Pagi itu terasa lebih dingin dari sebelumnya. Entah karena kabut tebal yang menyelimuti sebuah pemakaman, atau hatinya yang belum merelakan kepergian dua sosok dewasa di depannya. Mereka tersenyum padanya, seolah meyakinkan kalau semuanya akan baik-baik saja.
"Ayah di sini saja menemani Papa."
"Kami akan membangun Dune kembali."
.
Anthony terbangun dari tidurnya, kemudian merasakan nyeri yang amat sangat di sekujur tubuh hingga membuatnya kembali terhempas ke tempat tidur. Selang infus menghiasi tangannya, perban terlilit dari kepala sampai ujung kakinya. Dia sendiri bingung sedang dirawat atau disiapkan untuk dijadikan mumi.
Seseorang melongok dari jendela, sepertinya perawat, lalu segera berlari cepat menjauhi ruangannya. Ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi? Dia sedang ada di mana? Apa yang membuatnya hancur begini?
Grey masuk dengan satu orang lainnya. Kali ini Anthony tidak akan salah tebak kalau Grey membawa dokter. Orang itu langsung melakukan check up untuk kemudian hasilnya dilaporkan kepada Grey.
"Posko kesehatan ini di bawah kendaliku," kata Grey menangkap raut bingung dari Anthony. "Kau hebat bisa bertahan begitu. Tapi manusia ketika bertarung dan kembali pada keadaan normal biasanya akan berbeda. Tubuhmu ... sangat mengenaskan sebelum dirawat. Pembuluh melebar di mana-mana, banyak tulang patah, kau kehilangan banyak darah, memar di sekujur tubuh."
Dokter itu selesai melakukan check up. Hasilnya diberikan pada Grey disertai sebuah anggukan bahwa dia meminta undur diri, Grey membalasnya dengan gumaman terima kasih. Tapi gerundelan Grey tidak berakhir sampai situ. Detik berikutnya wanita itu menggebrak pintu ruangan Anthony.
"Kau pikir kau siapa hah? Bagaimana kalau kau mati?"
Grey gemas sendiri pada Anthony yang malah tersenyum lemah di ranjang. "Jonatan! Bagaimana dengan Jonatan, Ony? Aku akan dibunuhnya kalau kau selamat dari medan pertempuran tapi tidak selamat setelah dirawat! Lukamu sangat parah, sialan!"
Tidak ada balasan dari Anthony, hanya suara engah napas Grey yang mengisi ruangan.
"Oh, iya. Anthony." Grey dengan secepat kilat mengganti ekspresi mukanya. Wajah serius itu telah kembali. "Ada pesan dari Ihsan. Dia bilang, dia menyayangimu. Aku ada sesuatu untukmu, ini tentang Ihsan."
Grey meletakkan sebuah kotak rekaman di samping ranjang Anthony sebelum pergi meninggalkannya sendiri. Melihat itu membuat dada Anthony sesak. Sungguh, Anthony tidak pernah siap jika harus kehilangan dua orang itu. Ihsan sudah tiada, dan sekarang Jonatan sedang bertarung dengan Victor. Apakah pria itu berhasil memenangkan pertarungan? Sudah beberapa jam sejak dia meninggalkan lokasi terdekat dari pertarungan Jonatan dan Victor. Bagaimana hasilnya?
Lalu apa maksud dari mimpinya?
.
Pengguna cahaya membutuhkan cahaya matahari langsung agar bisa dimanipulasi. Sekalipun langit mendung, asalkan masih ada seberkas cahaya yang turun menerangi penggunanya, pengguna cahaya masih bisa menggunakan kekuatannya. Barier yang dibangun Victor kali ini lebih kuat hingga awan gelap yang sebelumnya dimunculkan Anthony mulai menipis, cahaya matahari kembali muncul untuk menerangi tempat mereka bertarung.
"Oh, jadi kau memerlukan cahaya."
"Yep, cahaya matahari menyumbang sembilan puluh persen kekuatanku." Victor menghempaskan Jonatan untuk yang kesekian kali. "Bagaimana rasanya mencicipi kekuatan maksimalku?"
Jonatan dibuat muntah darah. Dia tidak punya kesempatan selain menghindar dan memanfaatkan petirnya hanya sebagai penambah kecepatannya mendekati Victor. Dia sudah beberapa kali mengeluarkan petir yang besar, tapi Victor dan cahaya matahari mampu membalikkan petir Jonatan menjadi senjata makan tuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indie - Jojo/Ginting [TAMAT]
WilkołakiToni kira hari-hari yang akan mereka lalui tidak akan berbeda dari sebelumnya. Dia akan membuka mata di dalam dekapan sang alpha tercinta, kemudian menutup tirai di malam hari dan kembali ke peraduannya yang nyaman bersama sang alpha. Sayang sekali...