"Jo."
Entah sudah panggilan Tony yang ke berapa, Jo memilih tidur dengan menjaga jarak lumayan jauh dan memunggungi omega itu. Dia masih kesal, tidak tahu kenapa. Prioritasnya adalah menjaga Tony dan posisinya di sini bisa saja malah mencelakai Tony.
Mungkin jika dia beta, semuanya terasa lebih mudah.
Jo ingin pergi untuk radius yang lebih jauh, tapi mendengar Tony yang memanggil-mangiilnya dengan suara lemah lembut begitu, dia tidak tega.
Di lain sisi, Jo takut jika dia lepas kendali dalam hitungan detik hanya karena mendengar namanya dipanggil.
"Jo."
Jo memutuskan untuk membalikkan badan menghadap Tony. Tony dalam masa memasuki heatnya tidak seperti yang Jo pikrkan. Dia pikir, omega ketika dalam heatnya itu...mengerikan.
Wajah penuh tekad Tony akan berubah menjadi...penuh hasrat dan Jo takut melihat itu.
Dia tidak tega melihat Tony yang lemah, memohon kepadanya untuk breeding. Tidak, dia tidak mau punya pengalaman seperti itu.
Jo berdecak dalam batin, kembali merasa bersalah karena imajinasi yang aneh-aneh. Tony malah terlentang di matrasnya, matanya menatap kosong ke langit, memikirkan sesuatu. Dia terlihat seperti bukan pada masa heatnya.
Apa Tony mencoba tegar?
"Bagaimana rasanya jadi alpha?"
Sepertinya, Tony pun tahu Jo sedang memperhatikannya. Dia menolehkan kepalanya untuk memandang Jo yang membaringkan badan cukup jauh dari tempatnya berbaring.
Asal Jo masih bisa mendengar suaranya, Tony tidak perlu menggeser posisi tidurnya agar lebih dekat dengan Jo. Tony tahu semua ini untuk kebaikannya.
Jo membuka mulutnya, tapi dia urungkan.
Bagaimana rasanya jadi alpha?
Dia hendak menjawab 'biasa saja' tapi baginya terlalu sederhana. Hidupnya yang terpaku menjadi orang terbaik di dalam divisi elit membuat Jo kesulitan menemukan jawaban Tony.
Ah, sebelum ini memang hidupnya tidak berwarna, ya?
"Enak. Karena punya mana lebih banyak?"
Mendengar jawaban itu, Tony tergelak di matrasnya. Jawaban satu ini tidak Tony pikir akan jadi jawaban Jo.
"Selain itu, Jo. Misal, aku sebagai omega harus hati-hati, punya tamu bulanan yang membuatku jadi makhluk paling lemah dalam tatanan manusia, begitu?"
Jo pikir...dia tidak tahu jawabannya. Kalau hal-hal semacam rut -jika Tony mengambil heat omega sebagai perbandingan- baginya biasa saja.
Jo tidak terlalu tertarik untuk mendalami kebiasaan biologis para alpha yang satu itu. Keluarganya? Biasa saja, sekalipun dia alpha. Jo bukanlah dari kalangan keluarga legenda seperti Sanjaya.
Jadi, bagi Jo hidup sebagai alpha itu biasa saja.
"Aku kadang benci dengan diriku sendiri." Tony kembali bersuara, Jo tidak jadi memikirkan lebih jauh jawaban untuk Tony. Sepertinya, yang akan disampaikan oleh Tony kali ini jauh lebih penting.
"Aku tidak tahu orang tuaku siapa, dilahirkan dengan status omega." Senyum miris muncul di bibir yang biasa memberinya senyuman manis.
"Aku ingin mati setiap kali perang datang. Pernah beberapa kali sengaja masuk ke dalam area berbahaya, berharap ada alpha lewat untuk menyantapku atau membunuhku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Indie - Jojo/Ginting [TAMAT]
Hombres LoboToni kira hari-hari yang akan mereka lalui tidak akan berbeda dari sebelumnya. Dia akan membuka mata di dalam dekapan sang alpha tercinta, kemudian menutup tirai di malam hari dan kembali ke peraduannya yang nyaman bersama sang alpha. Sayang sekali...