Misi patroli mereka tertulis sebagai misi untuk mengintai sebuah wilayah perbatasan. Jo dan Tony kebetulan mengintai wilayah mereka yang berdekatan, dengan mengamati menara-menara perbatas dari jauh.
Tugas mereka adalah mendapatkan informasi dari orang-orang menara tanpa diketahui. Ini adalah kemampuan paling mendasar bagi divisi elit selain kekuatan serangan mereka sebagai andalan dan ujung tombak ketika darurat.
Tapi, ujian seperti ini tidak pernah semudah yang direncanakan. Misi pengintaian berubah menjadi misi bertahan hidup.
Orang-orang di menara sulit sekali dikorek informasinya, sementara ada sebuah pasukan khusus lain yang Jo sendiri tidak tahu dari musuh atau senior mereka tengah mengejar.
Karena posisi mereka dekat, insting Jo menyarankan untuk mencari Tony.
Jo mencari posisi Tony secepat mungkin. Bertarung sendiri Jo pikir akan kewalahan. Berdua mereka bisa bertahan dari setiap gempuran beberapa pasukan yang datang.
Informasi yang mereka dapatkan dari menara adalah kabar kedatangan seseorang. Jo dan Tony belum sempat membuka laporan itu menerangkan siapa yang akan datang, dan sepenting apa orang itu sampai divisi elit seperti mereka ini harus mencuri informasi itu.
Waspada dan fokus yang tidak boleh teralihkan membuat keduanya menyimpan informasi itu dengan aman dalam tas mereka.
Bacanya nanti saja, yang penting mereka selamat dulu.
Pertarungan tiada henti itu berlangsung sampai petang datang. Keduanya sudah terengah dengan luka gores di sana-sini, tapi dipaksa tetap harus siap menghadapi siapapun yang datang.
Jo menghirup udara panjang, berharap penciumannya bisa digunakan untuk mendeteksi ancaman lainnya yang mendekat.
"....Aman." Jo berkata lirih kepada Tony, tapi Tony menaikkan alisnya. Dia tidak begitu yakin.
Tony bisa saja mengerahkan anginnya bergerak dalam radius sekian meter untuk memastikan keadaan. Ini adalah salah satu kelebihan dari pengguna elemen angin dalam bidang pengintaian.
Tapi entah kenapa tubuhnya malam itu sangat lemah, dia bahkan merasa menjadi beban bagi Jo.
"Kamu kenapa?" Jo berjalan menghampiri Tony yang tiba-tiba limbung.
"Sial, manaku mau habis, sepertinya." Tony tersenyum tipis, menyesal dia mendadak jadi selemah ini. "Maaf aku ga bisa memastikan keadaan."
Jo kembali menguatkan penciumannya. Dia mengenali bau setiap pohon di hutan yang sedang mereka tempati, dia mencium jejak beberapa manusia yang pernah datang dan pergi meninggalkan mereka.
Sejauh jarak yang Jo bisa cium, tidak ada pergerakan manusia lain yang menghampiri mereka.
Mereka aman.
"Aku sempat merobek salah satu atribut orang yang mencelakai kita." Sebuah bandana Jo keluarkan dari sakunya.
Dia tidak tahu betul ini milik siapa, tapi bisa dijadikan petunjuk siapa yang sebenarnya sedang menyerang mereka.
Ujian dari senior? Atau ini adalah pihak luar yang sengaja memanfaatkan misi pertama divisi elit angkatannya untuk memperoleh informasi dari orang menara.
Tony mengamati bandana itu. "Itu milik Kak Tommy," ujar Tony dengan suara lirih.
"Tommy Sugiarto?" tanya Jo yang dibalas anggukan yakin dari Tony. "Aku pernah diajaknya mengecek perlengkapan base. Bandana itu mirip yang dia pakai di lengannya."
Tapi Jo menemukan bandana ini dari kepala orang yang menyerangnya beberapa waktu lalu.
Melihat wajah Tony yang tampak percaya diri dengan dugannya bahwa orang yang menyerang mereka sejak tadi adalah senior mereka, Jo memilih ikut mengiyakan.
Lagi pula, dia jarang berada di dekat orang bernama Tomy Sugiarto ini. Kemungkinan Tony benar darinya lebih besar, dan dia terlalu lelah untuk berpikir di mana Tommy Sugiarto mengenakan bandana selain di lengan.
"Kita aman." Jo kembali mengatakan itu.
Keduanya terduduk di balik salah satu pohon besar tanpa mengurangi kewaspadaan. Udara panjang kembali Jo hirup, dia meningkatkan kewaspadaannya dengan mempersering pengecekkan bau-bau di radius yang bisa dijangkaunya.
Kemudian Jo mengernyitkan dahinya.
Ada bau kayu manis, atau vanilla yang cukup membuat tenggorokannya kering. Tidak terlalu kuat, tapi sungguh bau itu membuatnya terganggu. Beberapa waktu lalu dia tidak mencium bau ini. Pikiran ada penyusup di antara mereka membuat Jo mencium bau itu dengan lebih tajam.
Dia melirik Tony yang terengah di sampingnya.
Jo membulatkan matanya.
Tony tidak aman.
"Ton, kamu bawa suppressant?"
Jo bisa melihat mata Tony membulat. Laki-laki yang lebih kecil itu sontak mengobrak-abrik tasnya. Mencoba menemukan suppressant yang Jo tanyakan.
"Jo."
Jo memiringkan kepala menunggu jawaban Tony.
"Aku cuma kekurangan mana, kan?"
"Aku tahu omega mananya ga terlalu banyak. Tapi setiap kamu break latihan untuk regen mana, kamu belum pernah memunculkan bau-" Jo menghirup udara di sekitarnya lagi, mengendusnya, melacak bau itu sebenarnya datang dari mana, dan berakhir dengan Jo yang hampir saja menyentuh ceruk leher Tony. "-sewangi ini."
Semanis ini.
Jo segera memundurkan diri, dia bisa saja lepas kendali jika mencium bau itu terlalu lama dari ceruk leher Tony.
"Jo!" Tony menggeram. "Aku ga bawa suppressant!"
"Tony-"
"Aku lagi heat!"
Jo mengangkat bahunya, kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangan. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa omega seperti Tony ini masih suka lupa bawa suppressant? Apalagi Tony tahu sendiri mereka akan dikirim ke tengah hutan di kelilingi entah itu alpha atau beta atau hewan buas lainnya yang punya insting mengawini omega manusia jika feromon omega terlalu kuat.
"Tony- Just-" Jo mengepalkan kedua tangannya.
Marah kepada dirinya sendiri yang sempat memikirkan hal-hal aneh karena untuk dua belas jam ke depan, mungkin dia akan menghabiskan waktu bersama dengan omega yang sedang heat.
Atau marah kepada Tony yang tidak awas menyiapkan segala keperluan khusus dengan statusnya sebagai omega.
"Kenapa kamu bisa kek gini?"
"Ihsan udah ngingetin tadi pagi."
Jo mengangguk mengingat bagaimana Ihsan dengan rempongnya mengingatkan Tony untuk membawa ini itu meski Tony sendiri dengan kalem mengemas keperluannya.
"Lupa! Iya! Ada di kasur tapi aku lupa ngambil! Udah di samping tas, aaaaaaa!" Jerit frustasi tertahan Tony terdengar. Jo menggelengkan kepalanya.
Dia harus menghabiskan waktu dengan omega yang memasuki masa heat ini untuk dua belas jam ke depan.
Great.
.
TBC
A/N : Apakah belajar matematika bisa menambah kecepatan berpikir otak? Karena saya nulis abis ngerjain soal-soal statistika tiba tiba jadi encer begini. Wkwkwkw
KAMU SEDANG MEMBACA
Indie - Jojo/Ginting [TAMAT]
WerwolfToni kira hari-hari yang akan mereka lalui tidak akan berbeda dari sebelumnya. Dia akan membuka mata di dalam dekapan sang alpha tercinta, kemudian menutup tirai di malam hari dan kembali ke peraduannya yang nyaman bersama sang alpha. Sayang sekali...