14

8.7K 977 59
                                    

(Namakamu) memberi senyuman terakhirnya untuk pembeli karya Gista. Ia mengusap keringatnya dengan lengan bajunya, dan merasa bahagia saat melihat Gista tersenyum melihat karyanya hampir habis.

(Namakamu) mensejajarkan dirinya dengan Gista yang tengah merapikan barang jualannya. "Gimana? Banyak yang terjual?" tanya (Namakamu) dengan senyumannya.

Gista seketika menatap (Namakamu) dengan senyuman bahagianya, ia memeluk (Namakamu) dengan erat sehingga hampir membuat (Namakamu) jatuh, untung saja (Namakamu) segera menyeimbangkan tubuhnya.

"Makasih banyak banget untuk semua bantuan lo yang nggak bikin gue percaya. Gue mau nangis rasanya saat barang-barang gue terjual. Sekali lagi, makasih banget, (Namakamu)," bisik Gista dengan perasaan bahagianya.

(Namakamu) yang mendengar itu pun tersenyum manis, ia mengusap punggung Gista dengan lembut. "Itu bukan karena bantuan gue. Memang pada dasarnya, karya lo bagus-bagus, hanya saja dibutuhkan pengenalan agar mereka melirik ke arah lo," balas (Namakamu) dengan tulus.

Gista menganggukkan kepalanya sembari melepaskan pelukannya terhadap (Namakamu), (Namakamu) seketika menghapus air mata Gista, ia menangis terharu. "Tapi, gara-gara gue, lo bermasalah sama osis. Gue.."

(Namakamu) menggelengkan kepalanya dengan pelan, ia mengusap bahu Gista dengan lembut. "Lo nggak perlu merasa bersalah, gue yang bakal selesaikan. Lo fokus jualan, gue mau pergi sama Alwan ke tempat mereka. Jangan patah semangat, ya," ucap (Namakamu) dengan bentuk simpati semangatnya.

Gista menganggukkan kepalanya sembari mengusap air matanya sendiri, (Namakamu) tersenyum sembari berdiri dari jongkoknya. Ia pun mulai menarik lengan kemeja Alwan, dengan Alwan yang ikut melambaikan tangannya kepada Gista.

"Sekarang, lo ikut gue jadi penyemangat," ajak (Namakamu) dengan senyuman kecilnya.

Alwan hanya pasrah sembari minumannya.

**

(Namakamu) melihat Osis inti sudah berdiri menunggu dirinya untuk disidang. Salah satunya adalah Iqbaal sebagai pemimpinnya. Alwan berada di samping (Namakamu) yang bertugas sebagai penyemangat, dan asisten pahlawan.

(Namakamu) melipat kedua lengan kemejanya hingga ke sikut, lalu menatap seniornya dengan tatapan tidak takutnya. Iqbaal di sana melihat gadis cantik itu seakan-akan tidak memerlukan sebuah bantuan, padahal tubuh mungilnya itu seakan-akan ingin dilindungi.

"Gue di sini. Sekarang apa?" tanya (Namakamu) dengan bersedekap dada.

Aldi menunjukkan kepada (Namakamu) sebuah kertas, (Namakamu) hanya menoleh ke arah kertas itu dengan malas. "Lo udah ngelanggar peraturan di dalam bazar sekolah ini. Sejak pertama kali bazar ini didirikan hingga berlanjut sampai sekarang, tidak ada yang promosi menggunakan tari-tarian dan lagu. Dan untuk pertama kalinya, lo adalah orang yang melanggarnya." Aldi mengucapkannya dengan lantang.

Iqbaal menatap (Namakamu) yang sama sekali tidak bereaksi ketakutan atau apapun itu.

(Namakamu) maju mendekati Aldi, Aldi terdiam. "Sekarang, kasih tahu gue apa dampak dari promosikan jualan dengan tarian dan lagu? Bukannya, setiap bazar sekolah kegiatan belajar mengajar diliburkan? Terganggunya di bagian mana? Coba jelaskan ke gue," balas (Namakamu) dengan tatapan tajamnya kepada Aldi.

Iqbaal tidak suka melihat dekatnya jarak (Namakamu) dan Aldi.

Aldi diam, ia tidak mampu menjawabnya sebab apa yang sudah diaturkan, harus tetap diaturkan hanya dia tidak tahu sebab akibat dari peraturan yang telah dibuat itu. Ia terdiam.

(Namakamu) menjauh dari Aldi, lalu menatap anggota inti Osis. Ia masih melihat Iqbaal diam di sana, memperhatikan sidang ini berlanjut.

"Kalian semua di sini boleh hukum gue, tapi kasih gue satu alasan kenapa seni dilarang di dalam promosi jualan? Strategi marketing orang berbeda-beda, Kak. Mereka punya kreatifitas tersendiri untuk mempromosikan barangnya. Kenapa kalian menghentikan sesuatu yang brilian hanya demi sebuah peraturan warisan? Sekolah ini dan para warganya perlu direvisi lagi atau orang-orang yang tamat di sini bakalan jadi sampah, seperti kalian!"

Aldi membolakan kedua matanya saat mendengar itu.

Iqbaal menatap (Namakamu) dengan tatapan penuh arti, dan dua anggota lainnya menatap tidak suak atas kelancangan mulut (Namakamu).

"Lo menghina osis sama aja lo menghina sekolah ini. Lo kalau memang nggak punya etika, mendingan lo pergi dari sekolah ini!" bentak salah satu anggota inti Osis.

(Namakamu) mengambil paksa kertas yang sejak tadi dipegang Aldi, Aldi terkejut saat (Namakamu) mengambil kertas peraturan itu.

"Sekolah akan baik kalau lo semua juga baik! Lo patuh sama peraturan, kan? Tapi, sorry.. gue lebih nurut sama kata hati gue." Dan (Namakamu) mengoyakkan kertas peraturan itu tepat di hadapan anggota inti osis.

Iqbaal memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, ia melihat (Namakamu) menatap tajam seniornya.

"LO?!" bentak Aldi kasar.

"Jaga suara lo, Di," tegur Iqbaal dengan suaranya yang berat terdengar dingin.

Aldi menatap sahabatnya dengan tatapan emosinya. "Baal, dia berani ngeremehi Osis! Gue nggak terima, Baal. Nanti gimana yang lainnya tahu? Semuanya bakal ngeremehi Osis. Dan—"

"Jaga suara lo atau gue yang bikin lo diam?" dan kembali Iqbaal memberikan sebuah pilihan mematikan. Aldi yang mengetahui sifat sahabatnya ini membuatnya diam, dengan perasaan kesalnya.

Iqbaal melihat (Namakamu) yang tampak tidak gentar, ia bahkan terlihat santai dengan suara Aldi. Gadis itu memang sulit untuk ditebak.

Iqbaal berjalan mendekati (Namakamu), (Namakamu) mulai sedikit was-was saat Iqbaal mendekat.

"Sini," pintah Iqbaal kepada (Namakamu).

(Namakamu) menggelengkan kepalanya. Iqbaal hanya dapat menghela napasnya pelan, lalu menatap (Namakamu) dengan fokus.

"Kita nggak bisa seenaknya dalam merubah peraturan, karena—"

"Karena kami nggak pantas? Karena hanya seorang murid? Well, kalau presiden melakukan kesalahan, kita nggak pantas mengeritik karena kita hanya rakyat biasa. Gitu?" Dan untuk pertama kali, Iqbaal sebagai ketua osis terdiam saat ucapannya dipotong oleh seorang gadis.

Aldi dan dua anggota inti lainnya terkejut saat dengan lancang (Namakamu) memotong ucapan Iqbaal.

(Namakamu) maju mendekati Iqbaal, Iqbaal melihat (Namakamu) mendekatinya kemudian merapikan dasinya dengan pelan. Iqbaal menatap (Namakamu) dengan terpesona.

"Pahami peraturannya, lalu jalani. Ketua osis, kan? Pahami dulu jabatannya baru jalani, atau perlu gue yang gantiin?" ucap (Namakamu) dengan senyuman smriknya.

Iqbaal melihat (Namakamu) akhirnya pergi meninggalkan mereka, tanpa ada melihat ke belakang.

"(Namakamu)," gumam Iqbaal dengan kehangatan menghampiri dirinya.

**

Bersambung

Bad Things (TOUCH LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang