Beberapa bulan telah berlalu sejak pertemuan pertama Jo dengan Tony. Jo tidak terlalu ambil pusing ketika dia harus berbagi asrama dengan Tony. Debaran hatinya bisa diredam karena Ihsan yang mengajak Tony berbicara berulang kali.
Ihsan bak ibu peri bagi Jo untuk mencairkan suasana kamar mereka.
Sepertinya dua orang itu sudah lebih akrab, entah sahabat masa kecil atau mereka bertemu ketika seleksi, pikir Jo.
Berterima kasih kepada Ihsan, Jo bisa melewati hari-hari di base dengan nyaman.
Melihat Ihsan dan Tony yang seolah punya dunia sendiri, Jo memutuskan untuk menghabiskan banyak waktunya di tempat latihan. Ambisinya untuk menjadi yang terbaik dalam setiap tim yang dikirim didalam sebuah misi bukan hanya angannya saja.
Jo berlatih terlalu giat.
Teori dan praktek dia babat habis sampai rasanya tidak ada kata puas setiap kali Jo mempelajari teknik-teknik pengendalian yang diajarkan di base. Dia butuh dari yang biasa ada di base.
Untuk menjadi yang terbaik, dia harus melebihi apa yang diajarkan di sini. Jo akan memburu apapun itu asalkan dia menjadi yang terbaik.
Puncaknya adalah ketika Jo menemukan beberapa dokumen lawas berisi teknik tingkat tinggininggi yang bisa membuat penggunanya semakin kuat, namun beresiko mauttinggi.
Penangkap elemen.
Jo tidak sengaja membaca laporan salah satu seniornya ketika dia dimintai pertolongan untuk memindahkan kertas-kertas dari ruang kerja lama ke ruang kerja baru.
Dia tidak bisa melihat ke arah lain ketika matanya tidak sengaja membaca jurnal cara menyempurnakan teknik menangkap elemen.
Menangkap elemen sendirisendir sejauh yang Jo tahu tidak ada cara pastinya.
Setiap elemen dan kondisi pengguna punya banyak variabel yang tidak bisa ditetapkan begitu saja. Namun, inti dari teknik menangkap elemen ini adalah menyatukan tubuh dengan elemen yang kita kendalikan.
Karena Jo adalah seorang pengendali petir, jika dia menguasai teknik ini dia bisa menjadi penangkap petir. Kelebihan teknik ini adalah bisa mengeluarkan elemen sendiri tanpa harus memanipulasinya dari alam.
Jo tanpa guntur hanyalah seorang alpha dengan kemampuan beladiri biasa. Dengan menjadi penangkap petir, Jo bisa membuat petir di manapun dan kapanpun dia mau.
Jo mengambil lembaran kertas itu tanpa diketahui seniornya. Dia tahu dia ditakdirkan untuk sesuatu yang lebih, diaDia bukanlah sembarang alpha, dia akan melampaui orang-orang di sini.
Dan memang sikap beberapa alpha di sekitarnya membuat Jo jengah. Mendadak dia punya perasaan jijik karena entah mulai kapan senior atau yang seumuran dengannya di sini mulai terpecah fokus latihannya.
Mereka lebih suka memperhatikan bagaimana Kevin Sanjaya atau Anthony Ginting melumpuhkan lawan tanding mereka hari itu.
Apa gunanya?
Oke, sebagai alpha pun Jo bisa merasakan ada hasrat menggebu tertidur manis di dalam tubuhnya ketika berada di dekat omega-omega dengan bau manis permen ini.
Tapi demi harga dirinya, Jo tidak segampang itu jatuh ke dalam hasratnya sendiri hingga membuatnya hilang kendali.
Mendapatkan mate pun Jo belum terlalu memikirkannya, dia hanya ingin menjadi yang terbaik di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indie - Jojo/Ginting [TAMAT]
Hombres LoboToni kira hari-hari yang akan mereka lalui tidak akan berbeda dari sebelumnya. Dia akan membuka mata di dalam dekapan sang alpha tercinta, kemudian menutup tirai di malam hari dan kembali ke peraduannya yang nyaman bersama sang alpha. Sayang sekali...