Part 14

1.3K 165 11
                                    




Sudah tiga hari lamanya Jisung berada di rumah Haraboejinya yang dia sendiri tidak tau di daerah mana. Selama itu juga, Jisung tak pernah beranjak sedikit pun dari kamar yang ditempatinya. Sesekali tuan Lee masuk ke kamar itu entah untuk hanya melihat keadaan Jisung ataupun mengantarkan makanan untuk cucunya yang setiap kali ia masuk tak pernah bersuara. Jisung hanya diam saa ia menyuapinya ataupun bengajaknya berbicara.

Di sisi lain, tanpa sepengetahuan tuan Lee sendiri, para polisi yang bertugas menyelidiki kasus penculikan Jisung selalu berjaga di sekitar rumah tuan Lee. Mencoba mencari celah untuk mengepung rumah itu dan membawa Jisung tanpa harus adanya perlawanan dari pihak tuan Lee. Namun karena ketatnya penjagaan, sampai saat ini para polisi masih memikirkan cara terbaik untuk mencari jalan keluar.

"Hyung, cepat bawa aku keluar dari sini. Aku takut."

Selalu seperti ini. Setiap Jisung tengah berada di kamar sendirian, ia selalu berbicara pada udara kosong. Berharap semoga angin membawa suara lirihnya sampai ke telinga Appa, Eomma, atau Hyungnya.

" Aku memang ingin pergi keluar bersama Haraboeji. Tapi tidak seperti ini yang aku mau," gumam Jisung lirih.

Kalau boleh Jisung jujur, ia menyesal pernah marah pada kedua orang tuanya yang melarangnya pergi saat itu. Mungkin sekarang mereka semua tengah cemas mencarinya. Dan Chenle, anak itu pasti ikut cemas karena ia tak masuk sekolah selama beberapa hari ini. Sungguh! Jisung ingin pulang sekarang juga.

'clek!'

Suara pintu yang terbuka tiba tiba membuat Jisung menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Ia fikir karena yang biasa masuk ke kamarnya adalah Haraboejinya, maka itu adalah Haraboejinya. Dan karena ia masih sedikit sungkan dan takut, ia buru buru membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata untuk pura pura tidur agar tak perlu berbicara pada Haraboejinya. Namun sampai beberapa waktu terbuang sia sia, tak ada satupun suara yang di keluarkan Haraboejinya. Membuat dahi Jisung sedikit mengercit kebingungan.

" Aku tau tuan muda tidak tidur. Ayo bangun. Ini saatnya tuan muda makan siang."

Tunggu! Tuan muda? Sejak kapan Haraboeji memanggilnya tuan muda?

Karena bingung dengan panggilan itu, Jisung langsung membuka matanya dan mengabaikan akting pura pura tidurnya tadi untuk memastikan bahwa orang itu benar benar Haraboejinya atau bukan. Dan saat mendapati bukan Haraboejinya yang datang ke kamarnya, Jisung pun sedikit kaget. Bukan apa apa. Hanya saja orang yang tengah duduk ditepi ranjangnya saat ini adalah orang yang sama dengan orang yang waktu itu menamparnya.

" Ajussi?" ucap Jisung kaget.

" Jangan panggil aku Ajussi. Aku belum setua itu. Panggil aku hyung, Ten hyung."

Ten mendekat ke arah tempat tidur Jisung dan menaruh nampan berisi makan siang tuan mudanya itu di atas meja. Disibaknya selimut yang membungkus rapat tubuh ringkih Jisung.

" Kajja, tuan muda harus makan."

" Hyung itu bukannya yang waktu itu...."

" Ah, lupakan kejadian itu. Hyung sudah bilang hyung tidak berniat menyakiti mu, tapi kau yang memaksanya."

Jisung mengercit bingung. Sikap orang yang menyebut dirinya bernama Ten ini sangat jauh berbeda dengan sikap saat pertama kali Jisung bertemu dengannya. Walaupun Jisung bisa melihat bahwa Ten hyung memang orang yang baik sejak awal.

" Hyung tidak akan bersikap seperti kemarin lagi kan?" Tanya Jisung seraya beranjak bangun dari posisi berbaringnya dan berhadapan langsung dengan Ten.

" Hyung sudah bilang itu tidak sengaja."

" Walaupun hyung tidak sengaja, itu tetap sakit tau," ucap Jisung.

uljima, dongsaengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang