"Jonatan?"
"Iya, itu Jonatan."
"Lho, udah pulang?"
Bisik-bisik samar bisa Jo dengar ketika mereka melewati gerbang perbatasan. Orang-orang di sana terlalu kaget sampai tidak melakukan apapun kepada Jo yang melenggang begitu saja di antara mereka.
Belum lagi dengan Ihsan yang berdarah-darah di belakangnya. Butuh waktu lama bagi orang-orang itu mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
Dalam diam mereka jadi was-was kepada Jonatan. Beberapa menit lalu mungkin alpha itu diinginkan pulang, tapi bisa saja beberapa menit ke depan merupakan ancaman bagi Indie.
"Tahan! Diam di situ."
Jo berhenti menyeret kakinya. Diperhatikannya orang-orang gerbang perbatasan menatapnya penasaran, was-was jika dia berubah menjadi ancaman. Kemudian seorang beta berjalan mendekati mereka, orang ini yang sebelumnya meminta Jo berhenti berjalan.
"Kamu-"
"Saya pinjam HT kamu," sambar Jonatan. Suaranya sebisa mungkin dibuat tegas.
Tubuhnya belum terlalu stabil untuk melakukan perjalanan jarak jauh, ditambah beban Ihsan di punggungnya. Tapi Jo harus melakukannya. Beruntung hanya terengah yang perlu dibayarnya ketika sudah sampai di Indie.
"Saya mau bicara sama atasanmu," katanya.
Beta itu dengan ragu menyerahkan HT dari dalam sakunya.
Jo menyalakan alat komunikasi itu dengan tidak sabar. Jujur tubuhnya sudah sampai limit, dia hanya ingin merebahkan badan. Dia tidak mau limbung di sini.
"...Ya, ada apa?" Dapat Jo dengar suara Grey di seberang sana, dari ruang kendali. "Kalau tidak mau melapor, matikan HT-nya-"
Jo menarik napas sebelum berkata, "Jonatan Christie. Divisi elit. Alpha. Telah kembali ke Indie."
.
Jo bersandar di kursi yang lebih empuk dari yang ada di tempat penyekapan. Matanya mengikuti Ihsan yang sudah ditangani oleh medis lebih dulu, sampai akhirnya rombongan dokter yang mendorong brankar Ihsan menghilang di balik lorong.
Dan kini matanya harus berhadapan dengan Grey.
Gadis itu terlihat tidak akan membuang waktu sama sekali
"Tunggu bentar, dokter bakal dateng."
Jo menarik sudut bibirnya. "Kita melakukan interogasi? Di sini?" Jarinya menunjuk ruangan putih tanpa perabot rumah sakit. Sepertinya memang sudah dipersiapkan oleh Grey untuk menginterogasinya.
Tapi tetap saja, ini di rumah sakit.
"Diem, Jo. Aku udah dapet ijin penuh interogasi kamu dari Ci Butet. Dengan adanya kamu kembali, tugas tim pelacakmu juga berlanjut."
Jo hanya membalas Grey dengan sebuah senyuman. Lagi pula dia tidak akan kabur.
"Tanya aja. Tanya sesukamu."
Grey memutar bola matanya. Kemudian sebuah ketukan di pintu menginterupsi keduanya. Dokter dan timnya masuk.
"Karena aku yakin penculikmu ini melibatkan hal-hal kimia, aku bawa aja sekalian orang lab," jelas Grey menjawab raut tanya Jo ketika ada gadis lain yang masuk tanpa mengenakan jas dokter.
"Oke." Grey mengawasi satu persatu pihak di ruangan itu. "Kita mulai. Jawab sesingkatnya, Jo. Kita ga punya banyak waktu."
"Kamu merasakan sesuatu ketika diculik?"
Jo menggelengkan kepalanya. "Obat bius total khusus untuk alpha. Mungkin dibuat dari aroma omega, karena sebelum aku benar-benar tidak sadar, aku masih mencium bau manis khas omega. Kalian tahu sendiri bau omega bisa memabukkan alpha."

KAMU SEDANG MEMBACA
Indie - Jojo/Ginting [TAMAT]
WerewolfToni kira hari-hari yang akan mereka lalui tidak akan berbeda dari sebelumnya. Dia akan membuka mata di dalam dekapan sang alpha tercinta, kemudian menutup tirai di malam hari dan kembali ke peraduannya yang nyaman bersama sang alpha. Sayang sekali...