Bau kayu sisa pembakaran serta minyak tanah dan udara yang terasa lembab di kulitnya membuat Jo bergerak tidak nyaman. Untuk beberapa saat dia tersadar, dia sudah mendapatkan kembali nyawanya. Seperti sebuah mimpi panjang, Jo lupa dirinya sedang berada dalam misi patroli.
Jo seharusnya bangun dan melanjutkan patrolinya, tapi dia menolak untuk membuka mata begitu deretan berbagai ekspresi Anthony Ginting hadir dalam mimpinya.
Jo tidak kuasa tersenyum ketika satu persatu memori masa lalunya terputar begitu saja. Mimpinya aneh. Dia rasa telah terlempar ke masa di mana dirinya hadir di tengah tempat pelatihan untuk minggu-minggu pertama.
Biasanya, ada beberapa kelompok yang memang tidak akan dipisah karena alasan 'kecocokan partner' atau memang ada sepasang alpha-omega yang tidak bisa dipisahkan ketika menerima misi karena alasan kesehatan.
Maka munculah istilah solo dan ganda dalam setiap divisi militer daratannya.
Solo adalah orang yang mengerjakan misi sendirian, sementara ganda biasanya mempunyai pasangan.
Sekalipun dalam sebuah misi, nantinya akan ada tim kerja di dalamnya yang beranggotakan tidak tetap dari lima sampai delapan orang.
Anggota tim bersifat sementara, status solo atau ganda punya jangka waktu lama, bahkan bisa selamanya.
Jo sendiri tidak ambil pusing karena dirinya sudah dari awal mengincar posisi solo; tidak perlu repot memastikan ada partner yang cocok, dan hanya perlu fokus pada dirinya sendiri.
Jadi, ketika pimpinan untuk angkatannya kali ini membacakan daftar siapa saja yang masuk kategori solo atau ganda, Jo tidak perlu mendengarkan dengan begitu detail.
Dia mendaftar seleksi sebagai solo, tahu kekuatannya berada di tingkat yang lebih atas dari beberapa peserta, dan yang terakhir karena karakternya yang agresif menentukan tempo pertarungan sendiri tidak mau diatur.
Dia yakin betul dirinya tidak akan mendapatkan seorang partner.
Matanya malah mengamati jajaran teman seangkatannya. Dia melihat Kevin Sanjaya, omega legendaris di angkatannya yang masuk dalam ring elit, maju ke depan memenuhi panggilan pimpinan dan tampak bangga sekali dipasangkan dengan Marcus.
Jo tidak terlalu tahu siapa Marcus. Yang Jo tahu, Marcus adalah seorang senior dalam ring elit, pantas saja bocah Sanjaya itu tidak bisa menyembunyikan wajah bangganya.
Oh, omega itu masuk ring elit? Legendaris, kata orang. Tapi akhirnya dijagain sama Marcus juga, batin Jo waktu itu berusaha tidak kagum seperti temannya yang lain kepada Kevin.
Kemudian giliran solo yang dipanggil. Jo maju ke depan, berdiri dengan wajah bosan karena tidak sabar ingin menjajal fasilitas militer di tempat pelatihan ini. Matanya kecolongan ketika nama Anthony Ginting disebutkan.
Dia tidak tahu wujud Anthony Ginting yang bagaimana, tapi telinganya mendengar status omega menyanding nama tersebut. Jo penasaran setengah mati.
Ada omega lain di antara teman-teman angkatannya? Selain Kevin Sanjaya?
Kevin Sanjaya dibesarkan dalam keluarga tak kalah elit berisi alpha andalan dari generasi ke generasi. Meskipun dia omega, kemampuannya dalam bertarung tidak perlu diragukan. Masuk ring elit pun sudah bisa diperkirakan oleh banyak orang.
Tapi Jo yakin dia tidak salah dengar. Ada omega lain di sini selain Kevin Sanjaya. Seperti apa orangnya?
Hari itu Jo kebagian jadwal sore, dan sejak penerimaan perwira baru dia belum sempat menjajal asramanya. Barang-barangnya yang terbungkus rapi dalam kardus menumpuk di lorong asrama.
Karena tidak ada yang mencarinya untuk membongkar kardus itu, Jo putuskan untuk berjalan-jalan di sekitar tempat pelatihan sambil menunggu jadwal.
Tempat pelatihan atau base sekaligus markas pusat terletak di dataran yang cukup tinggi dengan hawa dingin sebagai ciri khasnya. Hijau mendominasi area yang tidak berbeton, entah itu pohon ataupun rumput, pokoknya yang Jo lihat hanyalah warna hijau.
Jo menandai beberapa tempat yang menurutnya bisa dijadikan tempat menjernihkan pikiran. Sayang sekali, bagian luar base yang tenang seperti ini tidak dimanfaatkan. Semua kegiatan terfokus di dalam base.
Kemudian dia terusik pada kertas pembagian kamar asrama yang ada di saku celananya. Bosan juga kalau berdiri di luar base begini tanpa kegiatan pasti, lebih baik dia membongkar kardus-kardus di lorong asrama.
Tapi melirik jam di tangan kirinya, Jo pikir membongkar kardus sekarang akan membuatnya kehabisan waktu dan dia tidak ingin mendapatkan hukuman di latihan pertamanya hanya karena terlambat.
Jo membuka lipatan kertas pembagian kamar asrama. Setidaknya dia perlu tahu siapa saja yang akan tidur satu ruangan bersamanya untuk nanti malam. Siapa tahu Jo sempat dengar atau melihat calon teman sekamarnya di acara penerimaan perwira.
Dan matanya autofokus pada nama Anthony Ginting.
Memang Jo pernah mendengar nama orang ini.
Jo mengutuk dirinya yang tidak sempat ke asramanya. Dia melewatkan kesempatan melihat Anthony Ginting lebih cepat. Masa iya harus nunggu nanti malam?
Jo berusaha mengenyahkan rasa kecewanya dan berbalik menuju base. Latihannya akan segera dimulai.
.
Sambil menunggu menit latihannya dimulai, kebetulan Kevin Sanjaya tengah menunjukkan kemampuannya. Bocah itu legendaris bukan dari bualan semata. Kecepatannya menghindari boneka simulasi dan setiap jarum es dari sela jarinya terlihat mematikan.
Dalam hitungan cepat, boneka boneka simulasi itu hancur dengan bekas sabetan sebelum hancur tak bersisa menjadi partikel-partikel kecil. Tidak lupa efek asap kasat mata sisa es yang menguap menambah dramatisir sesi akhir latihan Kevin.
Jo bersiul lirih.
"Gimana?"
Jo merasakan tepukan pelan pada pundaknya. Dia mendapati Marcus dengan sebotol minuman di tangan, sepertinya habis latihan entah dari mana.
"Omega, tapi omega di ring elit memang beda."
Marcus yang mendengar jawaban itu hanya tertawa kecil. Dia menunjuk tempat latihan lain yang Jo pikir adalah tempat latihannya nanti, namun Marcus tidak salah ketika menunjuk laki-laki lain yang jauh lebih kecil dari Jo tengah bergerak lincah ke sana ke mari membuat pola sabetan dari pisau anginnya di udara.
Orang itu hanya bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak ada percikan atau kilat, dan boneka itu sudah hancur menjadi potongan-potongan kecil. Bahkan Jo perlu mencerna elemen apa yang digunakan orang itu.
"Pengguna angin memang jarang, tapi yang satu itu lumayan juga."
Oh. Memang tidak buruk.
"Dan dia omega."
Jo reflek membulatkan matanya. Omega selain Kevin!
Untuk pertama kali dia melihat Anthony Ginting, anggapan 'tidak buruk' darinya tadi berangsur tergantikan menjadi kekaguman karena –sial memang, otaknya merespon setiap gerakan Tony yang sedang bertarung itu seperti sedang melihat Tony menari.
Indah, tapi mematikan.
Sore itu Jo tidak tahu kenapa jantungnya berdegup kencang dan pipinya memanas tiap kali gaya bertarung Tony yang indah-mematikan ini terputar berulang kali dalam kepalanya.
Dilema melanda. Jo terbiasa mengagumi setiap talenta orang yang ditemuinya, tapi baru kali ini Jo bingung kepada diri sendiri.
Apakah ada rasa lain selain rasa kagum kepada Anthony?
.
TBC
A/N : Terima kasih untuk vomentnya! :"D
KAMU SEDANG MEMBACA
Indie - Jojo/Ginting [TAMAT]
Hombres LoboToni kira hari-hari yang akan mereka lalui tidak akan berbeda dari sebelumnya. Dia akan membuka mata di dalam dekapan sang alpha tercinta, kemudian menutup tirai di malam hari dan kembali ke peraduannya yang nyaman bersama sang alpha. Sayang sekali...