13

10.2K 1K 103
                                    

(Namakamu) membersihkan seragam bajunya dari air hujan yang sudah menyerap di seragamnya. Ia berteduh di bawah atap pos satpam yang sudah tidak ada lagi berjaga, di sini dia akan menunggu Azka untuk menjemputnya.

Hujan mulai melebat, dan parkiran sekolahnya sudah hampir kosong sepenuhnya. Ia menyesal tidak mengiyakan ajakan Alwan untuk pergi bersama, (Namakamu) hanya dapat menyandarkan tubuh mungilnya di meja pos satpam itu. Ia akan menunggu kedatangan abangnya sembari menatap hujan itu membasahi bumi.

Saat ia hanya melihat beberapa orang berlalu-lalang kemudian hujan semakin lebat. Kini, perhatiannya mengarah pada seorang laki-laki tampan berlari kecil ke arah pos satpam ini, laki-laki yang memberinya sebuah minuman dan topi itu. Iqbaal.

(Namakamu) sedikit memberi ruang kepada Iqbaal yang sudah sampai di pos satpam ini. Iqbaal selalu menjadi pandangan setiap orang. Iqbaal menggosok asal rambutnya karena sedikit basah itu, lalu melirik ke arah (Namakamu).

"Belum dijemput?" tanya Iqbaal dengan suara beratnya.

Hujan semakin deras, kebisingan hujan lebih mendahului daripada kebisingan kendaraan di jalan raya sana.

(Namakamu) menggelengkan kepalanya dengan pelan sembari menatap hujan yang deras itu. Iqbaal menyunggingkan senyuman kecilnya saat melihat gadis itu kembali mengacuhkannya. Ia membuka jaket berbahan tebal itu, lalu memakaikannya kepada (Namakamu). (Namakamu) yang terlihat terkejut saat tiba-tiba saja Iqbaal menariknya untuk mendekat.

Kini, Iqbaal berada di hadapannya dengan memberinya sebuah jaket yang sangat besar di tubuhnya. Iqbaal merapikannya agar jaket itu dapat melindungi gadis ini dari dinginnya hujan.

"Setidaknya, kamu bisa tunggu jemputan tanpa kedinginan," gumam Iqbaal dengan suara beratnya.

(Namakamu) menatap Iqbaal dengan kedua mata indahnya, ia merasakan hangat di hatinya. Setelah merapikannya, ia menatap kedua mata gadis cantik ini, ingin rasanya ia berlama-lama di sini.

"Abang ke dalam dulu, ya," ucap Iqbaal sembari menatap (Namakamu) dengan sedikit menundukkan kepalanya.

"Iya, Bang."

Iqbaal semakin menyunggingkan senyuman manisnya, ingin ia memeluk gadis ini. "Hati-hati."

(Namakamu) menganggukkan kepalanya, dan Iqbaal pun pergi menerjang hujan deras itu. (Namakamu) tersenyum dengan manisnya saat menatap kepergian Iqbaal .

"Kok pipi gue panas, ya?" tanya (Namakamu) sembari mengipasi pipinya yang merona merah.

**

"Ini jaket siapa, Dek?" tanya Azka sembari menunjukkan jaket itu ke arah (Namakamu) yang tengah makan.

(Namakamu) menatap ekspresi kebingungan abangnya, dan itu lucu.

"Jaket senior," jawab (Namakamu) singkat.

Azka menyipitkan matanya saat mendengar itu, "jangan bilang lo udah pacaran sama senior itu? Iya, kan?!" tanya Azka seketika.

(Namakamu) berdecak kecil saat kembali melihat Azka yang mengintrogasi mengenai itu. Selalu dan tidak akan pernah absen ketika melihat Azka tidak terima dirinya dekat dengan laki-laki lain.

"Nggak, Bang.. nggak. Kebiasaan deh, nebaknya tanpa data," balas (Namakamu) sembari mengunyah makanannya.

Azka terlihat berjalan mendatangi meja makan dengan jaket itu di dalam tangannya, (Namakamu) makan sembari menatap abangnya dengan tidak mengerti.

"Lagian gue juga ragu, mana ada laki-laki mau sama lo. Jantanan juga jantanan lo, Dek."

(Namakamu) menganggukkan kepalanya sembari menatap Abangnya dengan senyuman manisnya, "lo mau gue sambit pakai garpu, Bang? Masih gue pegang, belum gue terbangi aja."

Bad Things (TOUCH LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang