36

9.8K 1.1K 172
                                    

Iqbaal turun dari mobilnya, lalu ia menutup pintu mobilnya kemudian menguncinya. Ia meranselkan tasnya sembari terbatuk sedikit.

"(Namakamu)! Tungguin, gue!"

Iqbaal yang baru saja datang, dan mendengar nama itu membuatnya mengalihkan tatapannya seketika.

(Namakamu) tidak berlari, ia hanya berjalan dengan seragamnya yang dilapisi oleh sweater hitam yang besar di tubuh mungilnya itu, ia menggeraikan rambutnya, dan mulai berjalan tanpa memperdulikan Alwan yang melebih-lebihkan panggilan namanya.

Iqbaal yang hendak menyapa (Namakamu) seketika membuatnya mengurungkan niatnya, saat mendengar (Namakamu) bersin.

"CEPAT, ALWAN! GUE DINGIN, NIH!" teriak (Namakamu) yang belum menyadari bahwa Iqbaal tidak jauh darinya.

"(Namakamu)—" panggilan Iqbaal terpotong saat deringan di ponselnya membuatnya berhenti memanggil kekasihnya itu.

Iqbaal berdecak kecil sembari mengangkat panggilan itu, matanya tertuju kepada (Namakamu) yang akhirnya pergi menjauh.

"'APA?!" sahut Iqbaal dengan tidak santai.

"Handuk lo di mana, Baal? Gue butuh handuk,nih."

Iqbaal menutup kedua matanya lelah, Aldi benar-benar minta dipancung.

**

Hatchim!

(Namakamu) kembali bersin, Alwan yang ada di sampingnya hanya dapat menghela napas.

"Makanya, gue bilang apa! Mending elo tidur di rumah, istirahat! Malah sekolah," omel Alwan dengan gaya bersedekap dada.

"Males gue di rumah, lagi ada bang Azka sama Belle," balas (Namakamu) yang kembali bersin.

Alwan pun menarik (Namakamu) untuk duduk di sebuah bangku kantin sekolah, "masih datang lagi manusia purba itu?" tanya Alwan penasaran.

(Namakamu) menganggukkan kepalanya, "makanya, gue bersikeras buat di sekolah aja," jawab (Namakamu) yang kembali bersin.

"Mending lo kerjain dia, (Namakamu). Gue ikut ke rencana, lo! Pengin gue botakin rambutnya," ucap Alwan dengan meremas tangannya sendiri.

(Namakamu) tersenyum sembari menaikkan kedua alisnya ke atas," lo lihat gimana nanti. Eh... tapi, pesenin gue teh hangat, dong. Gue mau yang hangat-hangat," balas (Namakamu) sembari memeluk dirinya sendiri.

"Lagian, bego! Main hujan, malam-malam pula! Lo kira lagi syuting FTV!" kembali Alwan mengomel, namun tetap berdiri untuk pesan minuman.

(Namakamu) kembali bersin, dan memeluk dirinya sendiri. Alwan hari ini sangat cerewet, membuatnya tidak henti-hentinya menutup telinga.

Di saat menunggu kedatangan Alwan, (Namakamu) melihat para anggota osis memasuki kantin tempat dirinya tengah duduki. Menjadi anggota osis bisa dikatakan sebagai orang yang terpandang di dalam sekolah ini, ketika mereka berjalan saja, tatapan ke arah mereka. Karena apa? Mereka mendapatkan wibawanya.

(Namakamu) menyadarkan kepalanya dengan tangannya, tangan satunya lagi mengetuk meja. Ia melihat kembali pintu masuk kantin ini, dan ia melihat Iqbaal memasuki kantin dengan seragamnya yang berlengan panjang itu sedikit ia lipat hingga ia tahu Iqbaal memakai jam tangan, rambutnya yang tersisir rapi, dan wajah tampannya.

(Namakamu) membiarkan saja, mungkin Iqbaal tengah ada rapat bersama osisnya di kantin.

"(Namakamu), teh hangatnya lagi dibuat, tapi gue pesanan makanan untuk lo dulu. Bentar lagi, pasti datang. Nggak apa-apa, kan?"

Bad Things (TOUCH LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang