58

6.8K 612 88
                                    

"Setiap manusia akan merasakan apa itu sakit, bahagia, pengorbanan, dan kepalsuan. Semua itu mengetahuinya, tapi kenapa masih menghindarinya? Bukankah semua rasa itu adalah pembelajaran yang baik untuk hidup manusia itu sendiri?" –Unknown.

**

Iqbaal menatap langit malam dengan rasa kepedihannya, ia baru saja mengenal apa itu cinta, ia baru saja merasakan indahnya jatuh cinta, dan kini ia bersama dengan orang yang ia cintai. Tapi, mengapa perjalanan kisah cintanya begitu banyak halangannya?

Iqbaal mengusap wajahnya dengan hembusan napasnya yang pelan. "Aku mau berjuang demi dia, tapi kenapa dia susah untuk diajak berjuang bersamaku?" lirih Iqbaal dengan pelan.

Angin malam kini menemani beban pikiran dan hatinya. Iqbaal membawa ponselnya di hadapannya, ia menatap layar ponselnya sedikit lama lalu dengan pemikirannya pun ia mulai menghubungi (Namakamu).

Dan pastinya operator kembali menjawab. Iqbaal memejamkan matanya dengan kesedihannya mendalam. Operator menawarkan sebuah pesan suara untuk si pemanggil. Iqbaal menekan pilihan itu. Ia mulai berbicara.

"Apa kabar, Sayang? Sehat, kan? Abang harap kamu bahagia setiap harinya." Iqbaal menjatuhkan airmatanya,"abang di sini menunggu kabar kamu, abang rindu sama kamu, abang mau kita seperti biasanya. Abang bisa selesaikan semua masalah ini, Sayang. Tapi tolong.. percaya sama abang, abang ada di sini karena kamu. Tolong lihat abang, tolong genggam tangan abang, abang bisa melawan siapa saja kalau kamu di sisi abang."

Iqbaal terisak sedih, ia sudah tidak bisa menahannya. Ia menangis layaknya anak kecil membutuhkan kasih sayang. "Abang kangen sayang.. to-tolong datang ke mimpi abang, ya. I love you so much."

Lalu Iqbaal menangis di dalam penuhnya kerinduan. Ia hancur untuk pertama kalinya karena gadis itu, (Namakamu).

**

Azka melihat (Namakamu) terlihat lesu, tidak semangat seperti biasa, dan pecicilannya yang tidak terlihat lagi belakangan ini. Azka tidak menyentuh makanannya, ia fokus menatap adiknya ini makan, ia takut (Namakamu) tidak lahap.

(Namakamu) makan dengan pelan, Azka semakin khawatir. "Tata mau tambah ayamnya?" tawar Azka dengan rasa khawatirnya.

(Namakamu) hanya menggelengkan kepalanya, ia kembali mengunyah makanannya. Azka semakin khawatir, biasanya (Namakamu) laju jika disuruh tambah, ia biasanya makan bisa 3 piring, tapi kali ini ia seperti gadis-gadis yang hendak menurunkan berat badannya.

Azka menatap adik perempuannya dengan sayang. "Nanti abang bikin susu cokelat, ya?" tawar Azka kembali.

(Namakamu) mengangkat kepalanya dan tersenyum kecil. Azka pun membalasnya dengan senyumannya.

**

Alwan mulai mendribble bola basketnya dengan fokusnya, ia memakai seragam sekolah putih abu-abu, lengan kemejanya yang ia gulung hingga ke sikut, memakai jam tangan hitam, celananya yang terlihat pas, dan rambut hitam legamnya sedikit berantakan akibat angin di pagi hari.

Leonni sejak tadi sudah menatap Alwan di tengah lapangan basket itu, begitu menarik untuk dilewatkan. Sejak kejadian di mana Alwan merapikan rambutnya, Leonni memandang Alwan sedikit beda.

Leonni melihat Alwan yang menatapnya, mata mereka terkunci. Alwan menyunggingkan senyuman kecilnya, Leonni terpana.

Alwan memasukkan bola basketnya ke dalam keranjang basket itu lalu Alwan meninggalkan begitu saja bola basket itu. Ia pergi meninggalkan lapangan sembari berlari kecil menuju kelasnya.

Leonni menghembuskan napasnya dengan pelan, ia merasa gugup saat Alwan menatapnya dan memberikan senyuman kepadanya.

"Kenapa gue jadi salah tingkah gini?" gumam Leonni sembari menenangkan detak jantungnya.

Ia pun kembali melirik ke arah mana Alwan pergi. Entah kenapa Alwan begitu menarik perhatiannya.

**

(Namakamu) baru saja membuka ponselnya setelah sekian lama ia letak begitu saja. Banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari Alwan, Azka, dan satu panggilan tak terjawab dari Iqbaal.

(Namakamu) menatap lama nama itu, ia juga mendapatkan pesan dari operator. Ia mendapatkan sebuah pesan suara dari nomor Iqbaal. (Namakamu) mencoba mendengarnya.

"Apa kabar, Sayang? Sehat, kan? Abang harap kamu bahagia setiap harinya." Iqbaal menjatuhkan airmatanya,"abang di sini menunggu kabar kamu, abang rindu sama kamu, abang mau kita seperti biasanya. Abang bisa selesaikan semua masalah ini, Sayang. Tapi tolong.. percaya sama abang, abang ada di sini karena kamu. Tolong lihat abang, tolong genggam tangan abang, abang bisa melawan siapa saja kalau kamu di sisi abang."

(Namakamu) mendengar suara isak tangis itu, dan itu membuat (Namakamu) tanpa sadar menjatuhkan airmatanya.

"Abang kangen sayang.. to-tolong datang ke mimpi abang, ya. I love you so much."

(Namakamu) tidak dapat menahannya lagi, ia menjatuhkan airmatanya dengan beban yang selama ini ia tanggung. "Bang Iqbaal.." isak (Namakamu) dengan suaranya yang bergetar hebat.

"Maaf.."

**

Bersambung


hai hai.. cerita bucin sudah datang. HEHEHEHE

Bad Things (TOUCH LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang