42

9.6K 1K 111
                                    

Iqbaal tersenyum saat melihat kekasihnya datang dengan kaus putih kebesaran di badan mungilnya. Iqbaal baru saja pulang dari acara ulang tahun sekolahnya, ia memakai kemeja putih dengan celana jeans hitamnya, rambutnya sedikit basah akibat keringatnya.

Iqbaal melihat kekasihnya ini dengan rasa sayangnya, gadis itu membuatnya semakin rindu. "Hai," sapa Iqbaal dengan suara beratnya.

(Namakamu) melihat jam di pergelangan tangannya, "memang nggak bisa pulang dulu ke rumah?" tanya (Namakamu) dengan sedikit kernyitan di dahinya.

Iqbaal tanpa banyak bicara menarik (Namakamu) dengan lembut ke dalam pelukannya, ia sudah rindu dengan kekasih mungilnya ini. Iqbaal mengecup pipi itu, lalu memeluknya dengan dekapan hangatnya.

"Abang capek, Sayang," bisik Iqbaal dengan suara beratnya yang lembut.

(Namakamu) juga merasakan kemeja Iqbaal yang lembab, mungkin karena keringat. "Makanya, aku bilang apa. Jangan ke sini, harusnya pulang dulu," balas (Namakamu) dengan rasa kasihannya.

Iqbaal memejamkan kedua matanya, ia nyaman bersama kekasihnya.

"Abang mau selingkuh?" tanya (Namakamu) dengan pipinya ia sandarkan pada bahu lebar Iqbaal. Iqbaal bersandar pada kap mobilnya.

Iqbaal melepaskan pelukannya, tetapi kedua tangannya masih melingkar di pinggang kekasihnya ini. "Kamu lagi nuduh, Abang?" tanya Iqbaal memastikan.

(Namakamu) menggelengkan,"lagi nawarin, Abang. Abang mau selingkuh, nggak?" ucap (Namakamu) lebih jelas.

Iqbaal ingin menggigitnya sekarang, tapi rasa sayangnya lebih mengalahkan hal itu.

"Kamu mau abang selingkuh, Sayang?" tanya Iqbaal dengan gemasnya kepada (Namakamu).

(Namakamu) menganggukkan kepalanya sembari tersenyum semangat. "Ayo, selingkuh!" ajak (Namakamu).

Iqbaal menatap kekasihnya dengan tidak tahu lagi. "Kamu mau abang nikahi sekarang?"

(Namakamu) pura-pura tertawa, "lucu kok, aku sampai ketawa," ucap (Namakamu) dengan menepuk pipi Iqbaal dengan pelan.

"Abang serius, kalau kamu banyak bikin masalah, abang nikahi di tempat. Abang datangi penghulunya. Mau?" balas Iqbaal dengan tatapannya ke arah (Namakamu).

(Namakamu) mengerucutkan bibirnya dengan imut, Iqbaal menyunggingkan senyuman kecilnya. "Ya, kan aku cuma kasih kado ke Abang. Mau selingkuh, nggak? Kalau mau, ya udah, ayo. Gitu aja kok."

Iqbaal mengecup bibir (Namakamu) dengan lembut, ia begitu mencintai gadis ini. "Mau kamu paksa juga, hati abang cuma betahnya sama kamu."

(Namakamu) memutarkan kedua bola matanya dengan malas, "basi! Cuma sama kamu kok sayang. Alah! Palingan kalau dikasih cewek seksi, bakal buka celana," balas (Namakamu) dengan santai.

"Sayang!"

(Namakamu) tertawa melihat Iqbaal yang mulai merengek."Nggak kok, Sayang aku. Pacar sehati sejiwa, sepikir dan sejalan."

Iqbaal kini menggenggam tangan kekasihnya, lalu mengecup punggung tangan itu."cantik," puji Iqbaal dengan senyumannya yang begitu tampan.

"I know it," jawab (Namakamu) dengan santainya.

Iqbaal menatap kekasihnya dengan rasa sayangnya, "kalau tahu, cium abang."

"Sekali cium, bayar lima puluh ribu. Kalau mau dua kali cium, lima ratus ribu," ucap (Namakamu) dengan kedua tangannya melingkar di leher Iqbaal.

"Oke, Deal!"

Dan (Namakamu) dibawa Iqbaal ke ciuman panjangnya, ciuman rindu, serta ciuman kasih sayangnya kepada gadis ini.

**

"Buset, banyak banget uang, lo. Dapat dari mana?" tanya Alwan yang takjub melihat isi dompet sahabatnya ini.

"Biasa, mangkal," balas (Namakamu) dengan santainya.

Alwan menggelengkan kepalanya, "ngapa nggak ngajak gue?" ucap Alwan yang masih takjub akan uang itu.

(Namakamu) memutar kedua bola matanya dengan malas,"lo mau ciuman sama laki-laki? Pasang tariff serebu, kalau dia mau."

Alwan mendekati (Namakamu), ia seperti anak kucing yang mencari tempat tinggal bersama induknya. "Belanjain gue kek, sekali-sekali. Lo kan banya uang," rayu Alwan dengan manja.

(Namakamu) menggelengkan kepalanya dengan pelan, "dasar orang kismin. Ya udah, mau belanja apa! Ntar utang dulu."

"Yeee.. sama aja dengan nggak! Pelit, lo!" balas Alwan dengan kesal.

"Dari pada, lo! Banyak uang, tapi tunggu bulan jadi dua baru mau belanjain gue. Sama-sama pelit jangan saling menghina, please."

Alwan dengan malasnya sedikit menjauhi tempat duduknya dengan (Namakamu), (Namakamu) yang melihatnya hanya dapat menopang salah satu pipinya dengan tangannya. Mereka bertengkar karena masalah uang.

(Namakamu) bangkit dari duduknya, Alwan hanya melirik kecil, lalu kembali menjauh. (Namakamu) mengeluarkan uang yang diberikan Iqbaal semalam tanpa dihitung itu, lalu pas dengan waktunya, Iqbaal dan kawanannya memasuki kantin.

(Namakamu) mendatangi Iqbaal yang tengah tertawa bersama kawan-kawannya.

"Bang Iqbaal!" panggil (Namakamu) dengan wajah tidak senangnya.

Iqbaal sedikit terkejut melihat kekasihnya memanggil dirinya, ia melihat (Namakamu) begitu dekat dengannya.

"Ini, uangnya. Aku balikkin! Gara-gara ini doang, gue dimarahi!" (Namakamu) memberikan uang itu kepada Iqbaal.

Teman- teman Iqbaal pun terkejut saat melihat (Namakamu) dengan berani bertindak seperti itu kepada Iqbaal.

Iqbaal mengernyitkan dahinya, "siapa yang berani marahin kamu?" tanya Iqbaal dengan suara beratnya.

"Ini juga! Ngapain di depan aku, sana pergi!" Dan (Namakamu) pergi menjauhi Iqbaal dan teman-temannya. Ia membelah jalan Iqbaal dan teman-temannya.

Iqbaal melihat kekasihnya pergi menjauhi kantin.

"Gila, berani dia."

"Untung cantik."

"Lo mau gue jadiin mayat di sini? Jangan komentari cewek gue!" tegur Iqbaal dengan tidak suka.

"Ha? Dia pacar lo, Baal?"

Dan pada akhirnya, kecemburuan Iqbaal menjadi malapetaka baginya.

**

Bersambung

Komentar minimal 100

Bad Things (TOUCH LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang