benar membantunya pun mendelik tajam ke arah Sunbaenya itu.

" Yak! Hyung ini bisa lembut sedikit tidak sih? Ini terlalu kasar!" Protes Chenle mencak mencak.

Jaemin tak menanggapi protes Chenle dan hanya mengangkat bahunya acuh.

" Ada apa kau mencariku?" Tanya Jaemin.

Chenle yang awalnya kesal, berubah jadi antusias saat mengingat kedatangannya menemui Jaemin ingin memberitahu kabar Jisung yang sudah di temukan.

" Jisungie. Mark hyung bilang polisi sudah menemukan tempat dimana lokasi penyembunyian Jisung di Hallasan," Jelas Chenle semangat.

"Jinjja? Lalu bagaimana?"

" Mereka tinggal menunggu situasi aman untuk membawa Jisung. Sebenarnya aku ingin sekali kesana, tapi Hallasan terlalu jauh untuk anak seusiaku," ucap Chenle lirih. Ia menatap Jaemin dan sedikit terkejut saat mendapati tak hanya Jaemin yang berada di atap sekolah saat ini. Ada orang lain yang tak Chenle kenal juga ada disana. Tengah menatanya dengan intens.

uljima, dongsaengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang