10

9.1K 938 51
                                    

"Lo istirahat di sini ya, nanti kalau ada apa-apa, lo bisa nelpon gue. Oke?" ucap (Namakamu) dengan senyumannya yang tulus.

Tania menganggukkan kepalanya sembari merapikan kardigan (Namakamu) yang melapisi baju kaosnya yang sudah diberi (Namakamu) tadi. "Makasih, ya, (Namakamu) kalau lo tadi nggak ada, gue nggak tahu akan jadi apa," ujar Tania dengan lemah.

(Namakamu) hanya mengusap bahu Tania dengan lembut,"gue pergi bentar, ya. Lo istirahat sekarang," gumam (Namakamu) dengan lembut. Tania pun memejamkan matanya dengan wajahnya yang sudah diberi salep.

(Namakamu) melihatnya sebentar, lalu pergi meninggalkan kelasnya yang hanya Tania mengisi. (Namakamu) membuka pintu kelasnya, dan kantin sepi. Ia tahu, berita sudah menyebar cepat akibat peristiwa beberapa jam lalu.

(Namakamu) menutup pintu kelas itu dengan pelan, lalu berjalan menuju ruangan yang disegani di sekolah ini. Ruang Bimbingan Konseling.

"(Namakamu)."

(Namakamu) memberhentikan langkah kakinya saat mengetahui suara itu, ia membalikkan tubuhnya. Alwan terlihat khawatir, ia berlari mendekati (Namakamu).

"Lo kena kasus, (Namakamu)!" ucap Alwan dengan wajah khawatirnya.

(Namakamu) tersenyum jahil melihat sahabatnya yang terlihat khawatir. "Dan lo masih terkejut? Lo kaya kenal gue kemarin sore aja, deh, Wan. Ini gue, (Namakamu) Agatha, Wan."

Alwan menggelengkan kepalanya dengan wajahnya yang serius. "Lo buat kak Adira masuk rumah sakit, dan lo tahu siapa, kak Adira? Dia punya saham tertinggi di sekolah ini. Sekarang lo harus minta maaf sama kak Adira di rumah sakit, gue nggak mau lo dikeluarin di sekolah—"

"Wan.. stop!"

Alwan memberhentikan tarikannya, ia menatap (Namakamu) dengan khawatir. (Namakamu) menepuk bahu sahabatnya ini dengan pelan, "gue bersumpah, kita akan selalu sama-sama. Gue bakal lindungi lo. Lo tahu gue, kan? Gue melakukan ini pasti karena ada alasannya. Tenang, ya," ucap (Namakamu) menenangkan Alwan.

Alwan menghela napasnya sembari menatap (Namakamu) dengan rasa sayangnya kepada sahabatnya ini. "Masalah lo adalah masalah gue juga, tapi kalau kelewatan... itu masalah lo sendiri aja."

"Bangsat!"

**

"Adira masuk rumah sakit. Kabarnya sekarang dia harus dirawat untuk waktu 8 minggu."

Iqbaal mengernyitkan dahinya saat mendengar laporan dari anggotanya. "Adira kelahi dengan siapa?" tanya Iqbaal yang heran mendengar kabar itu, pasalnya Adira terkenal akan gayanya yang membully siapapun.

"(Namakamu) Agatha."

Iqbaal yang mendengar nama itu membuatnya seketika membolakan kedua matanya, ia terkejut. "(Namakamu) Agatha?" tanya Iqbaal memastikan.

"Iya, (Namakamu) Agatha."

Iqbaal bangkit dari duduknya, lalu menatap anggotanya dengan tatapan seriusnya. "Sekarang, di mana dia sekarang?"

"Di dalam ruangan BK."

Dan Iqbaal dengan cepat meninggalkan ruangannya.

**

(Namakamu) duduk dengan santainya saat di depannya sudah ada beberapa petinggi sekolah duduk. (Namakamu) baru kali ini merasa lapar, karna perkelahian tadi menguras tenaganya yang sedikit itu.

"(Namakamu) Agatha, murid kelas 10 IPA 1. Kamu juga yang membuat Leoni masuk rumah sakit, kan?" tanya salah satu petingging sekolah ini.

(Namakamu) hanya mengangguk patuh, walau ia tidak kenal siapa namanya Leoni.

"Kita harus memproses dia ke jalur hukum."

"Itu tidak mungkin, dia masih di bawah umur."

"Jika kita tidak memprosesnya, maka nama sekolah kita tercoreng akibat kasus ini. Para pemegang saham akan mencabut sahamnya di sini."

"Dan memasukkannya ke dalam jalur hukum bukanlah suatu hal yang bijak. Dia kita beri scorsing saja."

"Bagaimana kalau papa Adira menuntut ke jalur hukum?"

"Itu baru masalah pribadi antara anak ini dengan keluarga Adira. Intinya, nama sekolah kita jangan tercoret."

(Namakamu) yang mendengar itu hanya dapat menyunggingkan senyuman remehnya. Ia akhirnya tahu apa yang disebut sekolah berstandar internasional ini.

Pintu terbuka begitu saja saat para petinggi sekolah ini sedang diskusi mengenai hukuman untuk (Namakamu) tanpa tahu alasannya. (Namakamu) mengalihkan tatapannya ke arah pintu ruangan ini, ia melihat Iqbaal di sana dengan rambutnya terlihat berantakan.

Iqbaal melihat beberapa petinggi sekolah menyapanya dengan senyuman ramah, lalu ia melihat gadis itu ada di sana dengan menatapnya.

"Maaf, saya masuk tanpa izin." Dengan sopan, Iqbaal memasuki ruangan itu.

"Tidak apa-apa, saya senang kamu di sini."

(Namakamu) mendengar itu membuatnya muak seketika. Iqbaal menghembuskan napasnya dengan lelah, ia mengambil posisi di dekat petinggi sekolah, dan (Namakamu) semakin tidak memperdulikannya.

"Kamu sebagai ketua osis di sekolah ini, bagaimana? Hukuman apa yang tepat untuk dia?"

Iqbaal menatap (Namakamu) dengan tatapan susah untuk dimengerti, namun ada rasa lega saat melihat gadis itu tidak terluka.

"Mengenai hukuman dan tuntutan dari keluarga Adira, saya akan bertanggung jawab. Jadi, selesaikan saja tanpa ada cacat. Tidak ada yang perlu dibesar-besarkan dalam hal ini." Iqbaal memutuskannya dengan tegas.

Para petinggi sekolah mendengar itu membuat mereka terkejut sekaligus bingung, pasalnya Iqbaal baru pertama kali melakukan keputusan seperti ini. "Tapi, bagaimana—"

"Saya bilang jangan ada yang perlu dibesar-besarkan."

Dan semua tidak dapat lagi berbicara. (Namakamu) berdiri dari duduknya, ia semakin muak dengan kondisi saat ini.

"Hei! Kamu mau ke mana? Ini belum keputusan final! Dan kamu dengan tidak sopan berdiri, hargai orang yang lebih tua dari kamu, (Namakamu)!" tegur salah satu petinggi sekolah ini.

Iqbaal melihat (Namakamu) membalikkan badannya menghadapa para petinggi sekolah, termasuk dirinya.

"Mohon maaf, Pak, Bu. Saya pikir ini masalah yang bisa diselesaikan dengan cara siapa yang berkuasa paling tinggi, jadi saya nggak perlu ada di sini. Lagian.. tanpa ada pertimbangan sedikit pun, kalian semua bakal menghukum saya, kan? Bahkan kalian nggak tahu masalah sebenarnya apa."

Iqbaal melihat (Namakamu) begitu berani berbicara, Iqbaal memberi syarat agar petinggi di sebelahnya tidak berbicara.

"Saya lebih senang dikeluarkan dari sini, daripada harus diproses seperti ini. Silahkan keluarkan saya. Untuk senior gue, Iqbaal." Iqbaal yang mendengar namanya disebut seketika menyahutnya dengan raut wajahnya yang mengangguk kecil.

"Gue nggak butuh pengasihan dari lo. Gue bisa urus sendiri masalah ini, bukan lo aja yang punya kuasa hukum keluarga, gue juga punya. Yang perlu lo urusin adalah murid-murid yang ada di sini! Jangan karena dia suka sama lo, dia dibully di sini! Katanya ini sekolah internasional, tapi etika dan budaya tidak diaplikasikan. Gue nggak mulai seperti ini kalau Adira nggak nyakitin Tania!" ucap (Namakamu) penuh emosi.

Iqbaal semakin terkejut mendengar fakta ini, ia tetap diam untuk mendengar (Namakamu) berbicara.

"Sebelum kalian tamatkan murid-murid yang ada di sini, lebih baik kalian ajarkan mereka mengenai menghargai sesama. Saya permisi." Dan (Namakamu) pergi meninggalkan ruangan itu dengan cepat.

Iqbaal hanya dapat diam dan menutup kedua matanya. "Ini karena gue."

**

Bersambung

Follow ig Minrik : triyenierika

Bad Things (TOUCH LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang