Dead Phoenix

122 17 2
                                    

Badai itu menghempaskan apapun yang berada di sekitarnya, menciptakan bumi berdebum lumayan keras dan memaksa siapapun di sana harus menutup mata serta telinga.

Jonatan mendekap Edsel dan Farel yang kini gendongannya sudah Jonatan pindahkan jadi di depan. Kedua lengan Jonatan sebisa mungkin menahan debu dan angin ribut yang diciptakan kekasihnya.

Anthony benar-benar mengamuk di bawah sana.

Puluhan barisan alpha-beta yang mengepung Anthony tersapu, mayat-mayat yang sebelumnya menggunung di skeitar Anthony terbang jauh. Pusaran angin besar itu berhasil mengamankan lembah untuk beberapa menit.

Badai sedikit reda, Jonatan mengintip dari balik lengannya. Anthony masih di atas sana, di dalam pusaran angin ciptaannya sendiri. Pusaran besar itu bergerak pelan memutari lembah, menyapu alpha-beta tersisa yang terus mendekati Anthony.

Jonatan berdecak. Ada berapa jumlah makhluk-makhluk itu. Seperti tidak ada habisnya saja.

Pusaran angin itu tidak cukup menghalau alpha-beta hasil cuci otak yang terus berdatangan, malah sepertinya semakin banyak.

Jonatan merasakan petir perlahan bergerak di dalam gumpalan awan-awan hitam di atas mereka. Sayang, petir itu bukan dia yang mengendalikan. Tangannya sedari tadi hanya digunakan untuk melindungi Farel dan Edsel, dia akan keluar jika waktu sudah tepat.

Anthony sedang mengamuk, dan sepertinya akan ada badai susulan.

Gejolak petir yang siap menyambar itu bisa Jonatan rasakan. Mereka berkumpul, terpusat di satu titik. Rasanya persis seperti ketika dirinya sedang memanggil petir untuk digunakan di area besar.

Langit sedikit berubah. Memang sejak tadi warnanya gelap, tapi satu titik di atas sana ada yang warnanya menjadi lebih gelap dibanding lainnya. Tepatnya persis di atas pusaran angin Anthony.

Jonatan merasakan nadinya berkedut hebat, diikuti dengan ledakan besar petir dari atas langit yang menghujam pusaran angin milik Anthony.

"Anthony!" Ihsan dan Jonatan berteriak menyaingi suara gelegar petir yang ganas dari atas sana. Ihsan menatap Jonatan kesal. Jonatan menatap balik dengan tegas kalau dia tidak melakukan apapun.

Kedua tangan Jonatan senantiasa mendekap kedua putranya, tidak bisa digerakan untuk mengeluarkan kekuatan sebesar itu.

Anthony benar-benar mengamuk di sana. Satu melawan ratusan, gila memang.

Omega kesayangannya itu menari dalam pusaran angin mautnya. Menyingkirkan barisan demi barisan alpha-beta layaknya mayat hidup itu dengan mudahnya. Percik listrik dari setiap ujung jari Tony membuat Jonatan berkedip beberapa kali.

Ledakan itu Anthony ciptakan untuk menarik turun petir yang sudah dia kumpulkan di awan.

Anthony melesat turun ke lembah. Dia berputar, melompat dalam sebuah lompatan tinggi, memercik petir dari ujung jemarinya, menghanguskan puluhan alpha-beta. Dia membuat jalur petir dalam sebuah pola tarian. Alpha-beta yang sedang sial dilewati oleh tarian Tony berubah gosong menjadi abu. Pada akhirnya, abu itu tertiup oleh angin Anthony.

Indah, tapi mematikan

Anggapan Jo tentang kekasihnya itu tidak pernah berubah.

Hingga tariannya berhenti di udara, disusul oleh sebuah ledakan besar untuk yang terakhir kali.

Sambaran petir yang masif dan tak terkendali itu berhasil menghanguskan setiap alpha-beta yang memasuki lembah. Jonatan sampai harus menggunakan perisai petirnya agar petir Anthony tidak menghanguskan dirinya dan Ihsan.

Hening muncul setelah ledakan dahsyat, badai milik Anthony hilang tak bersisa, perlahan langit tidak sehitam sebelumnya.

Dan di atas sana, Jonatan bisa melihat Anthony dengan tubuh lemah tak berdaya. Tubuh melayang tak bertenaga, napasnya mulai berat dan tidak teratur. Wujud Anthony berubah dengan munculnya kumpulan urat menonjol di lengan, kaki, dan leher.

Indie - Jojo/Ginting [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang