Behind the Mark

278 37 61
                                    

Ihsan dan Jonatan pernah menjadi tetangga, sarang sementara mereka di posko evakuasi kebetulan berdekatan. Mamah Jo bekerja di unit kesehatan, sementara ayahnya sudah meninggal waktu Jo masih dalam kandungan, gugur sebagai pahlawan.

Tidak banyak yang Jo tahu tentang Ihsan. Anak itu tampak kesepian di sarangnya, karena dua orang tuanya adalah pengusaha yang sedang berjuang keras di luar sana menyelamatkan usaha mereka.

Ayah Ihsan di sini bersamanya. Sementara ibunya bersama dengan Tony di posko evakuasi yang berbeda wilayah.

Jo tertangkap basah berulang kali mengamati Ihsan dari jendela sarangnya, jadi sekalian saja dia ajak Ihsan bermain.

Dia kesepian di sarang, Ihsan pun terlihat tidak jauh berbeda. Situasi yang saling membutuhkan.

Jo bukanlah anak yang mendekat begitu saja ketika ada anak baru di lingkungannya. Dia lebih suka orang yang mendekat terlebih dulu kepadanya. Tapi di balik sifatnya itu, Jo tetaplah anak yang baik.

Kebanggaan mamahnya.

"Jonatan."

"Ihsan."

Kata mereka bersamaan. Akhirnya menyerah dengan permainan petak umpet saling curi pandang dari jendela sarang karena menganggap satu sama lain kesepian.

"Kamu ga punya teman di sini?"

"Buat apa?" Ihsan menjawab dengan nada sombong, tapi Jonatan tahu ada rasa kesepian di baliknya. "Lagian abis ini ayahku pindah lagi."

"Kamu asli Indie?"

"Asli, lah! Kamu ga tau nama orang tuaku? Darah Mustofa cuma ada di Indie!"

Jonatan tidak paham darah yang bagaimana yang sedang Ihsan bicarakan. Tapi dia mengangguk saja. Kasian, anak ini terlihat seperti ingin cerita banyak hal tapi tertahan oleh sesuatu.

"Kata siapa?" Tapi akhirnya Jonatan penasaran juga. Pertanyaan itu dihadiahi jitakan kecil oleh Ihsan. Dia terbawa kebiasaan membanggakan darah keluarganya, tapi tidak tahu sebenarnya apa yang bisa dibanggakan. Dia tidak mau menjawab pertanyaan Jonatan.

Ihsan ingin berbalik saja ke dalam sarang, bicara dengan Jonatan menghabiskan waktunya. Lebih baik mempelajari buku ayahnya, agar dia bisa menjadi seperti yang keluarganya inginkan.

"Tunggu." Jonatan menghentikan Ihsan dengan menahan bahunya. "Jalan-jalan, yuk?"

Sejak saat itu, Ihsan dan Jonatan sering bermain bersama. Mereka menjelajahi posko evakuasi sampai bosan. Dari sarang satu ke sarang lainnya, tenda satu ke tenda lainnya. Desain tenda yang tidak jauh berbeda membuat mereka kadang berdecak sebal. Masa iya hanya pemandangan ini-ini saja yang mereka lihat?

"Keluar, yuk?"

Jonatan mengernyitkan dahinya. Itu dilarang.

"Jangan, San."

"Kamu ga bosen emang?"

Bosan, banget malah. Tapi Jonatan memikirkan ibunya yang sedang sibuk bekerja di medan perang. Wanita itu kadang kembali ke sarang dengan kondisi yang lelah. Jonatan tidak mau menambah beban pikiran wanita itu kalau sampai dia dilaporkan petugas karena mencoba kabur dari kawasan evakuasi.

Dan lagi, Jonatan tidak tahu betul lokasi posko evakuasi mereka sekarang ini di sebelah mana Indie.

"Kamu tau posko evakuasi ini di sebelah mana Indie?" tanya Jonatan yang mendapat gelengan kecil dari Ihsan. Dia sontak membelalakan mata. Kok berani-beraninya Ihsan mengajaknya keluar kalau dari mereka saja tidak tahu sedang ada di wilayah mana.

Indie - Jojo/Ginting [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang