29

3.5K 86 26
                                    

"I love you" dia tersenyum padaku dan memberikan cium jauh dengan tanganya.
Tiba-tiba dia menghilang .digantikan kegelapan. Dan aku merasa tubuhku sakit semua. Kepalaku pusing , aku mencoba membuka mata tapi tak bisa. Kuraba apa yang mengganjal di mataku sehingga membuatnya tak bisa terbuka. Mataku di tutup oleh sesuatu. Kenapa ini ? Apa ada yang ingin memberikanku kejutan. Tapi pagi-pagi begini. Yang benar saja. Apa benar ini pagi bahkan aku belum bisa memastikan ini jam berapa ?.
"Sayang syukurlah kamu sudah sadar". Itu suara ibu. Kemudian ia meraih tanganku yang akan kugunakan untuk membuka penutup mata ini. "Bu gelap, kenapa mataku ditutup ? Apa ibu bikin kejutan buat lisa. Nggak usah pake di tutup segala lah".
"Jangan-jangan" cegah ibu kembali meraih tanganku. "Yah !. ibu nggak bisa ngomongnya".
"Ngomong apa bu ?". Tanyaku penasaran. Tunggu aku baru ingat. Terakhir kali Aku sedang di perjalanan pulang dengan pak sopir. Sambil mendengarkan lagu dan rekaman suara kak dirga. Saat aku memejamkan mata. Aku merasa bermimpi sesuatu menubruk mobil kami dari belakang mengguncangku hebat lalu menabrak truk didepan yang membawa muatan. Sehingga barang-barang runtuh mengenai kaca mobilku sehingga mengenaiku juga.Saat itu aku sedang menutup mata dan aku tak bisa merasakan dan melihat apa-apa. Mimpi yang mengerikan.
"Ini dimana bu ? Apa bukan dikamar lisa ? Kok bau obat-obatan ?".
"Kamu dirumah sakit sayang" jawab ayah sambil memegang pundakku. Itu yang ku rasakan. "Iya sayang kamu mengalami kecelakaan di perjalanan pulang".
"Maksudnya ? ".
"Emm matamu sedang diobati dokter. Semua akan baik-baik saja sayang" jawab ibu seraya memelukku dan mengelus rambutku.
"Apa maksud ibu aku buta ? Nggak-nggak ibu pasti bercanda". Ibu semakin mengeratkan pelukannya menahan yang ku yang mulai meronta.

Jadi itu bukan mimpi

Tuhan kenapa semua begitu cepat. Maksudku kau membolak balikkan hatiku dengan sedemikian rupa dalam sehari ini. Dan ini lah puncaknya. Gelap aku tak melihat sedikitpun cahaya dan warna dunia. Yang ku tahu pasti tak banyak orang diluar sana mau menerimanya. Begitu juga aku. Kenapa semuanya terjadi padaku ?. Perpisahan, kecelakaan lalu kehilangan bagian penting di tubuhku kenapa ?. Salah ku apa Tuhan ?.

"Gelap bu ,lisa nggak mau tolong...". Kudengar ibu sesenggukan sambil terus berusaha menenangkanku. "Semua akan baik-baik aja lis. Lo bakal sembuh". Suara laki-laki yang tak asing di telingaku. Aku langsung terperanjat menyadari ada orang lain selain keluarga ku yang mengetahui kemalangan ini. Aku mundur sampai tembok ujung kasur. "Kak elang. Nggak- nggak lisa nggak mau ada yang tau soal ini. Termasuk kak dirga dan yang lainnya". Sontak aku mencoba meraba tangan ibu. Setelah aku menemukannya aku menggenggamnya dan memohon. "Tolong bawa lisa pergi dari jakarta bu !. Jangan kasih tau siapa- siapa !. Termasuk kak dirga".
"Dan semuanya yang ada disini. Tolong anggap ini rahasia !".
"Kenapa sayang dirga berhak tau ?. Ayah yakin dia bisa menerimamu".

Mungkin.

"Tidak yah. Kak dirga nggak perlu tau. Biarkan dia fokus dengan masa depannya dulu. Bukan kah kata kalian ini hanya sementara ?".

Kami sudah dalam perjalanan kesuatu kota. Entah kemana, aku sengaja tidak menanyakannya. Sudah kukatakan kemana saja aku mau asal bukan jakarta. Ayah menyetujuinya ia ingin yang terbaik untukku. Sebelum itu aku juga membuat perjanjian dengan kak elang. Untuk tidak membocorkan ini semua terutama pada kak dirga. Dan kak elang mengiyakannya. Katanya " gw bakal jawab lo sedang serius belajar biar bisa nyusulin dia ke Amerika jika dirga bertanya". Tentu saja dengan aksen bercandanya. Oleh sebab itu aku tenang. Karena tidak akan ada yang tau juga terganggu atau pun kasihan dengan penderitaan ku ini. Ya, sekarang yang ada hanya bagaimana menjalani hidup kedepan dengan mata terbuka namun diiringi kegelapan.
"Kamu nggak mau tau kita mau kemana ?". Tanya ibu memecahkan keheningan.
"Yang jelas bukan jakarta. Itu adalah janjinya".
"Nggak penasaran".
"Nanti kasih tau aja kalau udah sampai sana".
"Iya sayang".
"Jalanannya macet. Musim liburan soalnya nggak mungkin sampai cuma sehari" Keluh ayah.
"Kan bukan ayah yang nyetir. Nanti juga berhenti cari penginapan".
"Kalo itu pasti bu, cuma beneran anak kita nggak mau tau dulu". Kata ayah mencoba menggodaku.
Dimana saja yah. Asal bukan jakarta. Semua sama saja. Tidak perlu penasaran. Percuma, aku tidak akan melihatnya. Semua nya hanya hitam tanpa warna.
"Tidak ". Jawabku sekenanya . Lalu tidak ada sautan lagi dari mereka. Keadaan menjadi hening. Menyedihkan. Apa aku salah bicara ?. Maksudku tadi ayah mencoba mencairkan suasana tapi yang terjadi malah sebaliknya ,beku. Seperti nya aku telah mematikan kata penghangatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Complete Me !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang