Part 8

1.7K 184 22
                                    

Perjalanan antara kota Seoul ke kota Mokpo memang memakan waktu yang cukup lama. Terlebih panti asuhan milik Lucas berada di desa, bukan dijantung kota mokpo itu sendiri.

Di dalam mobil, Taeyong duduk di bangku kemudi dengan Mark disebelahnya. Sementara Hana menemani Jisung yang sudah jatuh tertidur di kursi belakang karena kelelahan setelah berbicara panjang lebar tentang banyak hal selama perjalan.

"Apa yang kau bawa untuk anak anak panti asuhan?" Tanya Taeyong pada Hana tanpa mengalihkan pandangannya pada jalanan didepan.

"Hanya makanan ringan dan beberapa mainan untuk anak anak yang masih kecil." Jawab Hana. Pandangan matanya melirik kearah dua kantung plastik besar yang berada disebelah tubuh Jisung. "Tapi sepertinya Mark dan Jisung juga punya sesuatu." Hana melirik kearah Mark.

"Ne, Eomma. Aku dan Jisungie memberikan baju baju kami yang sudah tidak dipakai tapi masih layak dan bagus untuk digunakan kepada anak anak panti asuhan."

Taeyong dan Hana tersenyum. Kedua anaknya ini walaupun hidup berkecukupan, tapi tidak pernah membanggakan itu didepan teman temannya. Mereka juga tidak sungkan berbaur dengan anak anak panti tanpa memikirkan derajat pertemanan. Tidak seperti anak anak dari keluarga chaebol lainnya yang suka memilih milih kasta dalam berteman.

Mereka sungguh bahagia memiliki Mark dan Jisung di hidup mereka.

'ckiiiittt!!!'

Di tengah tengah perjalanan Taeyong secara tiba tiba mengerem mobilnya secara mendadak, membuat semua orang terpelanting kedepan secara bersamaan. Bahkan Jisung sampai terbangun walaupun tubuhnya sudah ditahan oleh Hana agar tidak membentur belakang kursi kemudi.

"Gwenchana?" Taeyong mengamati keluarganya satu persatu untuk memastikan tidak ada yang terluka karna kejadian tadi.

"Taeyong-ah, ada apa? Kenapa kau tiba tiba mengerem mendadak?" Bukannya menjawab pertanyaan Taeyong, Hana malah balik bertanya alasan Taeyong menginjak rem mobilnya secara tiba tiba.

'tok! tok! tok!'

Tiba tiba dari arah samping, kaca mobil kursi bagian belakang diketuk secara brutal oleh seseorang yang memakai pakaian serba hitam serta memakai penutup wajah.

"Buka pintunnya dan keluar! Atau saya pecahkan kaca mobil ini!" Ancam orang itu dengan nada tinggi.

"Eomma," Jisung makin merapatkan tubuhnya yang memang sudah dipeluk Hana erat saat kejadian  rem mendadak yang dilakukan Taeyong tadi makin erat.

Taeyong menghadap kearah belakang dan memegang pucuk kepala Jisung. "Gwenchana, jangan panik. Appa akan melindungimu, ne." Ucap Taeyong menenangkan Jisung.

Kaca mobil kembali diketuk tidak sabaran. Mark mengedarkan pandangannya kesekeliling mobil. Ada sekitar lima orang yang mengepung mobil. Tiga orang mengetuk kaca mobil bagian belakang sementara dua orang lainnya duduk diatas kap mobil milik mereka sendiri yang berada didepan mobil milik keluarganya dan hanya memandangi mobilnya dengan tajam.

'ini aneh. Kenapa hanya pintu bagian belakang yang mereka kepung?" batin Mark ganjil.

'CTARRR!"

"Aaaaa.....!!!!" Teriakan Hana membuyarkan lamunan Mark dari semua femikiran ganjilnya. Mark terbelalak kaget saat melihat kaca mobil bagian belakang dipecah dengan menggunakan kayu oleh para penjahat itu.

"Hana! Jisung!" Teriak Taeyong.

Terlihat darah mengalir dari tangan kanan Hana yang terkena pecahan kaca serta bahu dan leher bagian kanan Jisung yang juga mengalirkan darah karena tidak terjangkau tangan Hana untuk dilindungi.

"Keluar! Cepat keluar!"

Belum juga tangan penjahat itu menjangkau tubuh Jisung, Taeyong sudah terlebih dahulu keluar dari mobil dan memukul tiga orang itu menggunakan balok yang tadi digunakan untuk memecahkan kaca.

"Mark, cepat bawa Eommamu dan Jisung menjauh dari sini. Appa akan menyusul setelah selesai dengan mereka semua." Taeyong melongok kearah dalam mobil dan memerintahkan Mark. Pandangannya jatuh pada Hana yang seperti menahan sakit karena pecahan kaca tadi namun lebih mementingkan Jisung yang mulai bernafas dengan cepat dan berat dan terlihat kesakitan akibat bahu dan lehernya terluka.

"Jisungie, kau dengar Appa? Ikuti perkataan Mark hyung dan Eomma, ne. Kita akan kerumah sakit setelah ini. Bertahanlah." Ucap Taeyong mulai frustrasi melihat keadaan Jisung dan Hana yang seharusnya harus segera dibawa kerumah sakit.

"Hana, pergilah dengan Mark dan Jisung. Aku akan me..... "

'bugh!'

" Taeyong!" Jerit Hana tertahan.

"Argghhhh......,Hana,Mark,cepat pergi!" Belum selesai Taeyong berbicara pada Hana, punggungnya kembali dipukul keras dengan tangan oleh salah satu dari penjahat itu.

Taeyong kembali bangkit dan menghindar dari serangan bertubi tubi dari mereka. Awalnya ia cukup kewalahan dengan tiga lawan satu ini. Tapi ternyata Taeyong bisa menguasai pertarungan dan hampir mengalahkan mereka semua.

"Jisung!"

Konsentrasi Taeyong terpecah saat mendengar suara teriakan Hana.

"Menyerah atau dia yang akan jadi taruhannya."

Taeyong menghentikan pukulannya saat mendengar suara ancaman itu. Jisung dengan leher yang ditodong pisau kecil oleh dua orang yang sedari tadi hanya melihat tiga lainnya bekerja dari kap mobil mereka terlihat tercekik. Yang membuat Taeyong, Hana, dan Mark menahan nafas adalah kondisi Jisung dengan bibir mulai membiru dan mata yang terpejam rapat berusaha melepaskan lengan orang yang menyandranya karna perlakuan itu cukup membuat ia semakin susah untuk mengambil nafas.

"le.. Pas.. Kan... Hhhh... " Mohon Jisung  lirih. Terlihat air mata meluncur bebas dari mata Jisung yang menutup rapat menahan sesak.

" Kalian boleh mengambil semua hartaku. Semuanya akan aku berikan. Tapi aku mohon, lepaskan anakku." Ucap Hana ketakutan.

"Diam! Jangan banyak bicara!" Bentak si penjahat makin mengeratkan geratannya, mencoba mengancam.

"pegangi mereka!" Perintah orang yang mengerat leher Jisung. Seketika tubuh Taeyong, Hana, dan Mark dipegangi oleh tiga orang yang memecah kaca tadi dengan erat tanpa bisa memberontak karna nyawa Jisung sebagai taruhannya.

"Anak ini akan baik baik saja ditangan tuan kami. Jadi jangan cari anak ini lagi dan jangan pernah melaporkan kejadian ini ke polisi. Atau kalian tidak bisa lagi melihatnya. Ingat itu!" Gertak orang itu.

"Bius mereka!"

Taeyong, Hana, dan Mark memberontak sekuat tenaga saat sebuah sapu tangan barbau cairan obat bius yang menyengat membekap mulut dan hidung mereka. Namun kelamaan berontakan keras itu berubah menjadi rontaan lemah yang sia sia. Seperti ada sebuah magnet tak kasat mata yang memaksa mata mereka untuk terpejam walaupun tidak ingin. Yang terakhir Mark ingat sebelum tubuhnya luruh dan hilang kesadaraan adalah tubuh Jisung yang sudah tak sadarkan diri digendongan orang yang menyandranya dan membawa tubuh Jisung masuk kedalam mobil dan dibawa entah kemana oleh komplotan itu menggunakan mobil.

TBC

Holaaaaaaaa
Ada yang masih nunggu cerita ini kah? Semoga masih ya......
Aku akan libur pondok sampai tanggal 18 November nanti. Jadi selama itu aku akan update selama 2 hari sekali.
Part nya pendek pendek aja yah.
Sampai ketemu hari sabtu nanti👋👋👋👋

Tegal,
Kamis, 7 November 2019❤️
We Boom!🔥

uljima, dongsaengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang