13

357 49 81
                                        

Tony mempercepat larinya. Jantungnya berpacu, debarannya bisa dia dengar. Matanya bergerak cepat mengawasi kiri, kanan, bahkan ke limit titik butanya. Di ujung matanya, dia kembali melihat sekelebat bayangan hitam. Terus mengikutinya, kemana pun Tony menapakkan kaki.

Dia sudah ketahuan.

Perintah Grey tidak bisa dijaganya. Dia harus kembali ke Indie secepat mungkin.

Kakinya berputar, hendak mengambil arah balik. Tapi reflek membuatnya melompat, berputar di udara dengan posisi yang tidak mengenakan. Sebuah pedang berukuran kecil melesat jauh dibawah kepalanya, berhasil memotong beberapa helai rambutnya.

Tipis sekali.

Jantungnya berdegup semakin kencang. Dienyahkannya skenario kematian beberapa detik lalu karena sebuah pedang. Dia harus fokus. Posisinya terjebak, musuh yang melempar pedang itu bisa muncul dari mana saja.

Semak di sebelah kanannya bergerak.

Dari balik pohon, muncul sesosok pria dewasa. Terliha lebih tua, matanya kosong menatap Tony, tubuhnya berjalan seperti orang mati, tapi genggaman pada gagang pedang yang tersarung di pinggangnya kuat.

Mengedipkan mata saja Tony tidak berani. Pria itu menghampirinya, gerakan mencabut pedangnya tidak terlihat, tahu-tahu sisi tajam dari pedang itu sudah melukai batang pohon di belakang Tony. Dia manfaatkan kesempatan pria itu mencabut pedangnya dari pohon untuk melompat menjauh.

Alpha

Bau pekat dari pria di depannya membuat Tony semakin was-was. Orang itu sedang dalam performa terbaiknya.

"Hya!"

Tony melompat, kini tubuhnya harus rela lecet karena pendaratan yang tidak nyaman. Lagi, pria dengan pandangan kosong tapi kekuatan yang mengerikan muncul. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini seorang beta dengan bambu sebagai senjatanya tengah mengancam pergerakan Tony.

Oke, dua.

Tony memasang kuda-kuda. Dia akan menghajar siapapun yang mendekatinya. Tidak akan pandang bulu, juga tidak akan repot-repot mencari tahu siapa sebenarnya yang tengah mengejarnya. Tujuannya adalah kembali ke Indie, tempatnya di sini sudah tidak aman, dan dia tidak mau menempatkan Indie dalam posisi berbahaya.

Semak di kanan-kirinya bergerak. Mata Tony liar mengawasi siapa saja yang muncul untuk melawannya. Pria dewasa, pandangan kosong, tapi tangan siap dengan senjata masing-masing. 

Ada yang aneh di sini. Orang-orang ini seperti tidak sadarkan diri melawannya.

Belum sempat menemukan jawabannya, Tony dipaksa untuk fokus kepada realita yang dihadapinya kini. Puluhan beta dan alpha datang menyusul menghalangi pergerakannya. Tony ragu jika dia harus berada di sini seharian untuk menghabisi alpha-beta tidak sadarkan diri begini.

"Grey, aku minta maaf." Matanya mengamati satu persatu musuh di depannya. "Aku terkepung."

.

I N D I E

13

Jojo/Ginting/Ihsan

.

Jonatan terengah. Tubuhnya masih belum stabil dan dia mengutuk obat yang diberikan oleh tim dokter. Dokter itu serius memintanya untuk istirahat, membuatnya lemah, padahal situasi sedang genting seperti ini.

Sebuah batu besar dengan bekas lelehan magma yang sudah mengeras tergeletak begitu saja dekat dengan akses masuk posko evakuasi. Orang-orang di dalam sana perlahan keluar, mengikuti anjuran tim penyelamat untuk berpindah ke posko evakuasi lain yang aman.

Indie - Jojo/Ginting [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang