10. arti teman.

920 51 0
                                    

"Bagus udah berani ngadu". Ralin n the geng mendatangiku dikelas saat membaca buku. Sambil menggebrak meja dan menarik ku berdiri. "Gue udah peringatin tapi ternyata. Elo malah nantangin". "Apa-apaan lo lepasin temen gue" bela jeni padaku. "Aku nggak ada hubungan apa-apa sama cowok yang kakak suka". Jawabku jujur aku memang tidak aada hubungan apa-apa dengannya. " wow bisa bicara juga lo ternyata. Tapi nyatanya lo deket-deket sama dia". "Dia yang deketin aku". Aku mengatakannya dengan intonasi biasa saja. Tak ingin berbicara lantang layaknya dia. Tak ingin membuang tenaga. Atau pada dasarnya aku memang nggak bisa."Sok cantik banget lo ya" ralin mendorongku. Untung saja jeni cepat menangkapku. Entah keberanian dari mana aku berani menjawab perkataan ralin. Mungkin keberanian jeni sudah menular padaku. Aku hanya sangat jenggah dengan tuduhannya. Belom lagi siswa lain yang juga banyak mengosipkan tentang ini.

Pertikaian sudah selesai. Untung saja teman-teman jeni yang sekarang juga sudah menjadi temanku cepat datang membantu. Dengan mengancam ralin n the geng akan mengatakannya pada guru. Aku sudah berkali-kali mengucapkan terima kasih. Sampai mereka merasa eneg mendengarnya. Aku juga menawarkan untuk mentraktir mereka. Tapi mereka bilang " nggak usah itu tugas kita. Kan kita teman wajar saja bukan".

Kalau sudah begini bagaimana aku bisa menyakiti jeni dengan kenyataan bahwa cowok yang dia sukai adalah pacarku. Seakan tak diijinkan untuk pikiranku berkelana lebih lama. Ada orang yang menyodorkan dua tiket didepan mataku. "Lagi nyalo kak" canda jeni pada kak elang. "Sa ae lu jini oh jini".

"Lis aku ada 2 tiket nonton nih" mencondongkan tubuhnya menatapku. "Bagus dong kak bisa nonton dua kali". Seketika tawa teman-teman ku pecah. Kak elang mencubit pipiku. "Lucu banget sih lilis jadi makin sayang".
"Irit ngomong. sekalinya ngomong lucu-lucu ngeselin gitu" timpal alfi.

Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal.
"Emb atau nggak sama pasangan aja".
" gak peka banget temen gue ini mah" kata cica.
"Lugu kelewatan baet" jeni juga.
"Ini juga lagi usaha. Ganteng gini aku jomblo". Kak elang memasang wajah memelas. Mungkin dia lapar. Jeni terus  menyenggol bahuku. Kalau maksudnya aku suruh nemenin tentu saja aku nggak bisa. Mana boleh sama ayah dan ibu. Belom lagi kalau nanti kak dirga tau. " jawabannya ntar malem aja. Abang akan sabar menunggumu" sambil menoel hidungku dan berlalu.

Apa maksudnya jawabannya nanti malem aja ?. Jangan-jangan kak elang akan nekat kerumahku. Dia kan pernah nyamar jadi ojol makanan waktu itu. Ya Tuhan gimana kalau iya ?. Kalau ayah dan bunda marah. Dan kak dirga ? Haduh brabe ini.

Complete Me !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang