Terima kasih kepada Bayu.
Sedikit banyak keduanya telah saling membantu sejak pertama kali menginjakkan kaki di base.
Ihsan mengetahui ada jalur rahasia yang bisa membuatnya keluar tanpa harus berurusan dengan penjaga gerbang karena Bayu memberikan peta rahasianya. Meski ternyata jalur itu juga pernah dipakai Marcus-Kevin.
Ihsan mendapatkan gelang besi yang sebelumnya dianggap remeh tidak akan terpakai, tapi akhirnya berguna juga untuk menghambat Marcus, benda itu juga didapatkan dari Bayu.
Ihsan tahu Bayu bukan orang logistik biasa. Jebolan divisi elit tentu saja punya nilai lebih.
Bayu keluar dari base karena orang tuanya terlalu takut anak mereka dikirim ke medan perang. Alasan memasukkan Bayu ke sana hanya untuk membuat Bayu tumbuh menjadi anak yang kuat dengan didikan militer.
Base tidak berusaha menghentikan niatan orang tua Bayu. Bayu keluar dari base meski dia harus menerima hadiah bogem dari Ihsan. Hanya orang itu yang tidak terima Bayu dengan gampangnya keluar dari base.
"Kamu masuk ke sini itu seleksi, Bay! Susah!" teriaknya di depan wajah Bayu. Berharap bisa membalikkan keputusan Bayu. Berharap agar anak itu kembali memasukkan barang-barangnya ke asrama.
"Maaf, San."
Tapi itulah jawaban yang Ihsan dapat.
Ihsan tidak akan menghakimi Bayu. Dia sudah percaya beta satu itu bisa menjadi dirinya sendiri, hidup dengan tangannya sendiri, berguna bagi orang lain. Meski jujur saja ketika bertemu dengan Bayu pagi tadi, Ihsan masih menyayangkan keputusan Bayu bertahun-tahun silam. Mungkin saja jika Bayu masih bertahan di divisi elit, pencarian ini tidak akan dilakukannya seorang diri.
Selain Anthony dan Jonatan, orang yang percaya kepada Ihsan adalah Bayu.
Biarlah dia terlihat memberontak di mata Marcus. Biarlah di belakangnya kini pasukan dari Indie mengejarnya. Di mata Bayu, Ihsan melakukan hal yang benar.
"Aku berhutang budi sama kamu, San. Mungkin ini aja yang bisa aku kasih. Semoga lancar." Bayu, yang sempat Ihsan temui pagi tadi sebelum Ihsan nekat keluar menjelajah hutan barat laut mencari Tony. Sebuah peta dan gelang besi didapatnya, itu semua lebih dari cukup.
Dan sejauh ini, pencarian Ihsan berjalan lancar. Tidak ada tanda-tanda orang lain yang mengejarnya.
Sementara itu, Ihsan rasa peta di dalam tasnya sudah tidak dia perlukan. Menemukan Tony di hutan seperti ini dalam misi pelacakan membutuhkan inderanya, dan mungkin ikatan yang selama ini terjalin di antara mereka. Bukan sebuah peta.
Biar Ihsan belum memberikan mark pada Tony, firasat yang selama ini membimbingya bisa mengantarkannya pada Tony.
Ketika dirasa sudah jauh masuk ke dalam hutan, Ihsan memejamkan matanya. Dia fokuskan indera penciumannya. Siapa tahu dia menemukan bau Tony yang pernah singgah bersandar di salah satu pohon, atau bersembunyi di sebuah semak.
Nihil.
Tapi firasatnya menuntun Ihsan untuk mengikuti arah jam sepuluh. Dia ingin mendebat hatinya, tapi perasaan itu menuntunnya begitu kuat. Yakin sekali di ujung arah jam sepuluh nanti dia akan menemukan sesuatu yang dia cari.
Apakah Tony ada di sana?
Hatinya berdegup kencang. Ihsan menghela napas untuk mengurangi kegugupan, juga agar telapak tangannya tidak terlalu dingin dan berkeringat. Benarkah mencari Tony bisa segampang ini? Ihsan sampai senyum-senyum sendiri dalam perjalanannya menjemput Tony.

KAMU SEDANG MEMBACA
Indie - Jojo/Ginting [TAMAT]
LobisomemToni kira hari-hari yang akan mereka lalui tidak akan berbeda dari sebelumnya. Dia akan membuka mata di dalam dekapan sang alpha tercinta, kemudian menutup tirai di malam hari dan kembali ke peraduannya yang nyaman bersama sang alpha. Sayang sekali...