Please

647 74 37
                                    


Ini adalah mimpi buruk.

Toni sendiri untuk beberapa kali merasa semuanya akan baik-baik saja setelah memberikan biskuit terakhir kepada kedua anaknya. Pagi ini dua makhluk paling disayang oleh Toni itu akan diamankan agar tidak ada korban perang dari golongan anak-anak. Tidak ada instruksi seperti itu pun naluriah Toni akan membuatkan sarang super nyaman, untuk kedua anaknya. Jo benar dengan ide membuat bunker di bawah sarang mereka, untuk berjaga jika fasilitas pemerintah tidak mencukupi. Tapi kali ini Toni bersyukur, daratannya siap untuk menghadapi apapun yang terjadi untuk melindungi rakyatnya.

Tidak hanya daratan yang sudah siap, surat di atas meja memaksa Toni untuk bersiap melapor ke markas utama. Keadaan darurat serta statusnya sebagai bagian divisi khusus membuat markas tidak pandang bulu menarik kembali perwira-perwira terbaiknya. Jo sudah memperingatkan ini, perang tidak bisa dicegah.

Melihat kedua anaknya terlihat baik-baik saja ketika digendong oleh orang-orang divisi pengamanan membuat Toni sekali lagi menguatkan hatinya, perjuangannya kali ini juga untuk meneruskan perjuangan Jo melindungi masa depan keluarga mereka.

Toni menghela napas.

Jo, kamu di mana? Aku tidak percaya kamu telah tiada.

"Aku lihat anakmu lucu-lucu." Ihsan muncul entah dari mana dengan suara renyahnya. Toni memunggungi pria itu, merasa malas pagi-pagi sudah meladeni ledekan Ihsan.

"Aku ga sudi kamu adopsi satu," balasnya ketus. Ihsan tertawa kecil, "Memangnya siapa yang mau mengadopsi? Aku percaya kamu bakal balik, kok. Ga mungkin kamu relain orang lain ngerawat anakmu." Toni tahu maksud Ihsan menemuinya juga pasti untuk memberikan dukungan, dan untuk sekarang ini dia memang butuh sandaran melampiaskan lara yang merangsek hatinya sejak pagi buta tadi.

"San."

Toni membalikkan tubuhnya kemudian menatap Ihsan. Dari tatapan matanya, Ihsan tahu Toni sudah benar-benar merelakan kedua anaknya. Hal ini sempat membuat hati Ihsan menclos, Toni yang dikenalnya tidak akan semudah menyerah ini kecuali-

Ah, kecuali memang hal yang akan mereka hadapi ini bagi Toni sudah melampaui limitnya.

"Ton, aku yakin kamu bakal balik-" kemudian Ihsan bisa merasakan sahabatnya sejak masa pendidikan ini menghambur ke dalam pelukannya.

Ihsan tahu apa yang membuat Toni terlihat lemah begini. Kabar bahwa beberapa alpha yang ditugaskan melakukan patroli dilaporkan hilang sudah menjadi rahasia umum setiap perwira yang dipanggil tugas ke markas hari ini.

Itu juga yang menjadi alasan hawa waspada dan penuh perhitungan pada setiap aktivitas di markas bisa Ihsan rasakan sejak dia menginjakkan kakinya di pintu masuk. Sesuatu telah terjadi dan mereka tidak bisa menganggap hal itu sebagai hal remeh.

"San, Jo gimana, San?"

"Ssshh, Jo baik-baik aja."

Bullshit memang. Ihsan yang sebagai beta dengan penciuman di atas omega pun tahu betul jejak para alpha susah ditemukan. Patroli semalam memang seharusnya gampang dilacak karena orang-orang yang tergabung di dalamnya dua per tiga adalah alpha, bau mereka kuat dan bisa tercium oleh kawanan yang masih tersisa di area daratan. Jika ada sesuatu tentang misi patroli tersebut, seharusnya beta dan beberapa alpha yang tersisa pagi ini sudah melacak orang-orang yang hilang.

Kecuali satu hal.

Ihsan menelan ludah, tapi memang kemungkinan inilah yang menurutnya terjadi. Perang akan segera dimulai. Sama seperti tahun-tahun lalu, penculikan beberapa orang marak terjadi. Korban incaran biasanya para omega, jenis ini dimanfaatkan untuk reproduksi paksa pihak lawan, hal ini pulalah yang sering membuat Toni serta Kevin khawatir tiap menjalankan misi. Lawan atau makhluk jahat di luar sana bisa saja memanfaatkan mereka.

Indie - Jojo/Ginting [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang