"Are you really? Will you protect me?"
~Fina~
.
.
.
.
.
.
.
2 weeks later~Hari ini adalah hari keberangkatan Ryuga dan Fina ke Jepang. Kini mereka sedang menunggu datangnya pesawat di caffetaria bandara.
Masalah izin? Yaa, Fina sudah diizinkan oleh kedua orangtuanya. Awalnya ragu untuk membiarkan Fina pergi ke luar negeri, bahkan sempat terjadi perdebatan untuk masalah ini. Namun Ryuga tidak menyerah, dia berusaha meyakinkan kedua orangtua Fina kalau dirinya siap menjaga gadis itu selama disana. Akhirnya Fina diizinkan pergi ke Jepang dengan syarat pulang ke Indonesia tidak boleh bertiga.
You know I mean lah :v - Author
Pesawat take off pukul 08.00 malam, karena masih setengah jam lagi mereka menyempatkan diri untuk makan malam di caffe.
Di tengah makan, Fina tampak kurang nyaman. Saat duduk dia terlihat gelisah dan makanannya pun masih utuh.
"Fin, lo kenapa? Sakit ya." Tanya Ryuga.
Fina menggeleng, "Nggak. Gua gapapa."
Ryuga menghela nafas," Udahlah cerita aja, gua bisa bantu. Kan gua udah janji sama papa mama lo buat jagain lo."
"Gua takut." Jawab Fina pelan.
Ryuga mengerutkan dahinya, "Whats wrong?"
"Ini pertama kalinya gua naik pesawat, gua juga takut ketinggian. Apalagi gua suka mabok perjalanan." Jawab Fina.
"And then?" Tanya Ryuga lagi.
"Gua takut pesawatnya jatuh." Jawab Fina pelan.
"No! Nggak bakal jatuh." Sergah Ryuga.
"Tapi kan~ sama aja gua masih takut." Lirih Fina.
Ryuga hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban Fina yang terdengar paranoid itu.
"Ntar di pesawat lo tidur aja. Bayangin lo tidur di kamar lo. Kalo udah sampe, gua bangunin dah." Tutur Ryuga.
"Kalo dengerin lagu sambil masang earphone, boleh kan?" Tanya Fina, "Gua kebiasaan kalo lagi pergi pasti dengerin lagu pas perjalanan." Sambungnya.
Ryuga mengangguk, "Asal hp lo di mode pesawat, nggak masalah kok."
"Oke dah." Jawab Fina.
"Tapi kalo udah ngantuk, earphone nya dilepas. Nggak baik buat kesehatan telinga lo." Ucap Ryuga.
"Iye dah iye. Nurut aja dah gua." Jawab Fina datar.
******
Kini mereka sudah di dalam pesawat. Beruntunglah bangku mereka bersebelah, jadi Ryuga dengan mudah dapat menjaga atau menolong Fina jika membutuhkan bantuan.
Di dalam pesawat pun Fina masih gelisah, malah semakin gelisah. Keringat dingin mulai bercucuran, sesekali dia juga menggenggam kedua tangannya.
"Tidur aja." Ucap Ryuga sambil membalut tubuh gadis itu dengan selimut.
"Ga, sorry kalo gua manja. Tapi serius, gua takut banget." Ucap Fina dengan sedikit gemetar.
Tiba-tiba Ryuga menyenderkan kepala Fina di bahunya.
"Lo tidurnya begini aja. Kalo lo masih takut, lo boleh pegang erat tangan gua." Balas Ryuga.
Deg.
Deg.
Deg.
Deg.
"YANG ADA MALAH MAKIN GELISAH, DODOL." Batin Fina.
"Udah nggak usah grogi, sans aja sama gua." Sambung Ryuga.
"Padahal gua cuma temennya, dan katanya dia suka sama cewek lain. Eh tapi kok dia sweet gini anjir? Gamon kan gamon. Ish!" Batin Fina yang kesekian kalinya.
"Nggak perlu baper." Sahut Ryuga seolah-olah dia tahu apa yang Fina katakan di dalam hatinya.
"Kok lo tau?!" Sambar Fina.
Ryuga tertawa geli, "Nah kan gua bener."
"Kampret!" Gumam Fina kesal.
"Yasudah gapapa, lo tidur sambil senderan bahu gua aja. Gua nyaman kok." Ucap Ryuga sambil menutup matanya.
Fina mendongakkan sedikit kepalanya, "Lo juga mau tidur?"
"Iyalah, ngantuk gua." Jawab Ryuga yang masih menutup matanya.
Fina menghela nafasnya, dia diam sejenak untuk merasakan nyaman bersandar di bahu Ryuga. Perlahan dia memegang lengan cowok itu, namun~
*GREP!
Ryuga menggandeng telapak tangan Fina yang semula ada di lengannya, kini mereka tidur dalam posisi bergandengan tangan.
"Thank you for protecting me." Batin Fina.
Tak lama kemudian mereka berpetualang ke alam mimpi masing-masing.
TBC