16. berbeda

873 42 2
                                    

Dimobil bersama ayah mau berangkat sekolah. Udah kesiangan bentar lagi masuk. Tapi mobil belom juga menandakan akan sampai. Senin lagi upacara. Aku tak henti-hentinya menggerutu.

Benar saja sampai disekolah gerbang baru ditutup. Untung pak satpam masih ditempat. Dengan bujukan ayah aku dibolehkan masuk. Upacara telah dimulai dan kami yang telat di buatkan barisan sendiri. Apa lagi setelah ini ?

Upacara selesai kepala sekolah menyuruh kami yang telat berjajar di depan. Di jadikan tontonan. Udah kaya artis naik daun aja di perkenalkan.
"Sengaja saya suruh kedepan. Biar kalian liat wajah-wajah anak kurang disiplin". Kata pak kepala sekolah.
Aku melirik kak dirga yang jadi pemimpin upacara. Dia memasang wajah marah yang dibuat-buat aku tau itu bercanda.  Beda lagi dengan kak elang dia malah tersenyum lebar.

Setelah dihukum hormat bendera sambil menyanyikan lagu indonesia raya. Aku bergegas menuju kekelas. Tapi baru sampai koridor ada yang mendekatiku. Aku nggak berniat buat menghiraukannya. Tapi aku seperti pernah melihatnya. " masih inget gue ?" tanyanya. Aku tetap berjalan dia berusaha menyamai langkahku. Aku melihatnya sekilas. "Gue reza yang dikantin". Oh iya dia yang membawa dan membukakan botol minumku. Lalu ada urusan apa ?.
"Boleh minta kontak lo ?". Dia menghentikanku dengan menarik tanganku. "Maaf aku nggak bawa hp".
"Pasti kan lo hafal nomor lo".
"Enggak" jawabku sambil akan melangkahkan kakiku. Tapi dia kembali menariknya.
"Kenapa nggak mau kasih?".

Bruakk.... Tiba-tiba ada yang menarik mendorong dan menonjok pria itu. Dari punggungnya aku tau itu kak elang. "Kalo dia nggak mau nggak usah maksa ".  Terjadi adu jotos tepat didepan mataku. Aku berusaha melerainya. Tapi tenaga ku nggak lebih kuat. Aku malah terpental begitu aja.

Sampai kak dirga datang melerai dan murid-murid lain mengerubungi. Aku takut. berusaha membendung air kristal di ujung mataku. Guru datang dan membawa aku,reza dan kak elang ke ruang BK. Aku menatap kak dirga dengan penuh pengharapan. Kak dirga aku takut !.

"Kenapa bisa berantem kalian tau kan ini sekolahan bukan sasana tinju ? Coba jelaskan lisa !".
"Dia meminta nomor saya bu" jawabku takut-takut dengan menunjuk reza. "Tapi maksa bu. Cowok apaan maksa-maksa cewek gitu". Jelas kak elang. "Maksa apanya jangan sok tau lo. Tiba-tiba datang main nonjok aja". Air mataku mengalir butir demi butir tanpa aba-aba.
"Sudah-sudah saya kan masih tanya lisa. Belom pendapat kalian".
" lisa kamu kenapa nangis ?ibu kan nggak marahin kamu ". Tanya bu yani.
"Saya takut bu".
"Kamu cuma saksi disini. Nggak perlu takut".
"Iya bu ayah saya bisa marah kalo dia dipanggil kesekolah" .walau bukan hanya itu alasannya aku menangis.
Semua mata tertuju padaku. Aku menyadari itu.  Ada rasa bersalah dari cara memandang kak elang. Lalu dia mengusap punggung tanganku
" maafin gue".

Didepan ruang BK. Kak dirga ada disana. Dia menunggu kami. "Makasih" kata kak dirga pada kak elang.
"Makasih segala kak udah nyerah ceritanya" kak elang tersenyum meremehkan.
"Apa lo mau diem aja liat cewek lo di gangguin gitu ? Gue semakin yakin buat perjuangin lisa".
Seakan tak perduli dengan ucapan meremehkan kak elang. Kak dirga pergi dengan wajah datarnya. Berhenti sejenak tanpa menoleh dia berkata.
" kita akan segera mengakhirinya ".
Kak dirga melesat begitu saja.
"Apa yang mau dia akhiri dia bener-bener mau nyerah ?". Bingung kak elang.

Kuharap tidak jerit hati kecilku.

Complete Me !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang