54

7.6K 779 44
                                    

Iqbaal melihat ke layar ponselnya kembali, dan kembali juga tidak ada notifikasi dari kekasihnya, (Namakamu). Iqbaal menghela napasnya dengan pelan, ia sudah mencoba terus menghubungi (Namakamu), dan kembali tidak dijawab.

Ia menatap lapangan sekolahnya yang begitu luas, mencoba untuk menggapai apapun agar dapat mengerti dengan situasi sekarang. Ia berada di dalam mobilnya, sengaja ia datang pagi-pagi sekali hanya untuk berbicara dengan (Namakamu).

Dan di saat ia tengah memikirkan kekasihnya, (Namakamu) pun lewat dengan tenangnya. Seketika Iqbaal keluar dari mobilnya dengan wajah seriusnya.

"(Namakamu)," panggil Iqbaal dengan suara beratnya.

(Namakamu) yang tidak terlalu jauh dari mobil Iqbaal pun memberhentikan langkah kakinya, ia membalikkan badannya ke arah sumber suara. Ia melihat Iqbaal di sana berdiri dengan gagahnya, rambut hitam lebatnya yang dimainkan oleh angin pagi, dan ketidak lengkapan seragamnya.

Iqbaal menatap serius (Namakamu), "kenapa kamu tidak menjawab panggilan semalam?" tanya Iqbaal dengan suaranya yang berat.

"Lagi gak pengin diganggu," jawab (Namakamu) dengan tenang.

Iqbaal mengernyitkan dahinya. "Dan apa salahnya memberitahu, (Namakamu). Ada apa sebenarnya? Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini? Padahal beberapa hari yang lalu, kita baik-baik aja."

(Namakamu) menyisir rambutnya ke belakang dengan jemarinya. "Abang tau semua kan tentang gosip-gosip itu? Kenapa tim berita sekolah tahu tentang hubungan kita?" tanya (Namakamu) dengan tatapan tajamnya ke arah Iqbaal.

"Ya, lagi pula dengan tim itu mengangkat hubungan kita, itu bukan masalah yang besar. Apa yang perlu kamu takutkan? Kita bukan melakukan hal yang memalukan, kan?" Iqbaal menatap (Namakamu) dengan sedikit heran,"kenapa kamu sampai seperti ini? Buat abang khawatir. Panggilan dan pesan abang sama sekali tidak ada digubris."

"Aku nggak suka hubungan diumbar-umbar. Dari awal kita sudah sepakat untuk menyembunyikan hubungan ini. Dan sekarang? Semua orang tahu, Bang!" ucap (Namakamu) dengan sedikit bernada tinggi.

"Apa yang membuat kamu menghindar dari semua ini? Cepat atau lambat, hubungan kita akan terbongkar juga atau ada yang kamu sembunyikan?"

(Namakamu) mengernyitkan dahinya, "ini bukan masalah disembunyikan atau tidak!"

Iqbaal menatap (Namakamu) dengan rasa kecewanya. "Tapi nggak seharusnya kamu berhenti kasih kabar. Abang bisa dengan sekejap menghilangkan berita itu kalau itu buat kamu nggak seperti semalam."

(Namakamu) membasahi bibir bawahnya, "percuma! Orang juga gak akan bisa menghapus ingatan tentang hubungan kita!" balas (Namakamu) dengan kesal.

Iqbaal melihat (Namakamu) dengan tidak mengertinya." Kamu sekarang maunya gimana? Apa kamu malu punya pacar seperti abang? Apa yang harus abang lakukan, (Namakamu)?" tanya Iqbaal dengan lirih.

(Namakamu) diam.

"Abang bisa melakukan apapun asal kamu jangan seperti ini. Kamu ingin berita ini dihapus, kan? Kamu juga mau mereka tidak mempercayai berita itu, kan? Abang bisa melakukannya sekarang."

"ABANG NGGAK AKAN NGERTI!" dan seketika (Namakamu) pergi meninggalkan Iqbaal yang menatap sedih kepergian (Namakamu).

Ini adalah pertama kalinya ia berantam serius dengan kekasihnya ini.

**

Bersambung




p.s : Kuliah sedang sibuk, tugas menumpuk, dan untuk wisuda butuh pengorbanan sesuatu. :)

Bad Things (TOUCH LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang