15

9.9K 943 42
                                    

(Namakamu) duduk di salah satu bangku penonton lapangan olahraga di sekolahnya ini, ia melihat beberapa murid bermain-main dengan bola basket mereka. Angin sepoi siang memang menyejukkan diri saat terik matahari menyinari (Namakamu) begitu semangat.

Rambut cokelatnya ikut terbawa oleh suasana angin sepoi ini, ia menikmati rayuan angin hingga membuatnya memejamkan kedua matanya. Ia ingin merajut mimpi sebentar saja, agar sebentar pula ia melepaskan masalah di dalam kehidupan nyatanya.

Iqbaal memberhentikan larinya saat ia akhirnya menemukan orang yang sejak tadi ia cari. Napas Iqbaal memburu, rambutnya berantakan oleh angin siang ini, dan keringat mulai muncul di dahinya.

Iqbaal menelan ludahnya akibat lelahnya ia mencari gadis itu. Iqbaal mengambil napasnya sebentar, lalu mulai mendekati bangku penonton itu.

(Namakamu) semakin terlelap dengan tidur posisi duduk sembari bersedekap dada, kepalanya tertunduk. Iqbaal melihat pipi (Namakamu) yang merona merah, ia tersenyum kecil saat melihat gadis itu. Iqbaal merasakan terik matahari siang semakin menjadi-jadi, ia mengambil posisi jongkok untuk dapat melihat wajah cantik gadis itu.

Untuk pertama kalinya di dalam hidupnya, ia bertekuk lutut untuk seorang gadis. Gadis yang akan menentang apapun ketika kata hatinya mengatakan itu salah, dan membela orang-orang yang lemah. Iqbaal menyunggingkan senyumannya saat melihat (Namakamu) tampak nyenyak untuk tidur.

"Ternyata bisa tidur juga," gumam Iqbaal dengan suaranya yang dalam. Iqbaal mengeluarkan sebuah kertas dari almamaternya, lalu meletakkannya di samping bangku kosong itu. Ia pun berdiri, lalu menatap sebentar (Namakamu) kemudian pergi dengan tenangnya.

(Namakamu) tidak sepenuhnya tertidur, ia membuka kedua matanya saat mengetahui Iqbaal sudah pergi menjauh. Ia mengambil kertas yang diberi Iqbaal, lalu membacanya.

'Peraturan nomor 23 mengenai pengenalan barang kepada konsumen atau promosi. Diubah atas persetujuan pemimpin, bahwa setiap siswa- siswi yang mengikuti bazar dibebaskan untuk mengeluarkan kreatifitasnya dalam menarik konsumen. Namun, tetap akan diawasi oleh beberapa anggota Osis lainnya. Peraturan ini akan diterapkan dengan resmi dan tidak dapat diganggu gugat.'

(Namakamu) tersenyum dengan bahagianya. Ia melipat surat itu, lalu memasukkannya ke dalam saku celananya. "Makan kali, ya? Lapar juga." (Namakamu) menepuk perut ratanya dengan pelan, lalu berdiri dari duduknya dengan senyuman bahagianya.

**

"Dari perkiraan cuaca hari ini, Indonesia tahun ini tidak turun salju."

(Namakamu) yang mendengar ucapan Alwan seketika tersenyum dengan manisnya, ia mendekati Alwan, lalu merangkulnya. Alwan tetap memainkan ponselnya sembari berjalan menuju kantin. "Saya suka manusia seperti anda. Gobloknya murni anugerah dari Tuhan."

Alwan mengernyitkan dahinya sembari menunjukkan ke arah (Namakamu), (Namakamu) sedikit menjauh. "Baca! Gue dapatnya dari instagram, kok. Malah gue dikatain bego," balas Alwan dengan bibirnya sedikit maju.

(Namakamu) hanya memutar kedua bola matanya dengan malas, lalu tanpa ia ketahui sama sekali. Seseorang dengan kasarnya menarik Alwan yang masih di dalam rangkulannya, jatuh begitu saja di atas tanah kotor itu.

(Namakamu) terkejut saat melihat Alwan terjatuh akibat tarikan kasar itu. "Lo nggak apa-apa?" tanya (Namakamu) sembari membantu Alwan untuk berdiri. Alwan menatap ke arah segerombolan laki-laki menatap dirinya dengan tawa mengejek.

"Kenapa sih, Kak? Gue salah apa sampai tarik gue?" tanya Alwan tidak mengerti.

(Namakamu) menatap segerombolan laki-laki itu dengan tajam.

Bad Things (TOUCH LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang